Zain maupun Jane masih berada di atas tempat tidur yang sama dan keduanya masih saling berpelukan, setelah Zain puas menggelitik perut sahabatnya tersebut.
"Jane,'
"Hem,"
"Kapan kamu akan berhenti dari pekerjaanmu?"
Jane melepas pelukannya dan beranjak dari tidurnya, lalu menatap Zain yang sekarang juga sudah beranjak dari tidurnya, dan duduk sila tepat di hadapannya.
"Kenapa kamu berkata seperti itu?"
"Aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa dirimu Jane, mungkin sekarang kamu bisa menjaga diri, tapi tidak tahu nanti,"
Dan hembusan nafas kasar keluar dari bibir Jane, benar apa yang di katakan oleh sahabatnya tersebut.
"Terus aku–
"Jane, kalau kamu tidak pernah bersyukur seberapa pun uang yang kamu dapatkan tidak akan pernah cukup, dan sekarang aku tanya padamu, baju, sepatu, tas, perhiasan dan semua merek branded yang kamu miliki untuk apa? Tidak ada gunanya. Jangan bilang kamu ingin memamerkan itu semua pada teman-teman yang sudah menghinamu dulu, itu tidak ada gunanya Jena. Hidup itu bukan untuk memamerkan apa yang kita miliki,"
Jane menautkan kedua alisnya menatap sahabatnya tersebut, lalu Jane menempelkan punggung tangannya di kening Zain.
"Zain kamu baik-baik saja?"
"Jane aku sedang tidak bercanda, aku mengatakan dengan serius," Zain meraih tangan Jane yang masih memegangi keningnya. "Jane!"
"Tapi aku tidak bisa sepertimu Zain, yang menerima apa saja hinaan dari mereka, aku ingin menunjukkan pada mereka aku juga bisa memiliki apa yang mereka memiliki,"
"Tapi cara kamu salah Jane,"
Jane menghela nafasnya kasar, lalu turun dari tempat tidurnya tidak ingin menanggapi perkataan Zain yang semuanya benar. Jane menghentikan langkahnya saat ingin keluar dari kamar, saat Zain memanggil dan berjalan menghampirinya.
"Bagaimana kalau kamu ikut aku ke kampung dan memulai hidup baru di sana,"
"Maaf Zain aku tidak bisa, jika kamu ingin pulang kampung pulanglah," ujar Jane yang langsung keluar dari kamar meninggalkan Zain seorang diri.
Dan Zain pun dengan segera mengikuti Jane dan merangkul bahunya.
"Jangan ngambek gitu lah, maaf jika aku lancang mengatakan ini, apa kamu yakin mengijinkan aku pulang?"
Mendengar perkataan Zain, Jane menghentikan langkahnya, lalu melepas tangan Zain yang masih merangkul bahunya, dan menatapnya.
"Aku mengijinkan kamu pulang, tapi kamu tidak boleh menetap di sana, kamu harus segera kembali, aku tidak bisa jauh dirimu Zain,"
"Aku usahakan,"
"Benarkah? Kamu tidak bohong?" tanya Jane penuh antusias dan langsung memeluk Zain saat sahabatnya tersebut menganggukkan kepalanya. "Terima kasih Zain,"
"Iya tapi lepaskan dulu pelukanmu, aku tidak bisa bernafas Jane,"
"Maaf," Jane langsung melepas pelukannya, lalu melangkahkan kakinya menuju ruang makan, saat merasakan lapar yang luar biasa.
Jane mendengus kesal saat di meja makan dirinya tidak menemukan apa pun untuk di makan.
"Jangan begitu, lebih baik kita cari makanan di luar Jane,"
"Memang kamu memiliki uang, ingin mengajakku makan di luar,"
"Tentu saja punya, semalam aku mendapat bayaran dua kali lebih banyak dari biasanya, karena warung pecel lele bang ucok laris manis,"
"Berapa?" tanya Jane penasaran sambil mendekat ke arah Zain.
"Dua ratus ribu,"
Jane tertawa kencang saat mendengar jawaban dari Zain, lalu Jane menoyor kepala sahabat tersebut.
"Dasar malih, dua ratus ribu di bilang banyak, aku dong satu malam seratus juta,"
"Tapi aku mencari uang dengan cara halal Jane,"
"Kamu kira aku mencari uang dengan cara ngepet, aku juga mencari uang dengan cara halal,"
"Halal apanya,"
"Ya jelas halal lah, aku menyediakan jasa, dan mereka membutuhkan jasaku iya kan?"
"Ajaran sesat itu Jane,"
"Sudah jangan banyak ngemeng, sekarang gendong aku ke kamar, aku ingin mandi setelah itu baru kira makan di luar, tenang saja aku yang akan membayarnya, aku tahu kamu kere,"
Jane langsung memeluk Zain dari belakang memintanya untuk menggendong, dan Zain pun langsung menggendong Jane di punggungnya dan berjalan kembali menuju kamarnya.
"Kamu sudah mandi belum Zain?"
"Kenapa? Jangan bilang minta gosokin punggung,"
"Itu tahu, mau ya?"
"Tidak, aku sudah mandi tadi di kosan,"
"Ah tidak asyik kamu Zain,"
"Bodo amat," sambung Zain dan masuk ke dalan kamar, mengingat kembali jika keduanya juga sering mandi bersama, dan Zain yang selalu menggosok punggung Jane.
Bersambung....................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Ita rahmawati
cwo cwe bs bgitu ya..🤦♀️🤦♀️😂😂si zain mgkin tongkatny bs lah gk on diperlakukan gt...tp ap dia gk ad rs ap nafsu gtu y...hrusny ad lah y hasratny walau gk bs on...🤣🤣🤣
2022-11-03
0
Aly'Jawa
astoge mereka berdua bener-bener deh
2022-06-15
0
Aqiyu
mandi bersama tapi Zain juga ga bisa bangun anu.....nya
2022-06-04
0