#002

...***...

"Rendahin diri orang lain di depan banyak orang kayak gini." Balas Bina yang berhasil membuat Adnan speechless dibuatnya.

"Mendingan sekarang kita pergi dari sini." Bina meraih tangan gadis itu dan membawanya keluar dari ruang loker, meninggalkan semua orang yang ada di sana.

"Wah gila, apaan itu tadi."

"Gue merinding sumpah. Ini pertama kalinya gue liat cewek kayak dia."

"Bener. Dia cewek pertama yang ngomong kayak gitu sama si Adnan."

Beberapa anak cowok berbisik setelah cukup lama hening dan hanya memperhatikan. Setelah Bina keluar dari ruang loker, satu persatu dari mereka mulai beranjak bubar dari tempatnya. Adnan terdiam ditempatnya menatap kearah dimana Bina menghilang di balik pintu masuk. Tangannya di bawah sana terkepal erat, Bina berhasil membuatnya naik darah.

"Gila sih, cewek itu berani banget. Siapa sih dia, sok jadi pahlawan banget."

"Kasihan gue sama kak Adnan, dia sampai nggak bisa berkata-kata dong!"

"Parah sih, belum tau aja dia gimana kak Adnan kalo udah marah."

Gadis-gadis di sana beranjak pergi. Kini di dalam ruang loker hanya tersisa Adnan, Dev, dan Jonas yang sama speechless-nya dengan Adnan. Bina berhasil membuat Jonas si cowok pencinta makanan manis itu kagum. "Wah gila, cewek tadi siapa? Keren banget! Ini pertama kalinya gue liat cewek yang nggak terpesona sama Lo, dia benar-benar cewek langka yang ada di sekolah ini!" Tutur Jonas dengan bisingnya membuat Adnan semakin kesal.

"Diem! Lo bikin gue makin kesel, tahu gak?!" Bentak Adnan berhasil membuat Jonas tersentak dan diam tak berkata-kata. Adnan beranjak pergi meninggalkan Dev dan Jonas berdua di dalam sana. Cowok itu pergi dengan langkah besar dan menghilang di balik pintu keluar. "Marah tuh gara-gara cewek yang satu itu nggak klepek-klepek sama pesonanya." Ledeknya, Jonas kemudian beralih menatap Dev yang masih diam terpaku di tempatnya. Ia memperhatikan cowok itu dengan raut wajah bingung. "Dev?" Jonas memanggilnya tapi tidak ada jawaban sama sekali dari cowok yang menjadi sahabatnya itu. Cowok itu hanya diam tak merespon, entah apa yang sedang dia pikirkan tapi tatapan matanya kosong seakan-akan dia tidak ada di sana.

"Dev!" Jonas menepuk keras bahunya membuat Dev tersadar dari lamunannya. "Ya? Argh… Lo mukul kenceng banget." Dev meringis.

"Lagian Lo pakai acara ngelamun segala. Ngelamunin apaan sih?"

"Ah… nggak, gue nggak ngelamunin apa-apa."

"Nggak mungkin. Udah jelas-jelas dari tadi Lo diem aja kayak patung."

"Udah ah, gue mau ke kelas." Dev pergi meninggalkan Jonas seorang diri di dalam ruang loker. Cowok itu memperhatikan Dev dengan raut wajah bingung.

"Aneh…" gumamnya pelan.

...*...

"Ini." Bina menyodorkan sebotol soda yang telah dibukanya pada gadis bernama Rosetta itu. Gadis itu meraihnya lalu meneguknya pelan. Sekarang ini Bina dan Rosetta tengah berada di lorong dekat taman, lorongnya cukup sepi jadi sangat cocok untuk menenangkan pikiran. "Makasih buat minumannya," ujar Rosetta dengan suara sedikit pelan. Bina beralih dari buku yang sedang dibacanya. "Sama-sama," sahutnya.

"Oh, ya… ngomong-ngomong nama Lo siapa?"

"Rosetta."

"Rosetta, oke denger. Kalo boleh, gue mau ngasih saran. Tapi ini terserah Lo mau dengerin apa nggak, gue cuma mau ngomong apa yang ada di benak gue aja." Rosetta terdiam menyimak ucapan Bina, ia memperhatikan dengan seksama. "Lo itu cantik, dan pastinya bakalan ada banyak cowok yang mau sama Lo. Sebaiknya Lo lupain cowok tadi, terus cari cowok lain yang lebih baik dibanding dia. Terus saran gue juga… sebagai cewek Lo juga jangan terlalu gampangan buat jatuh cinta. Apalagi buat nyatain perasaan lebih dulu kayak tadi, gue harap dengan adanya kejadian tadi, bisa Lo jadiin pelajaran buat kedepannya supaya Lo lebih baik dan nggak ngulangin kesalahan yang sama."

Rosetta diam membenarkan ucapan Bina, ia menundukkan kepalanya mencerna setiap kalimat yang baru saja terucap dari bibir cewek asing yang baru saja menolongnya bebas dari situasi yang memalukan tadi. "Gitu aja sih saran dari gue, tapi… jangan terlalu dipikirin apa kata gue. Kalo Lo nggak suka, Lo nggak perlu dengerin apa yang gue omongin barusan." Bina beranjak bangun dari tempat duduknya. "Ngomong-ngomong gue ada urusan, gue duluan." Bina pergi meninggalkan Rosetta seorang diri di sana. Gadis itu mendongak perlahan menoleh ke arah dimana Bina melangkah hingga sosoknya menghilang di balik pertigaan di sana. "Apa yang barusan dia bilang itu benar…" gumamnya pelan.

...*...

"Oke, denger semuanya. Hari ini kita kedatangan murid baru yang akan jadi teman sekelas baru kalian, bapak hadap kalian bisa bersikap baik dan buat dia nyaman sekolah disini." Jamal selaku guru wali kelas. Itu berbicara di depan ruang kelasnya, memperkenalkan Bina selaku siswi baru yang kini bergabung dengan anak-anak didiknya di kelas yang ia ajar.

"Baik pak," sahut seluruh siswa di dalam sana serentak. Jamal beralih pandang pada Bina yang berdiri di depan ruang kelasnya sejak tadi.

"Sekarang, silakan kenalin dirimu." Jamal mempersilahkan. Bina menganggukkan kepalanya pelan, ia lalu menatap lurus ke depan dengan penuh percaya diri.

"Kenalin semuanya, nama gue Bina Esfand. Gue pindahan dari SMA Mandana 3, gue harap kita bisa jadi temen satu kelas yang akrab. Jadi salam kenal." Bina memperkenalkan dirinya singkat, padat, dan jelas. Sebagai seorang perempuan dia adalah orang yang cukup to the point dan tidak ingin bertele-tele dengan basa-basi lebih dulu untuk berkenalan.

"Salam kenal dan selamat datang di kelas X-IPS II. Gue ketua kelasnya, kalo butuh apa-apa; Lo bisa minta bantuan gue atau temen-temen yang lain. Jangan sungkan, dan anggep aja kita temen lama supaya Lo ngerasa lebih nyaman." Jeff memberikan sedikit sambutannya selaku ketua kelas. "Makasih." Bina menganggukkan kepalanya.

"Sekarang kamu bisa duduk di bangku yang kosong," ujar Jamal. Bina melangkah menghampiri satu meja kosong yang berada di bagian paling belakang. Ia duduk di salah satu meja yang kini ditempati oleh seorang cewek cantik yang tadi duduk sendirian. "Gue Renata!" Cewek itu menyodorkan tangannya ke arah Bina sembari tersenyum hangat sebagai sambutan. "Gue Bina," jawabnya menjabat tangan cewek itu.

"Gue suka nama Lo, unik." Renata melepaskan jabat tangannya dari Bina.

"Oke, kita mulai pelajarannya. Buka buku geografi kalian, kita lanjutin pelajaran Minggu lalu," cetus Jamal mengintruksikan pada seluruh siswa-siswinya. Mereka semua bergegas mengeluarkan alat tulis masing-masing untuk mulai belajar, begitu juga dengan Bina di sana.

...***...

Terpopuler

Comments

ShiHoMi Channel

ShiHoMi Channel

💞

2022-02-22

0

ShiHoMi Channel

ShiHoMi Channel

❤️❤️❤️

2022-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!