Suami dan situasi

Janu membawa Amber ke sebuah motel terdekat. Tidak mungkin mereka kembali ke kampung sementara sekarang sudah sore. Dan tidak ada pilihan lain untuk Amber mengikuti sang suami, dia mengerucutkan bibirnya. Bahkan enggan untuk menyebutnya suami, Amber masih menangis di setiap Langkah.

“Sana mandi, ini bajunya,” ucap Janu memberikan sebuah tas pada Amber.

Perempuan itu menerimanya. “Sabunnya mana?”

“Ada di dalem, peralatan mandi lainnya juga.”

“Sabun pencuci muka gue, masa gue gak pake sih.”

“Gak ada. Pake yang ada aja.”

“Tapi gue gak mau.. hiks… gue mau mandi pake sabun punya gue, pake peralatan kecantikan punya gue.”

“Kenyataannya gak ada. Kalau kamu gak mau mandi, ya terserah itu hak kamu. Saya gak akan maksa,” ucap pria itu memilih duduk di sebuah sofa di kamar itu dan membuka nasi bungkus yang sebelulumnya dia bawa dan makan seorang diri di sana.

“Katanya lu suami gue, kenapa lu gak peduli sama gue?”

Janu yang terdiam membuat Amber kesal. Akhirnya sosok itu pergi ke kamar mandi dan mendapati sabun yang sebesar uang koin juga sikat gigi sekali pakai beserta pasta giginya yang sangat kecil. Lagi lagi Amber menangis saat melihat toilet jongkok juga bak mandi. tidak ada shower di sana.

Sampai akhirnya Amber Lelah menangis, dia menatap tubuhnya sendiri yang kotor dan persis seperti gembel. Terpaksa dirinya mandi sambil memejamkan mata. Jijik dengan air yang bahkan tidak dia ketahui asalnya. Semoga setelah ini dia tidak gatal gatal.

“Hiks… kenapa bajunya kayak gini?!” teriak Amber saat Janu memberikan dress selutut dengan tangan Panjang. Bahannya kasar juga warnanya sudah pudar.

“Pakai saja, itu bekas Ibu waktu masih muda!”

“Gue gak mau pake baju! Gue gak mau baju ini! beliin!”

Amber terdiam, menunggu jawaban pria di sana. “Janu!”

Tetap tidak ada jawaban yang membuatnya terpaksa memakai baju itu sambil menangis, kemudian keluar dari kamar mandi dengan keadaan kepala yang basar.

“Keringkan rambut kamu pakai handuk.”

“Gak mau, anduknya bau apek,” ucapnya menatap tajam pria itu. “Gue gak mau pake baju ini,” ucapnya menatap Janu dengan mata yang berkaca kaca.

“Yaudah kamu gak usah pake baju, karena saya gak ada niatan buat beliin kamu baju.” Pria itu masih makan dengan tenangnya. “Kenapa? mau makan?”

Amber mendekat.

“Itu punya kamu.”

Dia menatap kesal nasi bungkus itu. Belum juga bicara, Janu lebih dulu berkata, “Saya gak ada uang, makan dan pakai apa yang ada. Kalau kamu keberatan, saya gak masalah ninggalin kamu. Kamu itu Cuma beban yang dititipkan orangtua kamu sama saya.”

“Terus kenapa kamu nerimanya kalau gak mau nampung gue? Kalau lu gak bisa jadi suami yang baik, gak usah nerima permintaan orangtua gue!”

“Saya mau keluar dulu, kamu kalau mau pergi sekarang aja, biar saya pulang gak ada yang ganggu,” ucapnya meninggalkan Amber yang belum selesai marah marah.

****

Amber enggan makan, tapi dia lapar. Jadinya sambil sedikit gengsi, dia makan itu nasi campur. Amber sendiri tidak tau isinya apa saja, tapi lumayanlah waktu dikunyah dimulut. Setidaknya itu menghilangkan rasa laparnya dan terasa enak juga. Selesai makan, Amber terdiam merenungi nasibnya saat ini. kedua orangtuanya sengaja melakukan ini padanya, lalu dia tidak punya kerabat ataupun sahabat yang bisa dimintai tolong. Jadi yang Amber lakukan saat ini? mungkin hanya diam menunggu orangtuanya menjemputnya.

Sampai saat itu tiba, dia hanya perlu bergantung pada pria yang mengaku sebagai suaminya. Amber mana mau menikah dengan pria semacam itu. Dia memiliki jambang, kumis yang hampir menutupi mulut dengan rambut yang Panjang. Kulitnya juga warna cokelat, membuat Amber jijik saat melihatnya.

Ceklek. pintu kamar terbuka memperlihatkan Janu.

“Darimana lu?”

“Beli tiket bus, besok kita pulang pagi pagi,” ucapnya sambil melangkah ke kamar mandi untuk mencuci kaki sebelum kembali ke sana.

“Gue gak bisa tidur di kamar jelek kayak gini.”

“Yaudah gak usah tidur kamu.”

“Eh, lu mau ngapain?! Bangsat!” teriak Amber sambil menutup matanya tatkala Janu membuka pakaian.

Pria itu hanya menatap datar sebelum akhirnya berbaring di sisi ranjang yang kosong.

“Kok lu tidur di sini sih? Sana di sofa!”

“Diam kamu, saya perlu istirahat. Kalau gak mau tidur, gak usah ganggu.”

“Lu ngakunya suami gue kan? Lu harus nurutin apa yang gue mau.”

Tapi kenyataannya, Janu malah terlelap dengan tanpa atasan. Membuat Amber semakin mundur dan memeluk kakinya sendiri di pojokan Kasur.

“Takut Mama,” ucapnya dengan mata berkaca kaca. “Mau mati aja gue,” ucapnya sambil memandang perut Janu yang berotot. “Pengen roti sobek,” ucapnya saat melihat itu, dia jadi ingin makan roti aslinya, yang rasa cokelat.

****

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

yg jelas Amber kena shock terapi

2025-03-02

0

Atik Mulyati

Atik Mulyati

udah lama disimpan di rak tapi baru dibaca gara2 buka ig emak😀. soalnya gak bisa kelaoak yang lain. yg gratis aja 😃

2023-07-22

1

Ayu Kadariyani

Ayu Kadariyani

😄😄😄 lucu....lanjut mak

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!