Jane yang sedang tertidur pulas, untuk menghabiskan sisa-sisa paginya, menarik selimut miliknya kembali saat ada yang menariknya.
"Bibi, ini masih pagi, jangan ganggu aku," suara parau Jane dengan mata yang masih terpejam, tahu kebiasaan sang bibi bila di pagi hari.
"Pagi kamu bilang, ini sudah siang bolong,"
Jane yang tadi tidur sambil tengkurap sekarang beralih menelentangkan tubuhnya, dan membuka sebelah matanya, saat mendengar suara seorang pria yang tidak asing baginya.
"Oh kamu, ada apa pagi-pagi datang kemari?"
"Pagi kamu bilang Jane, ini sudah tengah hari bolong, dasar gadis pemalas!"
Jane tidak menanggapi ucapan pria tersebut, dan malah menarik tangannya hingga terjatuh tepat di samping Jane, dan Jane langsung memeluknya.
"Jangan berisik sini aku peluk,"
"Jane, awas–
"Awas apa, burung kamu saja tidak bisa berdiri tegak Zain, sudahlah kamu pasti mengantuk kan, jam berapa semalam kamu pulang berjualan?"
"Jam tiga pagi,"
"Oh sayangku, kamu pasti lelah," ujar Jane sambil mengeratkan pelukannya.
Zain, pemuda tampan yang selalu Jane hina saat keduanya masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Tapi saat teman dekat Jane menjauhinya karena Jane sudah tidak memiliki apa pun, Zain datang mengulurkan tangannya dan menjadi penguat dan pendengar yang baik bagi Jane, hingga Jane yang dulu selalu membuly Zain sekarang bersahabat dekat dengannya hingga tidak ada jarak di antara ke duanya, dan bagi orang yang baru mengenal ke duanya berfikir Jane dan juga Zain adalah pasangan kekasih.
Zain pun balas memeluk Jane. "Jane,"
"Hem," jawab Jane dengan malas saat Zain memanggilnya.
"Kenapa burungku tidak bisa berdiri ya?"
"Entahlah, tapi setiap aku pergi melayani pria hidung belang, hanya dengan memegangnya, milik mereka sudah berdiri tegak, tapi saat aku memegang milikmu tetap saja tidur, sepertinya kamu memiliki kelainan Zain,"
"Mungkin aku tidak ada bakat jadi pria hidung belang Jane,"
"Bagus kalau begitu, siapa juga yang mau sama kamu, dompet aja tipis," ujar Jane sambil tertawa.
"Terus saja hina, aku pasrah,"
"Cup cup cup marah nih ye," Jane melepas pelukannya lalu beranjak dari tidurnya, saat kantuknya tiba-tiba hilang entah ke mana, tapi tidak dengan Zain yang masih di tempatnya.
Jane mengikat rambut dengan penjepit rambut, lalu menatap ke arah Zain yang terlentang dengan bertumpu ke dua tangannya, dan melihat wajah yang berbeda dari sahabatnya tersebut.
"Ada apa denganmu? Apa kamu sedang memiliki masalah?"
"Tidak,"
"Kenapa wajahmu seperti itu,"
"Aku ingin mengatakan sesuatu,"
"Apa?"
"Kamu tahu aku sudah tidak memiliki siapa pun di sini,"
"Kan ada aku yang selalu bersama denganmu Zain,"
"Bukan itu Jane,"
"Iya tahu, jangan serius begitu kenapa,"
"Karena ini serius, mungkin kita tidak akan bertemu lagi,"
"Jangan bercanda,"
"Tidak, aku tidak bercanda, hari ini aku akan pulang kampung menemani nenek dan aku tidak akan kembali lagi ke sini,"
Mendengar perkataan Zain, Jane langsung menatap intens wajah sahabatnya tersebut.
"Kamu yakin?"
"Untuk saat ini seratus persen aku yakin, aku sudah bosan hidup di ibu kota, karena tidak ada kemajuan materi yang aku dapatkan, kamu tahu sendiri semua pekerjaan sudah aku tekuni, tapi aku begini-begini saja tidak ada kemajuan, ingin melamar ke perusahaan, apalah dayaku yang hanya memiliki ijazah sekolah menengah atas," ujar Zain dirinya pun sama dengan Jane, setelah di tinggal ke dua orang tuanya hidupnya berubah drastis dan tidak lagi meneruskan pendidikannya, dan Zain bertahan hidup dengan cara bekerja serabutan yang tidak pasti, padahal Jane sudah menyuruhnya untuk mencoba ikut casting, karena wajah Zain sangatlah menjual, tapi Zain menolak karena dasarnya Zain adalah tipe pria pemalu dan tidak percaya diri, hingga dulu saat di bangku sekolah dirinya menjadi bahan bullyan.
"Zain kita masih muda, kita baru dua puluh tahun, masih banyak jalan untuk kita bisa sukses,"
"Tapi–
"Sssstt," Jane menaruh jari telunjuknya tepat di bibir Zain untuk menghentikan ucapannya. "Jangan katakan apa pun lagi, jika kamu pergi, bagaimana dengan aku Zain?"
"Ada bibi Bertha yang bersamamu,"
"Tapi aku ingin tetap bersamamu, aku tidak ingin jauh darimu Zain,"
"Jangan bicara seperti itu, seolah oleh kita seperti pasangan kekasih,"
"Sebenarnya aku mau jadi kekasihmu, tapi aku urungkan karena burung mu tidak bisa berdiri,"
"Kurang ajar kau Jane!" Zain menarik tangan Jane dan membawanya ke dalam pelukan dan tidak lupa Zain, menggelitik perut Jane.
Bersambung..............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Rika93
seru y kyknya persahabatan mereka
2023-01-16
0
Wiek Soen
🤣🤣🤣🤣🤣
2022-04-24
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
wkwkwk sahabat Somplak 🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-25
1