Di dalam perusahaan sekarang sedang ramai dengan gosip kedatangan pria yang tampan, tapi bukan hal itu yang menjadi gunjing pembicaraan, tetapi karena wajahnya yang sangat mirip dengan Arsyad Abyasa Dharma. Sang Bos mereka.
"Mbak Maya, jangan lupa berkedip." Celetuk Rosa yang melihat mata Mayasari tidak teralihkan dari orang yang di sambut oleh Wisnu.
"Siapa dia, apakah belahan lain dari pak Arsyad?" Rosa menyenggol bahu Mayasari di tengah tengah melamun. "Begitu mirip."
Mayasari memberikan bubur ayam bang Maman yang di titipin Rosa. "Itu Mas Raihan, saudara kembar Pak Arsyad."
"Kembaran pak Arsyad? Saya baru dengar." Rosa mengambil bubur ayam bang Maman yang sudah dingin dan meletakkan di meja kubikel pribadinya. "Oh, thanks."
Rosa hanya berkacak pinggang, meraih kursi lain untuk di sejajarkan dengan kursinya. Menyuruh Mayasari duduk, dan mulai melakukan aksi ketika perempuan berkumpul.
"Sssst! Mbak Maya, semua karyawan di sini kan tahu, kalau Pak Arsyad menyukai Mbak. Terus bagaimana dengan perasaan Mbak Maya sendiri?"
Mayasari hanya menghela ringan, dia sudah memiliki perasaan untuk orang lain di hatinya. Laki-laki yang berwajah persis dengan Arsyad.
"Saya dan Pak Arsyad hanya sebatas hubungan kerja."Jelas Mayasari. "Dan gosip-gosip kedekatan kami, hanya kabar burung semata Mbak Rosa."
Rosa tersedak bubur bang Maman, dia mengambil cangkir air putih di tangan Mayasari dan langsung meminumnya. "Uhuk! Mbak Maya, laki-laki hebat dan sempurna seperti Pak Arsyad bahkan tidak bisa mencuri perhatian mu!?" Rosa menegak air mineral cepat, dan berbatuk-batuk ringan. "Mbak Maya.. jangan bilang kamu menyukai Pak Raihan yang tadi?"
Gelagat aneh, canggung Mayasari, menjawab pertanyaan Rosa. "Berarti saya punya kesempatan dong untuk ngedeketin Pak Arsyad!"
Mayasari mengusap tengkuknya sendiri, dia sudah menjadi tameng untuk Arsyad dan para perempuan di perusahaan selama bertahun-tahun. Semua orang sampai mengira mereka adalah pasangan kekasih, tapi bagi Mayasari.. Arsyad adalah sahabat kecil dan atasan kerja.
"Dari dulu juga semuanya punya kesempatan untuk deketin pak Arsyad. Kalian sendiri yang tidak siap-siap di garis start.. jadi Mbak semuanya ngira jika saya dan Pak Arsyad punya hubungan spesial.''
Mayasari mengangkat bahunya. "In fact nothing."
Rosa mengambil cermin di tas cibahu, bercermin, merapikan rambutnya.. dan langkah terakhir, menebalkan lipstik. "Bener nih, saya akan deketin Pak Arsyad. Mbak Maya sudah kasih saya lampu hijau, tandanya boleh bertindak."
"It's Okay." Mayasari sedikit mencolek pipi Rosa. Jika Arsyad mampu melupakannya, ini jauh lebih baik untuk Mayasari. "Saya dukung kamu, tapi Mbak Rosa harus berusaha keras untuk restu dari Eyangnya Pak Arsyad. Beliau agak pemilih untuk orang yang mau menjadi menantu di keluarga Dharma."
Rosa semakin mensejajarkan kursi putarnya di sebelah Mayasari. "Emang kenapa Mbak Maya, dengan Eyangnya Pak Arsyad?"
"Sassst! Mbak Rosa, jangan bicara keras-keras." Mayasari langsung menutup mulut Rosa dengan jari tangannya. "Saya gak mau cerita lebih lanjut, apalagi ngerumpi'in orang tua. Saya gak mau nabung dosa banyak-banyak."
Rosa memundurkan kepalanya, memanyunkan bibirnya menggerutu. "Halah Mbak Maya, sekali-kali nabung dosa ngak apa-apa. Sukur-sukur bisa dapat deposit."
"Maya.." Suara berat dan kuat itu terdengar, membuat Mayasari dan Rosa berbalik dan langsung melihat salah satu wajah orang yang tadi mereka bicarakan.
"Pak Raihan?"
"Mas Raihan.."
Dua orang itu berkata bersamaan, salah satunya bernada tanya. Dan yang lainnya merendam gemetar..
Raihan berdehem sedikit, dia langsung menarik lengan Mayasari dan berbicara sekilas pada Rosa. "Saya pinjam Maya sebentar."
Rosa menempelkan tangannya di mulut agar suaranya lebih keras. "Jangan di balikin ke saya Pak Raihan, bawa saja Mbak Maya menghadap ke Eyang Bapak untuk minta restu!"
Mayasari meringis kelu, gengaman erat di tangannya memang keras sampai menimbulkan jejak merah. Sedikit gemetar hingga merambat ke hatinya, meskipun cara Raihan menariknya kasar, dia tidak ingin melepaskan tangan Raihan.
Tangan yang menggegamnya dengan kebencian di matanya. "Mas Raihan? Kenapa Mas datang ke sini?"
Raihan tidak terlalu menggubrisnya, dia membawa Mayasari ke ruangan pribadinya. Ruangan yang masih sepi yang di buat khusus untuk kedatangannya di perusahaan.
Mayasari terhempas keras, dengan tumpukan kertas dan fotonya saat berbicara dengan Stella di bagian Akutansi.
Raihan melemparkan bukti yang dia dapat dari Wisnu. "Aku tahu! Kamu yang telah korupsi di perusahaan Eyang! Aku bisa menghancurkan semua bukti untuk mu! Tapi berhentilah hadir di kehidupan ku dan Arsyad. Berhentilah menghancurkan kehidupan kami!"
Mayasari merasa tenggelam, menghancurkan kehidupan mereka? Dia tidak pernah melakukanya, sebenarnya apa salah Mayasari sampai Raihan menuduhnya..
"Mas Raihan saya tidak korupsi, bahkan berpikir untuk melakukannya saya tidak akan berani. Mas Raihan.. Saya bukan perempuan seperti itu."
Raihan mengepalkan tangannya ingin melampiaskan kemarahan dengan pukulan tinju, tapi di hadapannya adalah perempuan, sedangkan dia hanya bisa memukul keras dinding ruangan. Buak!
"Bukan perempuan seperti itu? Lalu buktikan sendiri! Maya, apa kau punya bukti untuk menyangkal kau bukan seorang perempuan matre dan gila jabatan! Kau juga pasti penggila uang kan?!"
"Saya.." Mayasari ingin memberinya penjelasan, tapi bibirnya seolah-olah membungkam kelu. Dia memang bekerja keras untuk naik jabatan yang tinggi, penggila jabatan? Mayasari tidak menyangkalnya. "Tapi.. Saya bukan penggila uang, uang bukan segalanya untuk saya."
Raihan hanya tertawa miris. "Aku tidak bisa percaya sama kamu, aku lebih percaya sama bukti yang paman Wisnu dapatkan. Maya, mulai besok kepolisian akan menyeret mu ke penjara. Kamu tidak bisa berdalih! Sekalipun itu Arsyad, dia tidak bisa membelamu."
Mayasari hanya menggelengkan kepalanya lemas, alisnya merajut halus. "Mas Raihan, kamu tidak mempercayai saya? Lantas, seperti apa saya di mata Mas Raihan selama puluhan tahun kita mengenal?"
"Kamu hanya perempuan matre yang mendekati ku dan Arsyad!" Seolah untuk meredam amarah, Raihan ingin membanding kepalanya sendiri ke dinding.
Dia mengacak kasar rambutnya, tangannya mengkerat kasar dan ingin meraih apapun untuk melepaskan amarah. "Berapa uang yang kamu inginkan Maya, aku akan membayar mu untuk berhenti merayu Arsyad! Cukup aku yang tahu seluk busuk mu!"
Mayasari berkata merendam, hatinya merasa kecewa. Raihan menuduhnya tanpa berpikir panjang itu membuat perasaannya berkali-kali tenggelam sampai ke dasar. "Mas, pelankan suaramu. Kita masih di perusahaan, seseorang bisa mendengarnya dan berpikiran buruk tentang saya."
Raihan hanya tersenyum tipis. "Kamu, masih memikirkan formalitas? Maya, sebentar lagi semua orang bisa mengenal jelas seperti apa wajah koruptor yang kamu sembunyikan!"
Melihat punggung Raihan pergi, Mayasari hanya bisa merengkuh punggungnya dengan erat berharap kepercayaan itu akan hadir bersama pelukannya.
Tangannya semakin melingkar kencang untuk tubuh sempurna Raihan. "Mas Raihan.. Selama dua puluh tahun kita mengenal, sekali ini kamu tidak bisa mempercayai saya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
siapa sih dibalik ini semua 🤔🤔🤔🤔
2022-05-14
0
Hindun
pasti aja orang iri kalau kerja di kantoran,, nyindirr
2021-12-18
0