..........................❤️.........................
...Selamat datang di story tentang sebuah arti dari sebuah Cinta tak bertuan...
...Happy Reading dan mohon koreksi untuk penulisan....
...jangan lupa komentar untuk menjadi yang lebih baik lagi....
...Episode kali ini cukup panjang jadi selamat menikmati dan terimakasih sudah mampir...
..........................❤️.........................
..."sebuah rasa cinta itu tulus jika kita melihat dari dalam hati bukan karena hanya ingin memiliki dan menguasai rasa cinta itu di dalam diri kita" By Khibban NurCahyo....
Rasa cinta itu hadir tanpa ada nya pilihan dari siapapun dan itu pun hadir dengan di sengaja maupun tak di sengaja karena Tuhan mengirimkan kekasih yang datang dan pergi tanpa ada nya panggilan dan kepergian yang tak mungkin di antar pergi.
"sudah bro merokoknya? tumben cepat sekali kau? apa sudah menjadi seorang Chairil Anwar kau wan?" selidik Alvan penuh canda.
"terkadang aku jadi Chairil Anwar pun tak ada yang bisa memiliki hatiku seutuhnya Van" sambil membolak-balik buku karya Mochtar Lubis.
sayup sayup terdengar lagu era 2000 an berjudul kamu kamu lah surgaku yang di aransemen oleh Dhani Achmad.
"Van buku ku kok belum di temukan ya? apa mereka kesulitan menemukan buku itu ya?" selidik Ridwan.
"eh wan wan bentar sini bentar *** lah" sambil menarik Hoodie sweater nya Ridwan.
terlihat sepasang cowok cewek bertegur sapa seperti kenal lama mereka berdua tapi Ridwan dan Alvan curiga dengan cewek tersebut dan ternyata benar, cewek itu adalah Lidia dan Vita.
"untuk apa mereka berdua kesini Van?" sambil mengarahkan tatapan ke arah mereka bertiga.
"mungkin kakaknya Lidia atau kakak nya Vita, kamu cemburu?" selidik Alvan.
"ora ***, gila apa cemburu, aku pacarnya Lidia aja bukan ngapain cemburu segala, babi kau Van" timpuk Alvan dengan buku tebal.
"permisi mas ini kah bukunya yg di cari dan mohon maaf kami sangat lama mencari nya" ujar pelayan Gramedia.
Tanpa di sadari mereka di tatap oleh enam mata sekaligus bersamaan dan betapa kagetnya Vita sambil setengah berteriak kegirangan.
"Lid woy Lidia itu kan Alvan dan Ridwan" sambil menunjuk ke arah dua kaum Adam yang di seberang rak buku.
"oh iya tapi aku di sini ketemu mas Prika bukan mereka berdua, faham Vit?" perjelas Lidia.
"serah kau Lid, aku tak ke mereka berdua, bye" berlalu meninggalkan Lidia dengan mas Prika.
entah apa yang di pikirkan Ridwan dan Alvan sehingga mereka berdua bertemu kembali di tempat yang berbeda, apakah ini sebuah pertanda bahwa nantinya mereka akan menjadi sebuah kisah cinta Ridwan maupun Alvan?
"hai Alvan dan ini pasti Ridwan kan?" mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Alvan dan kamu Vita?, tumben ketemu lagi di sini, hehehehe" basa basi Alvan sambil menggenggam tangan Vita agak lama.
"makasih ya Van tadi pasta dan spaghetti nya, ngomong-ngomong teman mu si Ridwan emang pendiem?" sambil melihat ujung rambut Ridwan sampai ujung kaki si Ridwan.
"liatnya biasa saja neng, jangan liat seperti itu ke saya, saya memang jelek tapi jangan di liatin segitunya juga" sarkas Ridwan.
SEMENTARA ITU DUA HATI YANG BERTEMU
"Mas Prika gimana kabarnya?,sehat?" sambil menatap wajah Tampan Kekasihnya tersebut.
"Alhamdulillah sehat semua, ada apa datang kesini? bukan kah kita sudah jelas sudah tidak ada hubungan sama sekali Lidia?" tatap nya penuh dengan menghakimi.
"Mas Prika, aku mau bertanya satu hal, boleh?" melas sekali kau Lidia.
"boleh asal tidak membahas Shinta kekasihku saat ini, faham kamu?" tegasnya.
" mama dan ayah menanyakan keseriusan kamu mas, tapi kamu sudah sama Shinta, apakah ini adil buatku mas? jawab mas Prika" histeris Lidia.
"hei gak usah histeris juga Lid, asal kamu tau, aku tidak pernah menikmati tubuh mu sedikit pun dan aku meninggalkan mu demi Shinta cuman satu ingin ku!, aku ingin bebas Lidia!" sentak Mas Prika.
"kamu jahat mas! kamu brengsek emang! dasar kau laki laki pemain wanita" tangis Lidia pecah.
"dasar cewek murahan,......." tangan Mas Prika mengayun tepat untuk menampar Lidia.
Entah apa yang membuat hati Ridwan tergerak daritadi mengamati Lidia dan cowoknya tersebut sehingga dia pasang badan untuk menerima tamparan dari mas Prika.
"hei lu cowok kan?,tamparan mu tak sekeras wajahmu bro" sambil mengusap pipi kanan nya.
"lu siapa? cowoknya? bodyguard nya hah?" dorong Mas Prika ke dada bidang Ridwan.
"bukan, aku hanya pembeli buku di sini tapi lu kelewatan bro,sikap lu sama wanita bro" sambil memegang leher mas Prika.
dan akhirnya tak terhindar kan perkelahian antara dua cowok tersebut, tapi entah kenapa Ridwan menang dalam perkelahian itu, tapi tetep saja hidung dan sudut bibir nya berdarah.
"udah segitu doang kemampuan lu bro?" tantang Ridwan yang posisi sudah di rangkul Alvan.
"he *** *** wes ***, Raimu Wan wes gede isone tukaran Nang tempat umum" sambil memeluk Ridwan.
"lu siapanya Lidia hah? security lepas, biar tuntas gua hajar tuh anak ingusan" berusaha melepaskan dekapan security.
"Van lepas, belum selesai gua tendang tuh mulut cowok itu, *** culno ***" teriak Ridwan ke Alvan.
"Uwes Wan uwes ***, tak antemi dewe raimu kui" seru Alvan.
"kalian semua ikut ke kantor security segera!" Ridwan dan Mas Prika seret paksa ke kantor security.
Sementara di kantor security Ridwan,Mas Prika dan Lidia di kumpulkan hanya saja Mas Prika tetap tak terima bisa kalah dengan Ridwan, oh ya Ridwan yang notabene nya penyandang sabuk hitam strip dua merah di beladiri karate bisa di sebut Pelatih tapi tetep berdarah hidung dan sudut bibirnya.
"kalian bertiga kasih alasan kenapa buat keributan?" seru kepala security Mall tersebut.
" saya yang salah pak, maaf cewek ini nama nya Lidia dan dia kekasihku,ada permasalahan internal bapak, jadi maafkan saya" seru Ridwan tanpa beban.
"oh jadi kamu cemburu tapi di cctv mall yang mukul duluan kamu" tunjuk kepala security ke arah mas Prika.
" pak security yang terhormat, dia tidak bersalah,saya yang bersalah, jadi biarkan kita selesaikan dengan perdamaian saja ya" Rajuk Ridwan.
Sementara itu Lidia hanya ternganga dan Alvan hanya tersenyum simpul melihat sahabatnya mengerti keadaan mas Prika yang bekerja di situ dan pasti mas Prika akan mendapatkan masalah lebih jika Ridwan menjelaskan detailnya. tentu saja Ridwan tidak mau memperkeruh suasana tersebut.
"bro saya minta maaf sebesar-besarnya ya" ujar Ridwan sambil meminta berjabat tangan ke mas Prika.
Mas Prika langsung menjabat tangan nya dan menatap heran ke arah Lidia dan Ridwan.
"makasih bro, gua jelasin duduk permasalahan nya dan makasih sudah menyelamatkan gua dari pemecatan dari pekerjaan gua bro" bisik mas Prika sambil memeluk Ridwan.
Lidia hanya bisa ternganga tidak percaya kenapa Ridwan bisa menutupi kesalahan yang di timbulkan oleh dirinya dan ada alasan apa Ridwan memberikan senyuman ke arah Lidia.
Setelah mereka semua berpamitan dan mengundurkan diri dari kantor security tetapi berbeda dengan Ridwan dan Alvan mereka berdua mencari area merokok tanpa mereka sadari Lidia dan Vita mengikuti mereka berdua.
"Lidia beli obat obat dulu sana buat Ridwan, sudah membela kamu di depan Mas Paprika mu tadi" sambil mendorong Lidia ke pusat Toko Obat di Mall tersebut.
"iya iya Vit, Semoga itu anak tidak kenapa kenapa" dengan wajah khawatir.
"hellow Lidia, kau khawatir?? kau suka sama Ridwan?" selidik Vita.
"nguawur kalau ngomong kau, dasar tukang kibul" gerutu Lidia sambil meninggalkan Vita untuk membeli obat-obatan.
SEMENTARA ITU DI AREA MEROKOK.
"Sini liat luka mu Wan" sambil memegang sudut bibir Ridwan.
"apa sih ***, sudah tak sakit Van" sambil menghisap rokok nya.
"Assalamualaikum wr wb, maaf mengganggu,bisa kita berdua duduk di sini?" sambil membuyarkan lamunan Ridwan.
" waalaikumsalam wr wb, ya silahkan saja, ada perlu apa lagi?" sahut Ridwan dengan singkatnya.
"Wan tak tinggal dulu sama Vita ya, titip apa? kopi atau coklat?" tanya Alvan sambil mencari alasan agar Ridwan bisa berdua dengan Lidia.
"Black coffelate dan satu pack Surya, nih uangnya" sambil memberikan lembaran merah ke Alvan.
"Yauda terserah kau aja Wan, tak tinggal dulu, Assalamualaikum wr wb selamat berobat" Seru Alvan sambil menampar di bagian Sudut bibir Ridwan.
"dancuk asu loro ***, cepet balik, takud di apa apa in aku Van" Teriak Ridwan.
Tanpa di sadari Lidia yang sedari tadi berdiri di samping Ridwan hanya melihat dan mungkin hanya bisa diam karena melihat ke-tengilan Ridwan yang ucapan nya tidak bisa di kontrol.
"permisi, boleh saya duduk di sini?" ujar Lidia.
"eh kamu, boleh aja, ada apa lagi toh?" sambil membakar rokok terakhirnya.
"maaf rokok nya bisa di matikan sebentar?" pinta Lidia sambil terbatuk-batuk.
"eh maaf lupa, ini saya matikan" sambil mematikan rokok nya.
"makasih, bisa liat luka mu sebentar?" sambil memegang pipi lebam nya Ridwan.
mungkin ini tatapan yang kesekian kali untuk mereka berdua tapi kali ini tatapan dari Ridwan berbeda dan begitu juga dari Lidia. sambil membuka Satu botol alkohol medis dan di tuangkan sedikit di kapas.
"mau ngapain? alkohol buat apa?" tanya Ridwan sambil mencoba menghindar.
"itu luka dan biar saya obati dulu sini" sambil berusaha mengoleskan kapas yang basah akan alkohol.
" nyonya Lidia yang terhormat, saya mohon maaf, itu alkohol bukan untuk membersihkan luka seperti ini, luka seperti ini harusnya di kompres pakai es batu bukan cairan alkohol" sambil mendekatkan bibirnya di telinga Lidia.
"eh maaf, saya tidak tau, bentar saya belikan es batu untuk kompres luka mu" sahut Lidia sambil beranjak pergi.
"tak usah repot-repot,sini duduk manis temani saya saja ngobrol" cegah Ridwan sambil memegang telapak tangan dan menarik lemah Lidia.
tanpa di sadari Lidia belum siap dengan tarikan tersebut sehingga jatuh di pelukan Ridwan tepat di dada bidangnya. dan pandangan kedua insan saling bertemu lama tanpa mereka sadari semakin dekat kedua bibir mereka, hampir mereka melakukan first kiss di depan umum tapi sayang Alvan dan Vita datang dan membuat mereka berdua melepaskan adegan tersebut.
" Wan Ridwan ingat tempat umum ya" sambil menepuk bahu Ridwan.
"Halah sudah datang toh, cepat kali kalian berdua" sambil merapikan Hoodie nya.
"salah tingkah juga tuh kau Lidia, jangan jatuh cinta dulu ya kalian berdua, Lidia ingat kamu tadi mau apa ke Ridwan" sambil memberikan coklat panas ke Lidia.
Akhirnya Lidia bercerita semua permasalahan yang mengakibatkan kejadian tadi berlangsung sampai baku hantam dengan Mas Prika yang ternyata mantan kekasih dari Lidia yang berpaling dengan Shinta adik kelas dari Lidia dan Mas Prika.
Dari semua cerita di atas Ridwan hanya ingin membuat Lidia tertawa kembali,hanya sebatas tertawa demi keceriaan Lidia kembali dia menulis sebuah puisi yang mewakili perasaan Lidia.
...PERTEMUAN...
Ingin rasanya bertemu
Lalu menghilang tanpa sebab
Kemudian berbicara tentang
Apa itu perkenalan dalam luka
Luka luka itu kembali dalam alunan rindu yang tak ku mengerti apa itu rasa dan apa itu asa membalut satu
Untuk merindukan arti kecupan
Suara lonceng gereja memberkati kita
Dalam setiap perjalanan dari awal
Kita merindukan banyak rasa
Tetapi semua itu berawal dari pertemuan
^^^Surabaya 3 September 2010^^^
"Lidia baca puisi nya di rumah saja dan maaf kalau puisi nya jelek untuk kamu" sambil membakar rokok nya.
" makasih Ridwan, bagus puisinya tapi boleh tanya sesuatu ke kamu?" tanya Lidia sambil menatap serius ke arah Ridwan.
"jangan tanya kenapa saya merokok dan kenapa merokok di depan wanita atau cewek lagi" perjelas Ridwan sambil menghembuskan asap rokok ke atas langit langit ruangan tersebut.
" pertanyaan saya,Kamu beri aku puisi buat apa? dan kenapa kamu membela ku tadi dengan menganggap saya kekasih mu?" tanya Lidia sungguh-sungguh.
"jawabannya simpel, karena kamu cewek dan cewek seperti mu tak pantas di sakiti fisik maupun batin, faham kamu?" sambil meminum black coffelate nya.
"kamu suka saya Wan?" selidik Lidia.
"dih percaya diri amat kau, saya hanya ingin kamu tadi tidak kena tampar itu saja, faham?" sambil melihat ke arah mata Lidia.
tidak sadar Mereka berdua ada dua manusia yang daritadi tidak di anggap oleh Lidia dan Ridwan, ya! mereka Alvan dan Vita.
"sudah kan Lidia, Ridwan emang gitu,dia murni membantu" sahut Alvan.
"Lid lupakan Mas Paprika mu dan tata kehidupan mu lagi, sudah banyak yang kamu korban kan untuk dia tapi dia?" sambil memeluk Lidia yang menangis.
Sementara itu Ridwan hanya menatap Lidia yang menangis dan ingin rasanya dia memeluk dan menenangkan Lidia juga tapi dia masih ada hati yang di jaga, ya di kota Gresik ada sebuah hati yang menunggu Ridwan sukses setelah kuliah, tapi apakah Allah SWT menggariskan agar Ridwan dan Tria bersama dalam satu kesatuan yang di sebut cinta abadi? entahlah, tapi Ridwan saat ini melihat Lidia menangis ingin membuat dia tersenyum kembali.
*Alhamdulillah untuk episode SEPTEMBER 2010 PART 2 nya sudah selesai, jika ingin membaca kisah selanjutnya, tinggal kan jejak ya 😊, happy reading guys😊🙏
dan untuk episode berikutnya kita flashback dengan puzzle cerita Ridwan dan Alvan semasa SMA ya.
..........................❤️.........................
...jangan lupa komentarnya untuk membangun dan kritik nya juga, terimakasih dan tunggu kelanjutannya ya karena cerita ini bagaikan puzzle yang berantakan karena cerita ini non fiksi......
..........................❤️.........................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments