Tidak menerima kenyataan

“Gak mungkin!” teriak Amber yang kini sudah diikat di kursi karena mengamuk sedari tadi, dia tidak menerima penjelasan dari pria Bernama Januar yang mengaku sebagai suaminya. Amber berontak dan marah marah hingga pria setinggi 185 cm harus mengikatnya di kursi dengan mulut yang bahkan sebelumnya dilakban.

“Berisik,” ucap Janu melakban kembali bibir milik Amber. Dia menarik napasnya dalam. “Dengar, kamu itu istri saya, saya punya dokumen resminya dan kamu tidak bisa membantahnya. Sekarang diam, mandi dan masak. Lalu antarkan makanan untuk saya ke ladang.”

“Udah, Janu, kasian istri kamu,” ucap sang Ibu merasa kasihan melihat sang menantu yang diikat. “Udah, kamu sana pergi ke ladang. Biar Ibu yang jagain dan didik dia.”

Janu menarik napasnya dalam kemudian mengambil cangkul dan pergi dari sana meninggalkan Amber yang menatapnya tajam. Kemudian tatapan Amber beralih pada Wanita tua yang tadi katanya dipanggil Dyah oleh pemuda tadi.

“Kamu manggilnya Mas, dia itu suami kamu. Umurnya udah 28 tahun, beda 7 tahun sama kamu. Yang sopan dikit ya? Nanti Ibu bukain lakbannya. Oke? Janji dulu jangan teriak teriak.”

Amber hanya diam, sampai akhirnya Dyah membuka kembali lakban milik Amber.

“Ibu bukain pengikatnya juga, abis itu kamu ke kamar mandi ya buat mandi. terus nanti kita masak buat nganterin suami kamu ke ladang.”

Amber tetap menutup mulutnya, dia merasa sedang diculik dan terancam jadi diam saja. sampai akhirnya Amber tidak lagi diikat, dia merasa ini menjadi kesempatannya untuk pergi dari sini.

“Sana kamu mandi dulu, baju kamu udah ada di lemari.”

Amber tetap diam sampai akhirnya Wanita tua itu pergi. Dia menatap pergelangan tangannya yang memerah, kemudian menunduk manatap dirinya sendiri yang hanya memakai sandal jepit. Jangan lupakan fakta bahwa tempat ini tidak memiliki ubin, tanah di seluruh permukaan rumah.

Ketika Amber melihat Wanita tua itu masuk ke dapur, dia berlari keluar rumah. Dan kaget ketika melihat perkebunan sejauh mata memandang.

“Hiks, tempat ap aini? Diculik kemana?” ucapnya kemudian berlari di jalan setapak mencari jalan utama untuk kembali ke rumahnya. Tidak mempedulikan apapun, Amber berlari mencari jalan keluar.

****

Saat telinganya mendengar suara kendaraan, Amber langsung berlari lagi. Tidak mempedulikan tubuhnya yang sudah basah dengan keringat.

Hingga akhirnya…. Dia menemukan jalan raya.

“Aaaaa! Jalan raya!” teriaknya merasa sangat senang. Amber mencoba mencari tebengan dengan melambai lambaikan tangannya pada setiap kendaraan yang lewat. Sampai akhirnya ada satu kendaraan yang berhenti, itu sebuah mobil bak berwarna putih.

“Kenapa, Neng?”

“Mau nebeng boleh, Pak?”

“Mau kemana?”

“Kee Jakarta.”

“Waduh jauh, delapan jam dari sini.”

“Emang ini dimana?” tanya Amber terkejut, sekaligus ketakutan.

“Ini di kaki gunung geger bentang.”

“Hah?! Itu dimana?”

“Kalau mau nebeng, di belakang. Soalnya ini ada anak istri saya,” ucapnya membuat Amber melihat seorang Wanita bertubuh gemuk dengan dua anak di sisinya. “Mau di belakang? Soalnya saya juga ke Jakarta.”

Amber menelan salivanya kasar, dia akhirnya mengangguk dan berjalan ke arah belakang mobil bak. “Aaaa! Kambing!” teriaknya kaget, yang mana membuat si supir turun dan mendekat.

“Kenapa? kambingnya lepas?”

“Itu kambing, masa saya duduk sama kambing.”

“Kan kambingnya juga diikat. Daripada jalan kaki, atau naik bus aja deh. Bayar tapi. Neng punya uang?”

Amber menggelengkan kepalanya, boro boro punya uang.

“Kambingnya diiket, mau naik atau nggak? Saya buru buru ini.”

Karena Amber yakin mimpi buruknya akan berakhir begitu dia kembali ke Jakarta. Maka dia mengangguk dan masuk ke bak yang bagian atasnya ditutupi terpal itu hingga tidak ada yang tau kalau isinya kambing.

“Jangan berdiri, Neng. Nanti jatuh.”

“Iya nanti duduk kalau udah jalan,” ucap Amber sambil menutup hidungnya.

Membuat sang supir menggelengkan kepala. Sementara Amber melihat sekitar, dia merasa jijik dengan kambing yang mulai bersuara dan hampir menyentuhnya. “Ih jauh jauh,” ucapnya kemudian tertawa saat melihat Gerakan kambing terbatas.

Sampai… BRUM!

“Aaaa!” Bruk! Amber terjatuh diantara kambing dengan posisi terlentang, tangannya memegang sesuatu yang basah. Saat dia menoleh, dia menangis sekketika. “Aaaaa… taiiiiii!”

****

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Amber serasa jadi upik abu

2025-03-02

0

Indah Milayati

Indah Milayati

lucu kaya nya

2023-07-24

1

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

basah basah taiiiii

2023-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!