#003

...***...

Semua orang melirik ke arah Bina setiap kali ia melangkah bersama dengan Renata. Saat ini mereka hendak pergi ke kantin untuk menikmati waktu makan siang bersama dengan teman-temannya yang lain yang terdiri dari Doris si cewek berambut pendek sebahu yang pintar matematika, dan Nina si cewek berkacamata yang kedua rambutnya selalu dikepang dua seperti anak SD.

"Kalian sadar nggak sih, kalo setiap kali kita lewat, orang-orang pada liatin kita?" Nina berucap, ia berjalan dengan raut wajah bingung karena semua orang melirik ke arah mereka berempat setiap kali melintas.

"Mungkin mereka liatin Bina karena dia murid baru. Biasalah, kakak kelas kita juga kayak gitu seminggu yang lalu 'kan?" Doris menjawab enteng.

"Bener juga sih…"

"Ngomong-ngomong, Lo hobi baca buku apa gimana?" Doris melirik pada Bina yang sejak tadi memegang buku tebal di tangannya. Bina menurunkan bukunya, melirik pada Doris.

"Iya, gue juga penasaran… udah gitu, buku apa ini? Kok sampulnya aneh banget." Renata menimpali.

"Gue emang suka baca buku, cuma bukan buku biasa," sahut Bina.

"Maksudnya?" Nina menggaruk kepalanya tidak mengerti.

"Isinya emang apaan?" Tanya Doris.

"Buku yang lebih sering gue baca itu kebanyakan adalah buku-buku berisi kumpulan quote's, semacam kata-kata bijak gitu."

"Oh…" ketiganya ber-oh ria.

"Unik ya, hobi Lo. Padahal kalo di pikir-pikir, hobi sama penampilan Lo itu nggak sinkron." Komentar Renata.

"Nggak sinkron? Maksud Lo karena penampilan gue tomboi jadi nggak cocok buat punya hobi baca buku?" Bina memperjelas.

"Bisa dibilang gitu."

"Nggak ada hubungannya kali penampilan sama hobi."

"Udahlah nggak usah bahas yang nggak penting, sekarang ayo ke kantin udah gitu makan. Perut gue udah minta di isi." Doris merangkul pundak Bina dan Nina yang ada di sisi kiri dan kanannya, ia lalu mempercepat langkahnya membuat ketiganya cukup kesulitan mengimbangi langkah kakinya.

...*...

BRAKKK

Jonas membuka pintu roof top dengan kasar, napasnya menderu akibat berlarian menaiki tangga sejak tadi. "Te-ternyata Lo di sini…" ujarnya dengan napas tersengal-sengal. Keringat mengucur membasahi keringat cowok itu yang kemudian tumbang sebelum sampai di dekat Adnan. Jonas berbaring dalam keadaan terkulai dengan posisi kepala menatap langit biru yang amat cerah. Adnan yang sejak tadi berdiri di dekat pagar hanya diam memandangi Jonas yang baru saja tiba. Ia mengubah posisinya bersandar pada pagar dan memperhatikan temannya itu.

"Lo tahu gak! Gue udah nyari Lo dari tadi sampe muter-muter sekolah, gue nyari Lo di kelas tapi nggak ada. Udah gue cari ke toilet sampe gedung jurusan lain tapi masih nggak ada juga. Dan ternyata Lo di sini! Lo udah bikin gue sengsara, mana si Dev juga malah ilang lagi…" Jonas melirik ke arah Adnan, ia masih berusaha mengatur napasnya. Sementara itu yang di tatapnya hanya diam dengan pandangan tak berdosa ke arahnya. "Argh!!! Gue lagi ngomong sama Lo juga, malah di anggurin. Jawab kek, bukannya diem aja." Kesal Jonas yang karena lawan bicaranya hanya diam, ia bangun dan duduk seperti bocah yang ngadat karena tidak dibelikan mainan oleh ibunya di toko mainan.

"Berisik! Mood gue lagi jelek, jangan bikin mood gue makin jelek!" Tukas Adnan kesal. Jonas menatapnya sengit, ia bangun dari tempatnya berjalan menghampiri Adnan di sana.

"Lo bener-bener nyebelin. Gue jauh-jauh kesini buat ngajak Lo makan siang, tapi Lo malah marah-marah kayak cewek lagi PMS." Jonas berdecak kesal.

"Gue lagi nggak mood buat becanda. Udah pergi sana, kalo mau makan. Makan aja sendiri, gue nggak nafsu." Adnan mengusir Jonas, ia benar-benar kesal hari ini setelah apa yang terjadi tadi pagi yang membuatnya mati kutu akibat Bina yang tiba-tiba datang dan membuatnya malu. Yang lebih parahnya lagi kejadian tadi pagi berhasil di abadikan oleh tim berita sekolah yang langsung mengunggah artikel di forum sekolah mengenai apa yang telah terjadi.

"Lo masih marah gara-gara kejadian tadi pagi?" Jonas menurunkan sedikit intonasinya.

"Menurut Lo? Mana mungkin gue nggak kesel coba, cewek tadi udah bener-bener bikin gue malu di depan banyak orang. Apalagi sampe apa yang terjadi tadi pagi masuk artikel di forum sekolah." Bentaknya kesal. Adnan memukul keras pagar yang menjadi sandarannya membuat suara kencang disertai getaran akibat pukulannya yang keras.

"Iya juga sih, lagian aneh. Setiap kejadian di sekolah ini pasti aja ketangkep sama anak-anak ekskul berita sekolah. Seakan-akan mereka ngawasin setiap gerak-gerik kita." Jonas membenarkan, ia terdiam dengan pemikirannya.

"Pokoknya gue harus ketemu sama orang yang udah nulis artikel tentang kejadian tadi pagi, dan gue bakalan minta dia buat hapus secara paksa artikel itu!" Adnan bersungut-sungut.

"Iya…" sahut Jonas pelan. "Eh, ngomong-ngomong Lo liat si Dev, gak? Itu anak juga ngilang. Gue udah cari dimana-mana tapi nggak ketemu juga, gue udah nyoba tanya-tanya ke semua orang tapi nggak ada yang tau juga."

"Maksud Lo dia." Adnan menoleh ke arah dimana Dev sejak tadi terduduk sembari melamun, menatap ke arah pemandangan indah dihadapannya. Jonas menoleh. "Wah gila! Jadi Lo juga di sini dari tadi?! Parah! Kalian berdua bener-bener kompakan buat ninggalin gue sendirian. Dasar nyebelin," gerutu Jonas yang merasa tidak adil karena keduanya pergi ke tempat yang sama untuk menenangkan diri sementara ia di tinggalkan begitu saja seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.

"Kita nggak janjian. Gue udah lebih dulu ada di sini, kebetulan aja kita ketemu di sini." Jelas Adnan yang kemudian berbalik ke arah yang semula ditatapnya.

"Bener apa kata Adnan, kita nggak janjian." Dev menimpali, ia meraih kerikil di dekatnya lalu melemparkannya jauh ke depan hingga kerikil itu hilang entah kemana. Jonas mengerutkan keningnya bingung, entah ada apa dengan hari ini tapi ia merasa kalau kedua temannya bersikap aneh tidak seperti biasanya. "Kalo Lo, udah jelas ke sini karena marah gara-gara kejadian tadi pagi. Lah, Lo… kenapa Lo kesini?" Jonas menunjuk bergantian antara Adnan dan Dev. Sebelah alisnya terangkat menatap Dev dengan raut wajah bingung.

"Gue lagi mumet." Dev merebahkan tubuhnya di atas lantai bersemen, ia melipat kedua tangannya menggunakannya sebagai bantalan kepalanya. "Mumet, oke mumet…" Jonas kesal sendiri mendengar ucapan Dev. "Dahlah, terserah kalian aja. Gue lapar, mau makan aja. Daripada disini terus ketularan mumet kayak kalian!" Jonas melangkah pergi dari sana.

...***...

Terpopuler

Comments

ShiHoMi Channel

ShiHoMi Channel

love

2022-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!