Tibalah Reyfan di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya, Reyfan langsung menggendong Sylla menuju IGD. "Tolong wanita ini Sus." Reyfan membaringkan Sylla di brankar.
"Tunggu di luar ya Pak, kami akan memeriksanya." Gorden pun di tutup. Reyfan duduk di ruang tunggu.
"Bagaimana kalau dia mati?" batin Reyfan. "Ah tak mungkin seperti nya tak ada luka serius tadi." Reyfan pun mengambil ponsel yang ada di sakunya dan menelpon Susan istrinya.
"Hallo Mas kamu dimana sih, udah jam segini belum pulang?"
"Maaf Sayang, Mas lagi di Bandung."
"Loh ngapain?"
"Ada sedikit urusan Sayang. Kamu jangan khawatir ya."
"Urusan apa Mas sampai aku nggak tau? Udah gitu malam-malam begini?"
"Iya Sayang, maafkan Mas. Tadi Mas buru-buru banget loh."
"Ya udah kalau gitu Mas hati-hati ya."
"Iya Sayang kamu jangan terlalu mencemaskan Mas ya."
"Iya Mas. Jaga diri ya."
"Aku tutup ya telponnya. Selamat malam sayang. I love you."
"I love you too."
Telpon pun terputus. Setelah beberapa menit seorang perawat memanggil Reyfan. "Pak ini tolong di isi formulir pasien." Reyfan mengambil kertas itu dengan wajah kebingungan. Dia bahkan tidak tahu nama wanita yang telah dia tabrak tadi.
"Bagaimana keadaannya Sus?" Tanya Reyfan pada perawatan itu.
"Kita belum bisa pastikan Pak. Tunggu pasien sadar dulu setelah itu kita akan lanjutkan pemeriksaan ulang. Untuk bagian luar hanya lecet saja Pak. Untuk bagian dalam kita harus tunggu pasien sadar." Jelas seorang perawat.
"Baik terima kasih infonya." Reyfan lalu menatap formulir yang di berikan kepadanya itu. Ada banyak yang harus dia isi tetapi Reyfan kebingungan dengan identitas Sylla. Reyfan pun mengarang nama Sylla menjadi Renata dan mengurus administrasinya. Setelah semuanya selesai, Reyfan kembali ke kamar Sylla lalu duduk di sampingnya.
Sylla masih belum sadarkan diri. Sedangkan Reyfan merasa sangat lelah dan mengantuk, akhirnya Reyfan tertidur sambil duduk tepat di sisi Sylla.
...***...
Fajar pun tiba. Suara tangisan di kamar sebelah membuat Sylla tersadar. Namun Sylla sangat terkejut melihat sosok Reyfan yang tertidur pulas di sisinya. Sylla menatap wajah Reyfan yang tampan. Dia mencoba mengingat apa yang telah terjadi semalam. "Aku ingat pria ini menabrakku," gumam Sylla.
Suara tangis itu semakin pecah dan sangat bising hingga Reyfan pun terbangun. Reyfan mengucek matanya beberapa kali karena retina matanya belum benar-benar bisa melihat dengan jelas saking rasa kantuknya masih mendalam. Setelah berkedip beberapa kali, akhirnya Reyfan pun bisa melihat dengan jelas Sylla yang sedang duduk dan menatapnya. "Kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang?"
"Saya tidak merasa apa-apa, Tuan. Terima kasih sudah menolong saya."
"Aku yang minta maaf karena ceroboh dan menabrak kamu semalam. Sudahku urus semua administrasimu. Jika tidak ada keluhan serius, saya mau pulang." Sylla teringat lagi perkataan Mpus kucingnya itu bahkan kalau Sylla berhasil lari dari ibu tirinya maka hidupnya akan berubah. Sylla pun menyusun rencana dalam sekejap mata.
"Aw ... adu-duhh sakit," Sylla memegangi kepala dengan kedua tangannya dan berakting kesakitan. Reyfan berdiri dengan panik dan memegang kedua punggung tangan Sylla yang sedang memegang kepala.
"Kamu bilang tadi nggak sakit?"
"Tu-Tuan ... tolong ... kepala sa-saya sakit sekali." Sylla pun pura-pura pingsan.
"Hah? Hei bangun ...." Reyfan menepuk-nepuk pipi Sylla tetapi tak ada jawaban. Reyfan pun berlari ke bagian resepsionis untuk minta Dokter memeriksa keadaannya. Beberapa saat kemudian Dokter pun memeriksa keadaan Sylla. "Kita harus melakukan CT scan untuk mengetahui keadaan pasien, Pak."
"Lakukan apa saja demi kesembuhannya, Dok."
"Baik kami akan pasien ke ruang CT scan." Reyfan pun kembali duduk di ruang tunggu. Reyfan khawatir jika terjadi sesuatu yang fatal pada Sylla itu akan merusak reputasinya. Jadi Reyfan harus memastikan keadaan Sylla aman dan baik-baik saja.
...***...
Hari pun berlalu. Kini matahari sudah menjulang tinggi tetapi Sylla tidak segera membuka matanya membuat Reyfan semakin panik. Hingga jam makan siang pun tiba. Sylla yang bosan berpura-pura tidak sadarkan diri akhirnya memutuskan untuk membuka matanya karena perutnya terasa lapar.
"Kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanya Reyfan dengan tatapan penuh kasih. Bahkan Sylla sampai terpesona melihatnya.
"Tidak ada, Tuan."
"Panggil saya Reyfan."
"Iya Mas Reyfan."
"Syukurlah. Siapa namamu?"
"Marsylla. Panggil saja Sylla."
"Kamu sudah berkeluarga?" Sylla hanya menggeleng kan kepala. Sialnya perkenalkan itu tak berangsur lama karena tiba-tiba saja Donita datang dengan dua ajudan dan membuka pintu ruang rawat Sylla dengan kasar. "Siapa kamu?" tanya Reyfan terkejut.
"Saya ibu dari wanita yang telah kamu tabrak semalam," jawab Donita dengan nada sinis.
"Lalu?"
"Saya akan membawa kasus ini ke kepolisian."
"Saya sudah bertanggung jawab atas apa yang saya perbuat. Lalu apa yang anda permasalahkan lagi?"
"Hei anak muda. Gara-gara kamu saya rugi." Sylla pun tidak tahan dengan perdebatan di antara keduanya dan ikut angkat bicara.
"Mami cukup. Sylla baik-baik saja." Kata Sylla dengan suara tinggi. Donita pun geram karena suara teriakkan Sylla lalu menjambak rambutnya.
"Oh anak Mami sudah berani berteriak sekarang? Kalau kamu baik-baik saja kenapa masih duduk manis disini hah? Kamu kenal dengannya?"
"Ti-tidak Mi. Tuan itu tidak salah apa-apa dia sangat baik."
"Oh jangan-jangan kamu menyukainya hingga kamu berani berteriak padaku, hah?" Donita menarik makin keras rambut Sylla.
"Aww … Sakit Mi." Tingkah laku Donita membuat Reyfan tercengang dan kasihan pada Sylla yang merasa kesakitan karena jambakan rambutnya.
"Apa seperti itu anda memperlakukan seorang anak?" ucap Reyfan yang hendak maju menolong Sylla tetapi di hadang oleh dua ajudan yang datang bersama Donita.
"Wah ada pahlawan kesiangan rupanya? Atau kamu menyukai anakku yang sangat cantik itu?"
"Tidak kah anda menyayanginya?"
"Haha ... kalau saya tidak sayang dengannya, sudah saya bunuh dia sejak kecil haha ...."
"Dia belum pulih, biarkan dia istirahat beberapa hari disini."
"Kamu nggak tau apa-apa, jadi jangan ikut campur. Sekarang berikan uang ganti rugi atau saya akan bawa kasus ini ke kantor polisi." Donita menyodorkan satu tangannya tepat di depan wajah Reyfan.
"Baiklah, berapa saya harus ganti rugi? Tapi biarkan dia dirawat." Jawab Reyfan santai.
"Punya nyali juga kamu? Haha ... Saya minta seratus juta." Ucap Donita penuh kemenangan.
"Baik akan saya siapkan." Reyfan pun mengambil ponselnya dan hendak menelpon.
"Tuan jangan! Tuan tidak salah. Bahkan saya baik-baik saja." Teriak Sylla mencegah Reyfan mengikuti perkataan Donita.
Plak!
"Diam kamu dasar anak nggak tau diri. Hei kalian jangan cuma berdiri seret anak ini ke mobil. Dia harus mulai bekerja malam ini juga." Renita kembali naik darah karena ucapan Sylla.
"Tunggu. Kenapa dia harus di paksa pulang. Saya bilang biarkan dia di rawat." Reyfan yang sangat lembut hati merasa iba dengan Sylla.
"Siapkan saja uangnya, jangan ikut campur urusan saya dengan anak saya."
"Tapi itu keterlaluan. Saya tidak akan memberikan sepeserpun." Donita menghampiri Reyfan dan berjalan memutar mengelilingi tubuh Reyfan. Tiba-tiba Dokter dan para perawat juga security datang karena laporan keributan.
"Ada apa, Fan?" tanya Dokter Doni yang kebetulan teman Reyfan yang bertugas disana kebingungan melihat situasi ruangan itu. Belum Reyfan menjawab Donita mulai berakting.
"Dokter dan kalian semua ... lihatlah laki-laki ini telah berusaha mencabuli anak saya Sylla. Makanya saya datang kemari dan membawa dua ajudan untuk memberinya pelajaran. Tapi dia sungguh sangat licik dan pandai berakting. Dia nggak mau ngaku, padahal otaknya mesum melihat kecantikan anakku ini." Perkataan Donita sontak membuat semua orang tercengang.
"Apa maksud anda Bu?" tanya Dokter Doni.
"Lihatlah anak saya yang sangat cantik ini. Begitu malang nasib mu nak hiks …!" Donita membelai rambut Sylla.
"Anak saya Sylla telah di tabrak olehnya semalam. Dan sebelum saya masuk ke kamar ini dia berusaha melecehkan Sylla hiks … Tapi saat saya memergokinya, laki-laki itu tidak mengaku. Bukankah dia harus menikahi anak saya ini?." Lagi-lagi perkataan Donita membuat suasana di ruangan itu sunyi. Tak ada yang berani menyangkal.
Hingga beberapa menit kemudian Doni mendekati Reyfan. "Fan, lu nggak lakuin itu kan?" bisiknya.
"Dia sedang menjebak gue, Don."
"Kenapa lu diem aja?"
"Kalau gue menyangkal reputasi gue jadi taruhannya." Akhirnya Doni pun menengahi permasalahan yang terjadi di ruangan itu.
"Ibu yakin Pak Reyfan ini telah berbuat yang tidak-tidak pada putri ibu?" tanya Doni memastikan kembali dengan di saksikan banyak orang disana.
"Tentu saja saya yakin. Dan detik ini juga saya mau laki-laki itu menikahi anak saya dengan mahar uang lima ratus juta," jawab Donita dengan sangat tegas dan ambisius.
"Baiklah saya akan menikahi anak ibu detik ini juga dan disini. Saya akan suruh orang-orang saya memanggil penghulu dan menyiapkan maharnya." Reyfan pun mengiyakan semua ucapan Donita.
"Tapi Pak, kita bahkan belum saling mengenal satu sama lain." Tolak Sylla.
"Kita akan saling mengenal setelah menikah Sylla," jawab Reyfan.
"Fan lu gila?" bisik Dokter Doni lagi.
"Sudahlah lu dukung gue aja. Sylla dalam bahaya juga kalau gue nggak nurutin maunya wanita itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Aleea1
ibu tiri qu baik banget 😔
2022-04-29
0
Hiatus
aku hadir lg kk. maaf br engeh dikau buat cerita br.
ttp saling dukung ya. aku cicil like dl dan fav. semangat up🤗
2022-02-09
0
Via🔥💰
wah wah wah udah tegang aja baru awal2
2022-01-13
0