Sekitar lima polisi sudah datang atas panggilan Raihan untuk menangkap Mayasari, dengan bukti yang jelas dan kuat dia bisa menjebloskan Mayasari ke penjara. Atau.. menutup mata pada orang yang pernah dia cintai agar tidak pernah terlihat dan sekedar upaya untuk melupakannya.
"Saudari Mayasari Pritiwi, anda kami tangkap atas tuduhan penggelapan dana perusahaan."
Melihat dua polisi memborgol tangan Mayasari, Raihan hanya menatapnya datar. Mata yang terpancar, seakan mereka tidak pernah saling mengenal. "Maya, aku tahu kamu mendekatiku demi uang. Biarkan Arsyad juga melihat seberapa busuk kelakuan yang coba kamu sembunyikan."
Mayasari menatapnya dengan perasaan kelu, dia membuka mulutnya ingin menjelaskan. Tapi percuma saja, Raihan tidak akan mengambil perkataannya, dia tidak akan percaya.
"Raihan!" Suara itu terdengar dingin, keras dan membentak. Arsyad, untuk pertama kalinya dia memaki Raihan di depan umum. Dia menatap marah ke arah Raihan sekilas dan beralih ke dua polisi yang memegangi Mayasari.
"Sekretaris saya tidak mungkin melakukannya, saya mempercayainya, dia tidak bersalah!"
"Maaf Pak Arsyad, tapi semua bukti tidak bisa di sangkal. Kami akan membawa saudari Mayasari untuk di intograsi." Tanpa bisa di hentikan, beberapa polisi itu langsung membawa keluar Mayasari dan memasukkannya ke mobil tahanan.
Arsyad tidak bisa bertindak apapun, kedua tangannya di kunci kuat oleh polisi yang menghentikannya mengejar Mayasari.
Buak! Arsyad kehilangan pitam, dia langsung memukul Raihan tepat di dagunya. "Raihan! Saya tanya ke kamu, selama ini kamu anggap Mayasari itu apa?!"
Raihan mengusap gerahamnya yang sedikit bergerak dia langsung meludah darah di bibirnya, masih dengan senyuman. "Dia hanya perempuan p*lacur! Perempuan matre! Gila uang dan penggoda dua pria secara bersamaan!"
"Kau-!" Arsyad menjambak rambutnya sendiri, tidak ada waktu untuk berdebat dengan Raihan sekarang, dia langsung berlari sambil memikirkan bagaimana cara membebaskan Mayasari. "Aku akan mengurusmu nanti."
Raihan hanya tersenyum gentir, dia lalu mengangkat ponsel yang sendari tadi bergetar di saku celananya. Seperti biasa, pasti tertera nama 'Eyang putri'. Setelah percakapan panjang, Raihan mengatakan lima kata secara tegas.
"Baik, saya akan ke sana."
Berhenti di rumah mewah, bahkan bisa di sebut sebagai Istana besar keluarga Dharma. Beberapa pelayan langsung membungkuk hormat, karena cuaca panas terik di perjalanan Raihan melepaskan jaket kulitnya dan memberikannya pada Bik Mumun.
Bik Mumun segera menerimanya, dan melipatnya di tangan. Mengkerutkan keningnya karena sangat jarang sekali Raihan datang ke sini.
"Tuan muda Raihan?" Sapa Bik Mumun sambil menahan terkejut.
"Aku di panggil Eyang, di mana Eyang sekarang Bik?" Raihan sambil berjalan ke aula, biasanya Eyang Putri akan berada di sana untuk sekedar menikmati angin pagi atau sore. Tapi sekarang, Raihan datangnya siang.
"Beliau tidak ada di Aula, sini saya tunjukkan jalannya." Bik Mumun memandu Raihan, seperti memandu seorang pelancong.
Raihan melirik ke kanan kiri, setiap inci ornamen di dinding tidak ada sedikitpun yang berubah, semuanya masih terjaga. Karena Raihan sudah lama tidak tinggal di Istana keluarga Darma, dia benar-benar terlihat seperti seorang pelancong yang baru tiba di kota. Ingin tahu, dan melihat-lihat lebih jauh. Di atas meja yang berukiran gaya jogya kuno, Raihan melihat fotonya dan Arsyad saat berusia lima tahun, foto yang di ambil di pinggiran sawah dan di dalam foto wajah mereka berdua terkena lumpur.
Raihan tertawa kecil sambil mengusap bibir bawahnya yang sedikit sobek. Diabenar-benar mirip dengan kakaknya. Dari segi wajah, suara dan bahkan cara mereka marah.
Kejadian tadi siang di mana dia di pukul Arsyad masih terasa nyeri, nyut-nyutan dan memar. Raihan tersenyum tipis. "Tapi Arsyad mudah sekali tertipu wajah Maya, menganggap dia wanita baik suci! Padahal di baliknya..." Pasti menyembunyikan wajah p*lacur.
Bik Mumun hanya mendengar pelan gumamman Raihan. "Apa yang tadi kamu bicarakan Tn.Raihan?."
Raihan tidak menjawabnya, melainkan bertanya. "Bagaimana ekspresi Eyang saat ini, apa beliau marah?"
Bik Mumun terlihat berpikir keras yang secara refleks membuat Raihan menelan ludah, jika Eyang dalam keadaan marah apa sekarang Eyang tahu bahwa Raihan telah menjebloskan Mayasari ke penjara?
Karena Mayasari satu-satunya gadis yang juga Eyang banggakan..
Tidak butuh waktu lama, Raihan sekarang melihat wanita berumur enam puluh tahunan, kerutan di wajahnya masih menggambarkan jelas berapa usianya, tapi wanita itu jauh terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usianya. Wanita itu mengenakan pakaian ungu formal, dan jauh terlihat lebih mendominasi dari tampilan seorang CEO dari PT. Astra Pasero, Arsyad Abyasa Dharma.
Wajah yang tidak jauh berbeda itu langsung menyuruh Raihan untuk duduk. "Raihan, ceritakan pada Eyang apa yang terjadi hari ini di perusahaan. Eyang mendapat enam kali panggilan komplen dari cabang yang bekerjasama, di mana Asrayad? Apa dia tidak mencoba menenangkan para investor yang hari ini mengeluh ke Eyang."
Arsyad? Dia sekarang pasti menyusul Mayasari ke kantor polisi.
Raihan langsung berdiri dan berhenti di belakang Eyang Putri dan memijit pundaknya. "Eyang pasti lelah, kalau begitu aku bisa pijat bahu Eyang."
"Dasar, kamu selalu merayu Eyang seperti ini dari dulu agar Eyang tidak marah. Tapi kali ini, Raihan.."
Raihan berhenti dengan aksinya, dari dulu cara ini langsung berhasil untuk Eyang, tapi kali ini tidak.
"Eyang.. Perempuan yang Eyang bangga-banggakan setiap saat, yang selalu Eyang sanjung sebagai menantu terbaik untuk keluarga Dharma, dialah perempuan yang sama yang telah korupsi senilai lima belas miliar di perusahaan milik Eyang." Raihan berkata dengan hati-hati agar tidak terdengar seperti petir di siang bolong untuk Eyang, takut neneknya akan kecewa dengan Mayasari. Karena Raihan juga begitu kecewa dengan Mayasari, tembok kepercayaannya untuk perempuan itu sudah hancur ke tanah, tidak akan bisa berdiri kokoh lagi.
Tanpa di duga Raihan, Eyang Putri terlihat begitu santai. "Di mana perempuan itu sekarang?"
Raihan menatap Eyangnya sedikit terkejut. "Maya.. aku kirim dia ke penjara."
"Bagus." Kata Eyang Putri. "Dia pantas mendapatkannya, hanya keluarga kecil Pritiwi berani menghianati kepercayaan seorang Dharma? Mayasari Pritiwi.. dia telah melangkah ke batasan yang seharusnya tidak dia lewati."
Dia telah menganggap Mayasari seperti cucu perempuannya selama bertahun-tahun. Berbelanja bersama dan masak bersama merupakan hal yang biasa untuk mereka, beberapa kali dia juga pernah berkata akan menjodohkan Mayasari dengan salah satu cucunya, karena tidak ada perempuan lain yang pantas menyandang gelar sebagai menantu keluarga Dharma, tapi sekarang Mayasari seperti produk gagal di mata Eyang Putri dan sangat.. rendahan.
Meskipun demikian, Arsyad masih terobsesi dengan perempuan itu, orang yang sudah tidak pantas mengemban jabatan tinggi di PT. Astra Pasero karena mengabaikan kerjasama dengan para investor hanya untuk mengejar Mayasari? Apa yang tidak Eyang Putri ketahui? Dia punya ratusan mata-mata berjas hitam di sekeliling kedua cucu laki-lakinya.
"Raihan, bersiaplah naik tahta. Karena Arsyad akan Eyang gulirkan dari kursi megahnya dalam waktu dekat ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
slalu ada yg beda²in
2022-05-14
0
Hindun
ini eyang suka banget mihak satu putunya
2021-12-18
0