Makan bersama yang penuh kehangatan. Mereka menikmati setiap hidangan yang ada. Kedua orang tua Dante dan Chika seperti tak berjarak. Mereka baru saja bertemu, namun layaknya saudara jauh yang lama tak bersua. Keakraban berbalut canda tawa mengiringi setiap perbincangan yang terjadi di antara dua keluarga.
Dante menatap wajah Chika sembari mengembangkan senyum di bibirnya. Dia melihat kepolosan di sana, wajah penuh misteri yang membuatnya ingin sekali mendekat dan terus mendekat. Tatapan mata Dante di perhatikan oleh sang ayah.
"Ehm! sudah jatuh cinta!" Deheman dengan kata menohok, menyadarkan lamunannya akan sosok lain yang Dante temukan di wajah bayi Chika.
"Ehm! enak sekali makanannya." Tak mau kalah, Dante juga berdehem. Setelahnya, dia melanjutkan menyantap hidangan laut di depannya.
"Ada apa dengan kalian berdua?sakit tenggorokan 'kah?" Nyonya Sovia yang tidak memahami situasi canggung ini, mengira anak dan suaminya tersedak. Tapi jika di lihat, tidak ada tanda-tanda mereka meraih segelas air putih yang tersedia di atas meja. Harusnya, jika mereka merasakan sakit di tenggorokan, sedari tadi segelas air putih itu telah kosong tanpa isi.
Nyonya Sovia pada akhirnya membiarkan duo cuek melakukan segala hal sesuai kemauan mereka. Mau berdehem sambil jumpalitan juga tidak masalah baginya, yang terpenting, dia akan mendapatkan menantu kesayangan melebihi Julian Dexton, cinta pertama Dante.
"Ibu, aku masih ada urusan. Perjodohannya sudah selesaikan?" Dante membersihkan tangan kanannya di mangkuk yang berisi air, orang biasa menyebutnya air kobokan. Dante beranjak dari tempat duduknya. Badannya yang tegap, tinggi menjulang, menampakkan aura cool di tambah wajah datar yang menjadi ciri khasnya. Semakin membuat Dante menjadi duda keren penuh misteri namun menawan.
"Bawa dia bersamamu." Tuan Sovia meminta Dante membawa serta Chika pergi bersamanya. Dia berharap, dengan adanya Chika di samping Dante, akan membuat sikap keras dan kakunya melunak. Di tambah visual Chika yang gemes nan cantik penuh aura positif, akan menambah nilai plus pada hubungan kasih yang baru saja terjalin.
"Kau mau ikut bersamaku?" Dante menatap wajah Chika yang masih sibuk memilah daging kepiting dan cangkangnya. Awalnya dia tak menggubris ucapan Dante, tapi saat nada suara pria arogan itu meninggi, akhirnya telinga Chika yang terlalu peka dengan suara duda keren tidak bermartabat seperti Dante, mulai berfungsi kembali.
"Ya, aku ikut." Chika tak mau ribet, dia menuruti perkataan semua orang yang ada di sekitarnya. Tangan kanannya masuk ke dalam mangkuk berukuran sedang, ia mencuci tangannya di sana kemudian menarik dua lembar tisu dari kotaknya, dia mengusap kedua tangan dan bibirnya menggunakan tisu itu.
Dante dan Chika berjalan beriringan menuju pintu keluar restoran Alamanda.
"Sukses sayang! selamat pendekatan, selamat jatuh cinta," pekik Nyonya Sovia yang membuat karyawan dan pengunjung restoran menyorot Dante dan Chika.
Semua orang berbisik, mereka seperti bergosip atau bahkan membully. Dante tak menggubris segala respon dari para penghuni restoran. Dia segera pergi dari sana dengan menggenggam tangan Chika dengan erat. Gadis itu terkejut saat tangannya pertama kali di genggaman oleh pria selain ayah dan Minho.
"Lepas!" Chika meminta Dante melepaskan tangannya yang sedari tadi pria itu genggam.
"Iya aku tahu." Dante melepaskan tangan Chika.
"Tanganmu kasar sekali, ahli tawuran ya?" sambung Dante mengejek.
"Bukan urusanmu! cepat kita pergi dari tempat menyebalkan ini!" Chika menggerutu, raut kesal nampak jelas di wajah imutnya.
"Slow cewek hak tinggi, mobilku di sana." Tunjuk Dante ke arah mobil yang terparkir di sebelah mobil ayah Chika.
Chika berjalan beriringan dengan Dante menuju mobil si om duda berada. Hanya butuh waktu dua menit, keduanya telah berada di depan mobil milik Dante.
"Masuk." Dante meminta Chika masuk ke dalam mobil. Dia duduk di samping jok kemudi.
Bibir sang gadis masih mengerucut, dia kesal.
"Bibir jangan di monyongin, nanti orang kira mau minta cium." Dante menggoda Chika agar semakin kesal. Dia berharap Chika akan mengomel, tetapi respon yang di dapat tak sesuai harapan.
"Kau kenapa?" Dante menanyakan hal yang tak seharusnya ia ucapkan karena pertanyaan semacam ini termasuk dalam kategori kepo masalah pribadi Chika.
"Jalan!" tukas Chika kesal.
Dante menghidupkan mesin mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun, sampai dengan mobil itu berjalan beberapa meter meninggalkan restoran Alamanda, mulut bungkam Dante masih bertahan.
Dante melirik ke arah Chika yang sedang fokus menatap pemandangan di luar kaca mobil.
"Hm." Deheman maut Dante tak membuat Chika goyah.
Dante mulai kesal, akhirnya dia mengomel.
"Sampai kapan kau akan diam? apa kau marah padaku karena ulah ibuku? harusnya kau katakan jika tak menyukainya, apa kau kira aku hantu? tidak terlihat?" Dante seperti Nyonya Tiara jika sedang mengomel. Pria itu menghela nafas panjang, mencoba menenangkan diri. Dia paling benci jika di abaikan.
Chika merasa terganggu dengan suara berisik Dante, dia terpaksa menjawab segala pertanyaan yang om duda ajukan.
"Om Dante, aku tidak marah kepada ibumu atau siapapun. Ada hal yang mengganggu pikiranku." Jawaban ambigu keluar dari mulut cewek hak tinggi.
Dante ingin sekali mengetahui hal apa yang membuat Chika berpikir terlalu keras, tetapi dia mengingat tentang perjanjiannya bersama Chika.
"Kita berhenti di toko sepatu, hak sepatuku copot. Aku sangat kesulitan berjalan." Chika membuka pembicaraan, dia tidak ingin mendiamkan Dante terlalu lama, bagaimanapun juga bukan salah Dante jika dia harus melihat Geo bersama gadis lain di restoran itu.
"Ya nanti aku akan mampir ke toko sepatu langgananku." jawab Dante datar sembari tetap fokus menyetir.
"Tadi ada teman kuliah yang aku suka. Dia bersama seorang gadis berbeda setiap harinya, aku kesal karena harus menyukai badboy." Akhirnya, Chika menceritakan rasa pedih yang membuat moodnya jelek.
"Oh."
Jawaban tak berbobot dari seorang Dante.
"Hanya oh?"
Chika sudah berusaha keras menceritakan uneg-unegnya tetapi hanya mendapatkan tanggapan oh dari Dante.
"Itu privasimu, aku tidak ingin tahu dan tidak mau tahu."
Dante memegang teguh ucapannya membuat Chika kagum.
"Kerenlah om satu ini. Sangat berprinsip!" Dua jempol untuk om duda di berikan oleh Chika dengan senyum manis.
"Kau juga harus memegang prinsipmu, jangan jatuh cinta padaku." Perkataan Dante sangat mengena di hati Chika. Memang bener, hal satu ini adalah terlarang untuknya jika masih menginginkan uang senilai 100 juta tiap bulannya.
"Iya aku tahu, jatuh cinta denganmu? niat saja tidak ada. Tenanglah, aku masih waras. Aku termasuk gadis yang anti dengan duda." Kejujuran Chika membuat Dante tersenyum.
"Bagus kalau begitu, kau ingat kata-katamu itu. Jangan kau langgar." Dante kembali tersenyum, baru pertama kali dia menemui gadis yang tak mau jatuh cinta kepadanya, meskipun hanya niatan di hati.
"Iya om." jawab Chika singkat.
Dante menatap wajah Chika sekilas.
'Gadis unik.' batin Dante.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
L
kamu unik juga thor 😁😁😁
2022-03-25
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
44 like 👍
sebaliknya, kalo yang jatuh cinta nya Dante ke Chika gimana dong
baru nyahook loe ntar Dan 😊🤪
2022-01-05
1
🍸⃝༗ instagram : @dhevisjwta
anti dengan duda😅
2021-12-23
2