Arsyad memijit tulang pelipisnya saat mengetahui situasi yang rumit, otaknya ingin meledak menjadi ceceran problem yang sulit untuk dia atasi dan kepalanya semakin berdenyut ingin meledak.
Dia membanting catatan akuntansi di meja kaca hitamnya yang tertulis nominal akutansi yang sudah di palsukan oleh seseorang, seseorang yang telah korupsi di saham PT. Astra Pasero setinggi lima belas persen pendapatan pertahun perusahaan.
Lima belas persen dari sembilan belas miliar, adalah harga yang sangat tinggi. Tidak mungkin karyawan kacang yang melakukannya, pasti salah satu karyawan yang paling dekat dengan sang CEO PT. Astra Pasero sendiri.
Tapi siapa orang terdekat yang korup di dekatnya?
Pintu kaca sedikit buram di sisi depan itu perlahan terbuka dan mulai menampilkan seorang perempuan yang cantik, mengenakan seragam rapi khas berwarna hitam untuk rok di atas lutut dan sepatu hak tinggi warna maron, dia adalah perempuan yang cerdas dan yang paling mampu menyandang posisi sekretaris di sebelah Arsyad Abyasa Dharma dalam mengemban pekerjaan CEO-nya.
"Pak Arsyad, jangan berpikir untuk permasalahan ini sulit untuk di selesaikan. Saya akan berusaha menemukan siapa koruptor di perusahaan ini. Bapak, harus mendinginkan kepala dulu." Kata perempuan itu yang terdengar lembut.
Sambil menaruh coffe dingin, perempuan itu mengambil catatan akuntansi di meja dan mulai membacanya dengan serius. Bulu matanya yang fokus itu beberapa kali menahan untuk tidak berkedip, sampai menimbulkan getaran yang menggelitik di mata Arsyad.
"Mayasari Pritiwi..." Panggilnya.
"Hm?" Mayasari berdehem ringan, dia juga tersenyum lembut dan bibir bawahnya melengkung tipis.
Mayasari langsung melebarkan mata, begitu menatap mata lelah Arsyad. "Bapak istirahat dulu, biar saya yang menyelidiki catatan akuntansi ini. Saya tidak ingin melihat Pak Arsyad yang kelelahan."
Arsyad menyahuti permintaan Mayasari, dia mulai menyandarkan kepalanya ke sofa yang empuk. Selama Mayasari di sisinya, selama Mayasari turun tangan, Arsyad selalu merasa semua problem dalam hidupnya satu persatu akan terselesaikan.
"Mayasari, kamu bisa memanggil saya Arsyad saja saat hanya berdua atau di luar kantor dan luar jam kerja."
Arsyad berharap, Mayasari bisa memanggilnya seperti dulu. Arsyad atau Mas Arsyad.. semenjak mereka ada hubungan kerja, Mayasari tidak pernah memanggilnya selain kata Bapak, tidak lebih dari seorang karyawati yang memanggil pada bos mereka.
"Saya sangat menjaga tinggi hubungan profesionalitas untuk pekerjaan, dan.. membedakannya dengan urusan pribadi saya, seharusnya pak Arsyad berkomitmen lebih dari pada saya."
Arsyad tertawa miris, alisnya masih terlihat merajut lembut, dan menahan tawa miris mengubahnya menjadi tawa yang renyah. "Setidaknya pandang saya sebagai.. teman, jangan atasan kerja."
Mayasari hanya memasang simpul yang rumit di mengerti, dia meletakkan kotak makanan di atas meja bening dan membukanya. "Tadi saya keluar kantor di luar jam kerja, dan kebetulan melihat warung bang Maman sepi, jadi saya mampir untuk membeli bubur ayam."
Mayasari mengambil sendok plastik, mengusapnya menggunakan tissue dan meletakkan di samping bubur ayam. "Di makan lho pak Arsyad, mumpung bubur ayamnya bang Maman masih hangat, baru mengepul." Arsyad mengkerutkan keningnya, Mayasari langsung mengeluarkan bungkusan kerupuk udang. "Oh? Pak Arsyad mau toping kerupuk juga?"
Arsyad menatap kerupuk di depannya, sedikit menyayat, Mayasari tidak pernah ingat apapun tentang Arsyad. Tapi hal kecil tentang Raihan, Mayasari tidak pernah lupa. Seperti Raihan tidak kuat dengan makanan yang terlalu panas, Raihan tidak suka sepak bola dan Raihan yang tidak suka dengan berbagai hal lainnya..
"Saya alergi udang."
Mayasari menutup mulutnya yang terbuka lebar, dia merasa tidak profesional karena melupakan hal kecil tentang bos kerjanya.
"Pak Arsyad.. Maafkan saya."
Hening sesaat, Arsyad menunjukkan perasaannya dengan terlalu jelas. Dan Mayasari menolaknya dengan samar, jangankan berkata 'iya' atau 'tidak' bahkan Mayasari menjaga jarak dengannya begitu tipis. Ini membuat Arsyad berpikir jika Raihan menolak Mayasari, Mayasari akan menjadikannya sebagai pangkuan terakhir atau stasiun terakhir dari perjalanan hidup Mayasari. Sedikit miris! Tapi itulah kenyataannya.
Arsyad mengambil sendok yang sudah di poles bersih, membuka wadah kotak putih bubur ayam bang Maman dan mulai memakannya, menghabiskannya dengan cepat.
"Apakah ini bentuk pertemanan? Membawakan saya makanan di jam kerja, atau tahu saya belum sarapan dari pagi?" Arsyad merapikan dasinya yang sedikit longgar.
Arsyad berkata seperti itu hanya memastikan apakah Mayasari peduli jika dia sakit? Dan untuk memastikan di mana batas pertemanan yang di buat Mayasari agar tidak di lewati oleh kebodohan Arsyad.
"Jika Bapak sakit karena belum sarapan, nanti saya yang repot." Melihat bubur yang sudah bersih, Mayasari mengambilnya untuk sekalian akan dia buang begitu dia keluar.
"Maya.."
Arsyad merapalkan namanya, begitu melihat punggung Mayasari yang hendak keluar dari ruangannya dengan berkas kertas rumit di pangkuan tangan depan dada, Mayasari berbalik.
"Apa saya meninggalkan sesuatu?" Tanya Mayasari, dia sudah memasukkan semua barang-barang yang dia bawa ke dalam tas, bahkan sampah bekas bubur bang Maman juga dia bawa.
Arsyad tidak mengatakan apapun, tangannya menunjuk kertas dia antara pangkuan tangan depan dada Mayasari yang hendak membawa pergi catatan akuntansi.
"Pak Arsyad, saya adalah sekretaris untuk PT. Astra Pasero, sudah kewajiban saya menyelesaikan permasalah di perusahaan ini, dan.. orang yang melakukan kurupsi di bagian akutansi, saya akan bertanggung jawab.. Saya rasa ini di karenakan kelalaian saya yang kurang pecus sebagai sekretaris Bapak."
Mayasari tersenyum tipis, jika Arsyad di berhentikan dari jabatan CEO PT. Astra Pasero dia tidak akan punya muka untuk menatap Arsyad lagi karena ini kesalahannya sebagai seorang sekretaris yang kurang pecus.
Mayasari tersenyum kecil.
Arsyad mengulurkan tangannya dengan ekspresi wajah yang luar biasa tentang kelembutan dan sifat ramah, dia hendak mengambil catatan akuntansi dari tangan Mayasari, tapi wanita itu buru-buru mendekapnya seolah itu adalah barang berharga yang tidak boleh di copet, sekalipun itu seorang Arsyad Abyasa Dharma.
"Mayasari Pritiwi, jika kamu berbicara tentang tanggung jawab, seharusnya saya sebagai pemimpin perusahaan yang melakukannya. Saya siap resign dari perusahaan ini.. Tapi jika itu kamu.. Saya tidak bisa membiarkannya."
Mayasari dari kecil di didik keras dengan perkalian dan angka, sampai dia sepintar kalkulator. Dia mencapai puncak sebagai sekretaris melalui perasan keringat dan tenaga secara mandiri, Arsyad tidak bisa mengambil resiko kemungkinan yang bisa membahayakan posisi Mayasari di PT. Astra Pasero, dia tidak sampai hati melakukannya.
"Tapi pak Arsyad, ini juga kelalaian saya."
"Saya lebih malu jika kelalaian saya sebagai pemimpin perusahaan harus di tanggung oleh sekretarisnya." Tanggas Arsyad.
Arsyad berniat mengambilnya, dan Mayasari semakin bersikukuh mempertahankannya. "Pak Arsyad, saya hanya ingin meringankan sedikit tugas Bapak. Saya cuma mentelaah kesalahan jumlah akutansi saja, saya masih menyerahkan sisanya pada Bapak."
Arsyad melepaskan tangannya dari tumpukan kertas rumit yang di perjuangkan Mayasari, dia hanya diam menatap punggung wanita itu pergi dari ruangannya.
Perempuan sehebat ini, bagaimana bisa Arsyad untuk tidak jatuh hati?
Mayasari adalah wanita yang pantas mendapatkan cinta Arsyad, tapi cinta wanita itu hanya di miliki oleh Raihan, dan tidak akan pernah terbagi.. ataupun berubah haluan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
masih belum mengerti.. tp tetap ku ulang trs baca nya..🤗
2022-05-14
1
DEBU KAKI
semangat
2022-02-17
0
Mini Soegiharto
menyimak kakak
2021-12-23
3