Dante berjalan masuk ke dalam restoran Alamanda tanpa rasa bersalah. Chika yang merasa kesal, melepas sepatu hak tingginya. Dia melempar sepatunya ke arah punggung Dante.
"Yes! tepat sasaran! rasakan itu!" Chika sangat puas dengan lemparannya yang seperti pemain baseball handal.
Dante yang merasa kesakitan di kepala bagian belakang, meraba bagian itu, ternyata ada noda darah di sana. Dante berbalik, dia mengambil sepatu hak tinggi milik Chika. Kaki jenjangnya berjalan yakin menuju tempat Chika berdiri.
"Apa ini milikmu?" Dante menenteng sepatu hak tinggi berwarna hitam itu dengan satu jarinya.
"Iya, itu balasan untukmu yang telah membuat pinggang dan pantatku kesakitan. Rasakan itu!" Chika merebut sepatu hak tinggi yang ada di jari Dante. Sang gadis memakai kembali sepatu miliknya. Chika berjalan dengan memegang pinggangnya yang kesakitan.
Dante melipat tangannya di dada, dia tersenyum saat melihat kelakuan konyol Chika.
"Jika gadis itu yang akan kedua orang tuaku jodohkan padaku, akan semakin menarik lagi. Tiap hari bisa mengerjainya," Dante berharap hal yang akan membuat hidupnya di masa depan kesusahan. Menikahi gadis suka memancing bukan perkara mudah.
Dante masih meraba kepala bagian belakangnya yang lumayan sakit itu. Sedikit menggelengkan kepalanya agar terasa lebih nyaman.
"Kekuatan lemparannya boleh juga, apa dia itu ahli tawuran ya? dia imut tetapi kekakuannya seperti cewek bar-bar," Dante tanpa sadar telah mengagumi sosok Chika yang aneh dan penuh kejutan itu.
Dia tersenyum saat mengingat wajah gadis yang melempar kepalanya dengan sepatu hak tinggi.
Selama ini dia tidak pernah merasakan hiburan aneh semacam ini. Hidupnya penuh kekecewaan. Tetapi saat bertemu si cewek hak tinggi, dia mampu membuka diri tentang rasa kagum terhadap gadis selain Julian Dexton.
Dante mengekor langkah sang gadis, ia terkejut saat sang gadis duduk di samping kedua orang tuanya.
"Dan, ini calon isterimu, ini Nyonya Tiara dan Tuan Giveon, calon mertuamu." Mendengar hal luar biasa yang mengejutkan ini, Dante langsung berakting.
"Wah! ini sungguh luar biasa, anak kalian sangat cantik dan sopan," Pandangan Dante mengerucut ke arah Chika yang melotot ke arahnya.
"Matanya bulat, tubuhnya juga lumayan bagus. Tapi hanya satu yang kurang," Dante memainkan peran sok akrab. Dia mendekati Tuan Giveon.
"Calon ayah mertua, kau harus memberitahu anak gadismu, jika ingin tawuran jangan di sini, dia bahkan melempar kepalaku dengan sepatu hak tingginya." Akting Dante sangat sempurna. Tuan Giveon menegur Chika.
"Apa itu benar Chika?" Tuan Giveon menatap ke arah Chika.
"Dante, tidak perlu berlebihan. Pasti calon menantu tidak sengaja melakukannya," Nyonya Sovia yang sedari tadi memeluk Chika mengutarakan pendapatnya yang sangat menguntungkan gadis itu.
"Maaf, aku tidak sengaja," Giliran Chika yang berakting kali ini.
Dia sok menjadi gadis lemah, sesekali dia melirik ke arah wajah Dante yang hanya tersenyum sarkas menatap dirinya yang pandai berpura-pura.
"Aku setuju menikah dengannya." Dante membuat keputusan besar di dalam hidupnya, bukan masalah cinta yang mulai tumbuh. Dia hanya ingin bermain-main dengan Chika. Ada misi penyiksaan di balik keanehannya menerima Chika, gadis berusia sembilan belas tahun yang membuat kepalanya berdarah.
"Besok menikah juga tidak masalah." Dante semakin ngelunjak. Dia tidak sabar untuk membuat Chika tersiksa berada di sampingnya.
"Apa? setidaknya beri aku waktu untuk berpikir." Chika terjebak oleh keisengannya melempar Dante dengan sepatu hak tingginya.
Dante meminta izin kepada kedua orang tua Chika untuk mengobrol dengan gadis bar-bar itu. Tanpa ragu, Tuan Giveon dan Nyonya Tiara mengizinkannya.
Chika malas beranjak dari tempat duduknya, tetapi dia merasa tidak enak hati dengan kedua orang tua Dante yang langsung welcome dengannya.
Keduanya berjalan beriringan menuju pintu keluar. Langkah keduanya berhenti di depan restoran.
"Apa maumu?" Chika langsung to the point menanyakan maksud Dante ingin menikahinya dengan segera.
"Aku akan menikah denganmu, apa itu aneh?" Dante memasukkan kedua tangan di saku celananya.
"Aku tidak mau." Chika menolak dengan tegas permintaan Dante.
"Bayar ganti rugi, 50juta. Kepalaku bocor karenamu." Dante menodong uang kepada Chika.
"Astaga? kepalaku dulu kena lemparan batu saja hanya menghabiskan uang tiga ratus ribu paling mahal. Apa ini? dasar pria aneh." Chika masih tidak terima dengan ganti rugi melebihi apa yang dia lakukan.
"Kau masih kuliah? sudah punya kekasih?" Dante mulai mengorek informasi seputar Chika.
"Masih jomblo, kuliah." Chika ketus, dia malas menanggapi segala ucapan Dante.
"Oke baiklah, kita buat kesepakatan. Aku butuh kau ada di sisiku. Setiap bulan ku beri kau 100juta dengan syarat kau jangan jatuh cinta kepadaku." Penawaran yang menggiurkan. Apalagi dia tidak akan pernah menyukai pria dengan mudah. Apa lagi pria lemah seperti Dante.
"Oke, deal. Tapi dirimu jangan pernah mengurus masalah pribadiku. Apa kau paham?" Chika menegaskan jika dia butuh privasi.
"Baiklah, setelah menikah, kita buat surat kontrak. Aku hanya butuh bantuanmu selama enam bulan, setelah itu aku akan melepaskanmu." Masih misteri, apa yang membuat Dante menginginkan Chika ada di sampingnya. Sedangkan dia masih dalam rasa berkabung, rasa sakitnya belum terobati.
"Kau urus sajalah, aku terima beres saja. Lebih baik kita kembali ke dalam. Kedua orang tua kita pasti menunggu di dalam." Chika mengajak Dante masuk ke dalam restoran kembali.
Keduanya berjalan beriringan, akting di mulai.
Di depan kedua orang tua masing-masing, Chika dan Dante setuju menerima perjodohan ini. Mereka akan menikah dalam waktu dekat.
"Akhirnya, anakku mendapatkan jodoh juga." Nyonya Tiara sangat terharu sampai menangis.
"Ibu, jangan seperti itu padaku, aku merasa menjadi gadis lapuk karena tak ada pria yang mau mendekatiku." Chika membuat semua orang tertawa.
Dante memandang wajah Chika yang memerah, ada kekaguman di sana. Dante tak henti memandang wajah calon isterinya yang semakin di pandang, semakin mempesona.
'Sial! sadar Dan sadar! dia itu hanya bocah! kau harus mampu mengendalikan dirimu. Dia hanya alat untuk menutupi kesedihanmu." Batin Dante mengingatkan dirinya sendiri.
"Ibu sudah memesan banyak makanan, ayo kita makan bersama." Nyonya Sovia mengajak anak serta calon menantunya untuk makan bersama. Keduanya menuruti ucapan Nyonya Sovia.
Dante dan Chika berjalan bersamaan, tubuh Chika oleng saat salah satu hak sepatunya copot. Dengan sigap Dante memeluk tubuh Chika.
"Cie... mesranya. Dante, kau banyak alasan. harusnya tidak perlu malu-malu. Dari awal ibu sudah meyakini jika Chika adalah jodohmu." Nyonya Sovia sangat mendukung hubungan Dante dan Chika.
"Lepaskan aku," bisik Chika.
"Iya aku tahu," jawab Dante.
"Awas kalau kau menyentuhku lagi," bisik Chika sembari melewati Dante.
"Cih, gadis aneh," ucap Dante. Dia geleng-geleng kepala karena rasa percaya diri Chika yang terlalu tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
yes tepat sasaran🤣🤣🤣
2021-12-25
1
MonSop
Bau2 dante bucin tuh ntar 🤭
2021-12-22
3
🍸⃝༗ instagram : @dhevisjwta
Keren, diksinya bagus. Buat aku insinyur. 🤧
2021-12-18
2