...Kemah Terakhir Season 2...
Tapi, aliran sungai deras itu membawanya semakin jauh.
Namun, tiba-tiba tertegun menyaksikan Getta melompat ke dalam air lalu membiarkan arus sungai membawanya untuk menyusul Chika yang terus terseret.
****
Molly masih menangis, semakin sering ia menyebut nama Chika semakin suaranya hilang oleh isakan.
"Udah, gue nggak apa-apa kok," suara Chika terdengar tenang tapi menggigil, sekujur tubuhnya basah dan wajahnya memutih pucat. Sambil berusaha tertawa, ia menenangkan Mollydan menemukan Getta masih bersama mereka, lalu tersenyum. "makasih ya..."
Getta yang basah hanya tersenyum simpul.
"Lain kali hati-hati ya," kata Bu Seno, wali kelas mereka. "nggak biasanya kamu ceroboh, Siska"
Chika cuma geleng-geleng kepala, sambil nyengir. "Iya, Bu...," katanya. "saya nggak nyangka, tergelincir sampai hanyut"
"Ya udah, kalau kamu masih sakit, kamu tinggal di tenda aja dulu," ujar Bu Seno lalu memghampiri Getta yang berdiri nggak jauh dari mereka. "Kamu nggak apa-apa kan?"
Getta menggeleng sambil tersenyum. "saya nggak apa-apa, Bu...," suaranya ikut-ikutan menggigil.
"Kamu ganti baju sana, bentar lagi acara kita mulai ya...," Bu Seno mulai melangkah, meninggalkan mereka.
Getta berusajaha menenangkan dirinya, memastikan sahabatnya benar- benar masih hidup dan dia nggak sedang bermimpi. Betapa menakutkannya detik-detik saat Chika terbawa arus. "Lo sih, udah gue bilang jangan ke sana, masih aja ke sana...," gerutu Jonas yang sudah lebih tenang.
Chika nyengir lagi. "Udah, lo nggak senang gue masih hidup apa?!" cetusnya.
"Jo, udahan yuk! Gue kedinginan nih!" seru Getta yang nggak tahan lagi.
Jonas berdiri sambil mencak-mencak. "Iya iya!" celetuknya, menghampiri Getta. "kita balik dulu ya, ntar jurit malam kita ketemuan lagi"
Chika mengangguk, menyaksikan dua cowok itu berlalu. Sebelum ia mengatakan sesuatu pada Getta, ia malah mendapati sahabatnya yang manja itu tengah terpana pada salah seorang yang baru saja pergi dari mereka.
"Woi!" serunya sambil menepuk punggung Molly sampai gadis itu terkejut setengah mati. Melihat ekspresi kaget Molly memang lucu dan ia cekikikan.
"Sejak kapan lo flirting sama Getta?!" tanya dia sambil tertawa-tawa karena Getta sempat menoleh ke belakang untuk tersenyum pada mereka.
"Enggak!" Molly memekik seperti bayi dan Chika tertawa makin keras.
****
Ketika momen menakutkan bagi para cewek tiba, mereka mulai bertingkah manja dengan mengeluh dan menggerutu.
Setelah acara pembukaan yang apik dan mendengar sambutan dari kepsek yang panjaaang banget, mereka baru bisa menyebutnya bersenang-senang ala Sekolah.
"Pada lebay deh semua...," gerutu Chika melihat tingkah teman-teman sejenisnya. Sebelum namanya dipanggil dan ia maju ke depan.
Molly terlihat santai, apa sih yang ditakutin saat jurit malam? Bukannya mereka ada di sini untuk bersenang-senang?, ia tersenyum sendiri saat melihat Putri, salah seorang teman mereka menolak untuk ikut jurit malam dengan berbagai alasan. Sakit asma-lah, phobia gelap-lah, dan yang paling bikin semua orang tertawa adalah hantu. Molly menggeleng- geleng.
"Kamu nggak takut?" tegur Getta yang duduk di sebelahnya tanpa ia sadari.
Ternyata Jonas dan Chika sudah ada di depan bersama kelompok mereka masing-masing.
Jawaban yang mudah nggak bisa keluar begitu saja sejak sadar, bahu Getta bersentuhan dengan bahunya.
"Nggak...," jawabnya malu-malu tertunduk lagi dengan pipi merona. "Kalau tempat ini ada hantunya nggak mungkin dijadiin tempat kemah kan?"
"Yap," sahut Getta kembali menoleh ke depan, menunggu giliran pembagian kelompok. Chika dan Jo suda bergabung bersama anggota kelompok mereka.
"Kelompok 8, Adhia Getta , Molly Andreata!" panggil Bu Seno dengan lantang.
Keduanya sama-sama terkesiap. Lalu segera berdiri dengan canggung, keluar sebagai pasangan untuk jurit malam yang awalnya nggak terlalu menjadi perhatian. Meski beberapa orang cewek sempat deg-degan apakah Bu Seno bakal memasangkan Getta dengan salah seorang dari mereka. Tapi, pilihan Bu Seno memang tepat, memasangkan Getta dengan siswi pendiam seperti Molly.
Berdiri di depan orang-orang di barisan yang sama membuat, Molly sedikit malu. Ia memilih berada di belakang Getta sampai pembagian kelompoknya selesai.
Jonas dari kejauhan tampak mengeluh dengan pasangannya - si Amy gendut yang sepertinya nggak masalah di pasangkan dengan siapa pun termasuk orang seberisik Jonas yang sering bikin cewek-cewek gerah di dekatnya.
Sedangkan Chika, memperhatikan Molly yang menoleh sambil tersenyum padanya. Terlambat, Chika membalasnya dengan tersenyum simpul. Seperti ada yang mengganggu, ia tertunduk sejenak sebelum kembali pada Molly yang masih melihat ke arahnya. Chika agak sebal -entah kenapa, lalu nggak pernah menoleh lagi sampai kegiatan mulai.
****
Molly menguap dan tiba-tiba Getta cekikikan. Membuatnya malu, dan jurit yang terasa bisu tanpa suara menjadi kikuk. Selain suara langkah mereka nggak ada suara selain suara serangga malam yang kedengaran menggigil. Malam ini memang dingin, sejak mereka berjalan menyusuri jalan setapak gelap dengan sebuah senter, Molly nggak pernah mengeluarkan tangannya dari saku jaket tebalnya.
Tanpa sadar Molly menguap sambil menutup mulutnya dengan tangan. Sampai air matanya keluar. "Ini masih jam sembilan, kamu udah ngantuk?" tegur Getta di dalam pekikan suara serangga malam yang panjang dan bersahutan.
"Nggak peduli siang atau malam aku selalu ngantuk," jawabnya.
"Kenapa bisa kayak gitu sih? Heran...kamu emang suka tidur atau itu penyakit ?" tanya Getta lagi.
"Penyakit? Memangnya ada penyakit suka tidur?" balas Molly, suaranya pelan dan dalam, menahan suara detak jantungnya yang keras.
"Ada!" kata Getta. "ada lho, sakit langka yang bikin seseorang itu bisa tidur sampai berhari-hari. Nggak bangun-bangun!"
Molly tertawa lagi. "Oh ya?"
Getta mengangguk. "Kalau nggak salah namanya Sleeping Beauty Syndrome," jelasnya lagi.
"Memang ada ya penyakit kayak nama putri dongeng?"
Getta mengangkat bahu. "Mereka bilang sih gitu...," ia melirik Molly sebentar. "Jangan-jangan kamu sakit itu ya?"
Molly menggeleng. "Itu cuma karena kebiasaan kok...," katanya.
"Kamu suka tidur ya?"
Sambil mengambil nafas panjang, ia menatap Getta sebentar. "Dibilang suka tidur sih nggak juga...," ia menjelaskan dengan pelan, sarat renungan akan sesuatu yang membuatnya sedih. "Tidur itu... kayak ngelindungin aku dari hal-hal yang nggak ingin aku lihat atau rasain di kehidupan nyata..."
"Terus kalau kamu mimpi buruk gimana? Misalnya mimpi dikejar setan...
kan serem..."
Molly menghentikan langkahnya, lalu tersenyum lagi. "Mimpi nggak pernah bisa melukai atau membunuh. Seburuk apa pun yang aku lihat atau rasain di sana, begitu aku bangun semuanya pasti hilang. Tapi, kalau hal yang nggak diinginkan terjadi dalam kenyataan...," Molly nggak bisa melanjutkan kata-katanya.
Getta tampak menghembuskan nafas. "Ya udah, aku ngerti kok...," ujarnya. "Semua orang punya caranya masing-masing untuk menghadapi sesuatu... tapi mungkin aja kamu memang kena gejala itu deh..."
"Kamu ngawur ah!" Molly bertambah malu.
"Penyakit itu bahaya juga lho. Kalau kebiasaan, bisa-bisa kamu nggak sekolah lagi dan ketinggalan pelajaran..."
Molly terdiam. "Separah itu ya?"
"Makanya jangan suka tidur terus. Kamu suka yang lain kek, yang bikin kamu senang supaya nggak lihat hal-hal yang nggak diinginkan," ujarnya.
Mengatakannya memang mudah. Kata-kata seperti itu sudah sering diucapkan Chika namun nggak dapat menyentuhnya. Namun, entah mengapa ketika Getta yang mengatakannya, seperti memberi harapan baru.
"Suka yang lain?" Molly menatapnya heran dan Getta segera membuang muka dengan gugup.
Getta nggak pernah segugup ini berhadapan dengan seorang cewek.
"Aku...," Molly mencoba mengatakan sesuatu, kata-katanya tersangkut entah di mana. Akhirnya menyerah dengan tertunduk.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments