Cinta Pertama
...Intro...
"Sebenarnya nilai-nilai Molly nggak mencukupi untuk bisa naik ke kelas dua, tapi karena saya yakin bahwa Molly bukan siswa yang nggak pandai, saya berani ambil resiko untuk tetap menaikan Molly ke kelas dua."
"Tapi, Pak, bagaimana kalau misalnya Molly nggak mampu?" tanya Papa cemas.
"Molly bukannya bodoh, Pak," ujar Pak Heru. "Saya melihat gambar- gambar krayon Molly. Karyanya bagus sekali. Sebenarnya kepintaran anak-anak nggak sepenuhnya bisa dinilai dari nilai akademik. Tapi, kemampuan mereka berpikir untuk menciptakan sesuatu. Molly mungkin nggak bagus dalam pelajaran tapi mungkin saja dia punya bakat seni," jelas Pak Heru. "dan... saya hanya ingin memberitahu satu hal yang mungkin sangat penting bagi Bapak dan Ibu untuk ketahui"
Papa dan Mama menunggu dengan nggak sabar.
"Untuk masalah Molly nggak bisa berkonsentrasi dan sering lupa mungkin adalah masalah yang serius. Tapi, sebelumnya saya mohon maaf... menurut saya Molly harus diperiksakan ke dokter," kata Pak Heru.
Mama mengernyit. "Apa maksud Bapak?" tanyanya.
"Kemungkinan Molly mengidap disleksia, Bu," jawab Pak Heru. "Saya melihat gejala itu pada Molly"
"Disleksia?" ibu menatap ayah di sampingnya. "Disleksia itu apa?"
"Disleksia adalah semacam gangguan yang menyebabkan anak nggak bisa konsentrasi dengan baik dan bahkan nggak bisa mengingat hal-hal dasar seperti urutan hari, bulan, dan kadang nggak bisa membedakan kiri atau kanan. Pengidap disleksia juga sering menulis dengan terbalik-balik. Saya perhatikan, Molly sering seperti itu"
Penjelasan Pak Heru seolah sudah cukup tanpa perlu dokter untuk membuktikannya. Dan sedihnya, tetap bikin Mama kecewa. Setelah menerima raport-nya Molly, mereka bersalaman dan pamit.
Molly terlihat duduk di salah satu kursi yang ada di lorong dengan alat gambarnya. Begitu melihat orang tuanya ia mulai cemas. Perasaannya mengatakan, pasti ia tinggal di kelas dua.
"Ayo kita pergi," ajak Papa saat Mama mendahului mereka dengan langkah yang terburu-buru.
Sekilas Molly bisa melihat bahwa kesedihan melandanya. "Mama kenapa, Pa?" tanya Molly, heran dan bingung.
Papa nggak menjawab. Ia hanya tersenyum. "Habis ini kita mau ke rumah sakit, siapa tahu dokter bisa bantu kamu supaya nggak lupa terus," ujar Papa dengan tenang.
Molly semakin bingung, kenapa tiba-tiba ke dokter? Ia sama sekali nggak merasa sakit. Tubuhnya sehat-sehat aja kok.
ooOoo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Lanjut
2022-03-08
1