..........................❤️.........................
...Selamat datang di story tentang sebuah arti dari sebuah Cinta tak bertuan...
...Happy Reading dan mohon koreksi untuk penulisan....
...jangan lupa komentar untuk menjadi yang lebih baik lagi...
..........................❤️.........................
..."cinta ibarat dua dunia yang berkunjung tanpa kabar dan pergi tanpa perasaan begitu juga kamu manis ku" By Khibban NurCahyo....
Sore itu masih dalam tempat cafe dimana dua sahabat sedang berkomunikasi dalam sebuah alunan lagu gerimis di bulan September yang di luar cafe, terdengar samar samar lagu Cinta Kita yang di bawakan oleh Teuku Wisnu dan Shiren sungkar.
“ wan are you okay? Sadarkan Alvan sambal menepuk pundak Ridwan.
“ lagunya mendukung sekali seperti saat ini ya van” celetuk Ridwan
“ kau saja aku kagak, dari dulu kamu melankolis banget dengan namanya perasaan wan” menatap sinis ke arah Ridwan.
“ entahlah van, mungkin ini kah yang di namakan takdir perasaan” seloroh Ridwan sambal membakar rokok nya.
“ sudah habis rokok berapa hari kau wan?” mencabut korek dari tangan Ridwan.
“ baru dua bungkus, why? Masih normal kan? Sini koreknya!” Gerutu Ridwan sambal merebut korek dari Alvan.
“ Matamu normal, cuman mengingatkan saja, merokok boleh tapi jangan lupa kapan berhentinya. Itu kan……..” sambil melirik seorang cewek yang telah berlalu.
Serentak dua cowok tersebut melihat cewek dengan tatapan tanpa berkedip dan mereka mengenal cewek tersebut, dan tanpa di sadari cewek tersebut menoleh ke arah nya kembali.
“ Van itu kan Lidia” sambil meminum kopi nya.
“ hem kalau cewek baru di ingat terus, woi apa kabar citari yang menjaga hatimu di Gresik *** lah” emosi alvan.
"itu yang aku pertanyakan untuk diriku saat ini dan kamu katanya ada saran untuk aku" sambil memandang Lidia yang sedang memesan sebuah kue dan secangkir teh panas.
"apa yang aku saran kan tak kamu perduli kan wan, percuma nantinya bakal ada hati yang tersakiti" menatap kosong ke arah Ridwan.
"saran mu apa Van? gak mungkin juga aku memiliki dua insan tersebut kan Van?" sambil memasang jaket Hoodie nya agar tidak ketahuan Lidia.
"kamu kenapa memasang Hoodie mu? takut kalau di omeli Lidia?" selidik Alvan.
"bener sekali karena dia lebih menakutkan dari mama ku Van" sambil terus menerus menghisap rokoknya.
"sudah males kalau jawab mu gitu terus" sambil beranjak ke kasur untuk memesan segelas capuccino.
Ridwan dan perasaan nya tak pernah bisa berlabuh akan dimana kisah cinta nya nanti saat menemukan yang cocok di hatinya, apakah benar benar tidak bisa berdamai? entahlah.
SEMENTARA ITU DI DALAM CAFE
"Lidia bukan nya itu Ridwan dan Alvan?, kenapa mereka berdua di sini?" tanya Vita sambil menunjuk ke arah Ridwan dan Alvan.
"Hust woi jangan di tunjuk tunjuk gitu lah, malas berurusan dengan cowok perokok gitu" rajuk Lidia.
"Halah nanti jatuh hati pada nya baru tau rasa dan nantinya sama dengan cerita mu dengan siapa namanya? Mas Prika? atau mas Paprika?" ledek Vita.
"udah jangan bahas dia, dia sudah ada yang baru Vit" sambil menoleh ke arah Alvan dan Ridwan.
"Kamu sedikit tertarik dengan Ridwan ya lid?, kok sepertinya kamu banyak yang liat lagi ngasi permen untuk Ridwan?" selidik Vita.
"bukan tertarik tapi lebih tepatnya Empati Vita Sareng binti Maimunah" mata Lidia sambil melotot.
"tapi tak liat liat Ridwan dan Alvan anak orang berada deh Lid" Sambil menaruh kagum ke Alvan
"mau orang berada mau orang kurang mampu tapi otak yang di pakai Vita Vita" mengaduk es bubble gum nya.
Tak terasa kedua mata saling bertatapan meskipun hanya sepersekian detik tetapi Lidia tersenyum juga ketika melihat Ridwan dari dalam ruang Cafe tersebut dan Vita yang melihat nya hanya geleng kepala.
"permisi kak, benar dengan kak Lidia?" tanya waiters Cafe.
"iya benar ada yang bisa di bantu?" sahut Lidia sambil menatap waiters tersebut.
"maaf ini pasta dan spaghetti dari meja 14 yang di luar ruangan dan untuk billing nya sudah di bayar oleh Kak R yang di luar sana tadi ya kak, terimakasih" sambil menaruh satu piring pasta dan spaghetti.
"wuih Lidia keren baru saja lepas dari mas paprika sekarang ada yang mendekati kembali" sambil mengambil sepiring pasta dari hadapan Lidia.
"eh Vita namanya mas Prika sekali lagi namanya mas Prika bukan Paprika, faham?" sambil melihat harga pasta dan spaghetti di daftar menu.
"Vit, bentar bentar liat harga dua menu ini" sambil menunjuk harga nya.
" apa yang aku bilang Lidia binti Maimunah mereka berdua tajir lho dan kenapa gak kamu dekati?" sambil melahap pasta tersebut.
"vit aku masih trauma dengan yang sudah ku lalui dengan mas Prika Vit dan aku gak mau di sebut perebut pacar orang lagi vit" sambil mengelap air mata yang tiba tiba jatuh.
"Lidia, kamu nangis? itu kan yang salah mas Paprika lid bukan kamu lid dan kamu korban dari seorang laki laki yang pembohong" dengan mulut penuh pasta.
" Vit, setelah ini temani ke Gramedia ya, mau beli buku dulu sebelum pulang, bisa kan? nanti tak belikan Masker wajah deh" rayu Lidia.
" Halah pakai ke Gramedia dan alasan pula ingin beli buku padahal ingin melihat mas Paprika kan?" sambil menunjuk tepat di hidung Lidia.
"hahahaha salah satunya itu Vit" tawanya renyah.
SEMENTARA DI GRAMEDIA
"permisi mas ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang penjaga di Gramedia.
" mau cari buku filsafat mas karangan Aristoteles apa ada?" tanya Ridwan.
"sebentar saya cari stok bukunya dulu ya mas" pamit penjaga dengan ramah.
" eh wan, ngapain cari buku filsafat? bukankah jurusan mu Bahasa Inggris ***" sambil melotot ke arah Ridwan.
"bosan baca buku bahasa Inggris terus Van, tau sendiri kan kau minat ku ke filsafat gimana?" sambil memegang buku puisi karangan Chairil Anwar.
"sudah taruh buku itu, kau udah mirip Chairil Anwar lama lama dan nanti kau seperti binatang ****** dari kumpulan yang terbuang" sambil berpuisi di hadapan Ridwan.
"Van rokok satu batang,mumpung masih di Carikan bukunya" merogoh saku Alvan yang sudah pasrah.
" bocah edan, ketika melihat buku milik Chairil Anwar langsung berpose seperti Chairil Anwar.
SEMENTARA ITU
"Lid lid Lidia woy, itu kan Ridwan? ngapain dari tempat kerjanya mas Paprika?" selidik Vita.
" kau cari tau sana, aku ingin cari mas Prika bentar" berlalu meninggalkan Vita.
Mereka berdua yang tak di sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah direncanakan dan Lidia hanya ingin ketemu dengan Prika nya, seorang cowok yang dingin terhadapnya ketika lulus SMA bulan Agustus 2010 kemarin, dan pada akhirnya ratusan purnama yang menjawab di toko Gramedia dengan adanya Ridwan,Alvan,Vita, Lidia dan tentunya mas Prika.
Ada apa di bulan September 2010 ini? apakah dua jiwa ini akan bersatu? apakah dua jiwa ini akan menjadi ribuan hari yang sering berpuisi untuk ratusan purnama cinta mereka?
to be continued...........
..........................❤️.........................
...jangan lupa komentarnya untuk membangun dan kritik nya juga, terimakasih dan tunggu kelanjutannya ya karena cerita ini bagaikan puzzle yang berantakan....
..........................❤️.........................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
SnowDrop❄️
Setiap awal kalimat di mulai dari huruf kapital😉
misalnya : Kamu bukan kamu.
2022-02-20
1