NILAI

"Juna,"gumam ku melihat pria itu tersenyum manis ke arah ku.

"KEJUTAN!"teriak Arjuna tersenyum mendekat kepada ku.

Pria itu menghampiri ku, dan membawa ku duduk di atas kasur pasien yang sudah di ikat banyak balon, dan origami berbentuk burung 1000 buah itu sangat memenuhi meja ruangan itu, Aku menatap Juna yang mengulurkan sebuah buket bunga kesukaan ku yaitu bunga marigold yang sederhana tetapi melambangkan sebuah kisah cinta dalam yang menyayat hati.

"Terimakasih pangeran, apa pangeran menyiapkan semua ini untuk putri?"tanya ku membuat pria itu tersenyum.

"Tentu pangeran dengan senang hati mengukir senyum cantik di wajah tuan putri sampai akhir hayat,"ucap pria itu mengoda ku dengan berjongkok dan mengeluarkan kotak coklat.

"Haha Juna lucu banget, biasanya di film keluarin kotak cincin sambil jongkok, tapi Juna keluarin coklat aja harus begitu,"ucap ku menatap Juna dengan tawa yang terus terukir bersama Juna.

"Itu mah nanti aja, jangan buru-buru,"ucap Juna menatap ku.

Perasaan ku selalu tenang melihat mata tajam pria itu, senyum nya tiada henti untuk diri ku yang sederhana ini.

"Juna besok Nasa masuk sekolah,"ucap ku memberitahu kepada Juna.

"Secepat itu?"tanya Juna kaget menatap diri ku yang hanya mengangguk.

Juna mengegam tangan ku, pria itu sangat mengerti bagaimana posisi ku saat ini tanpa harus mengatakan langsung kepada nya bagaimana, siapa, dan apa yang terjadi sebenarnya.

"Baiklah, besok Gua jemput Lu, sekarang kita beresin dulu yah barang-barang nya,"ucap pria itu menerima keputusan ku.

Aku mengangguk lemah kepada Juna yang selalu menerima keputusan ku dan mengerti perasaan yang Aku derita saat ini.

Keesokan harinya

Sekolah masih terasa seperti biasa, sekolah elit tetapi ada beberapa siswa dari kalangan bawah yang mendapatkan beasiswa bersekolah di sini dan kelas menengah yang memaksa masuk ke sekolah ini karena memang fasilitas yang lengkap dan bagus membuat orang berlomba-lomba masuk ke kelas ini, di ruangan kelas yang ricuh saat ini pembagian hasil ulangan minggu kemarin membuat ku sangat gugup.

"Arjuna Rafael,"panggil guru membagikan kertas milik Juna.

Pria itu terlihat sangat bodo amad, seperti itu lah Juna, Aku sangat paham dengan seluk beluk nya, hingga akhirnya nama ku di panggil ke depan.

"Monalisa Martin,"ucap guru fisika itu memanggil ku.

Dengan gerakan cepat Aku mendorong kursi ku dan mengambil kertas itu, bel yang sudah berbunyi membuat guru meminta izin pamit keluar, Aku melihat nilai ulangan ku yang mendapatkan nilai 92 seketika air mata menetes di pelupuk mata ku, bagaimana ini? bagaimana kalo Mama, dan Papa tahu, Aku sangat tahu, kali ini Aku jauh dari kata sempurna.

"Sia*l sia*l sia*l"ujar ku mengcengkram kuat kertas itu.

Aku memanggil orang bernama Alvin, ketua kelas sekaligus osis di SMA itu.

"Alvin, kemana Pak erik tadi?"tanya ku kepada pria itu.

"Udah balik Mon,"ujar Alvin menatapku sekilas, lalu melanjutkan aktivitas nya.

Saat Aku ingin melangkahkan kaki keluar mencari Pak Erik menanyakan kenapa nilai ku bisa hanya mendapatkan poin sembilan dua sementara Aku menjawab dengan sempurna tanpa ada kesalahan, pikir ku, tetapi seorang gadis yang selalu membenci ku itu bernama Karin bersama tiga teman yang lain melirik ku.

"Duh queen SMA garuda emas kayak nya kecewa banget sama nilai nya kali ini, kurang sempurna kayak nya,"ucap Karin mengejek ku.

Jalan ku terhenti ketika Dia mengatakan itu, di kelas semua orang tahu kalo Aku sangat gila dengan yang nama nya kata sempurna, orang di luar hanya tahu Aku gadis cantik, pintar dan kaya raya, beda di kelas mereka, terlebih para gadis sangat benci menatap ku, sebenar nya Aku juga tidak ingin melakukan ini jika tidak ada paksaan dan kehendak orang tua ku.

"Karin, Lu lupa yah kalo mau jadi queen itu harus ada kata 'sempurna' Lu cacat otak dikit, mana bisa jadi queen haha,"tawa gadis lain bernama Megan.

Aku membalikan badan ku dan menatap mereka dengan tatapan kesal, sedih dan kesal bercampur menjadi satu, Aku sebenarnya tidak ingin membela diri tapi emosi memenuhi otak ku.

"Kalian kalo tidak tahu masalah Nasa, jangan ikut campur yah!"teriak ku dengan kesal mengeluarkan setetes air mata.

"Haduh, queen kita ini ga ada bersyukur nya, Monalisa martin Lu itu udah sempurna, nilai kepentok dikit aja Lu tangisin? Lu caper atau baper,"ujar Karin menatap ku dari kursi nya.

Gadis itu menaikan kaki nya di atas meja dengan melipat kedua kaki nya, lalu juga melipat dua tangan ke dada, rambut nya yang di cat merah merekah dan lolipop yang mengantung di mulut, serta rok nya yang pendek melebihi kapasitis yang di izinkan menambah kesan badgirl gadis itu, Dia menatap ku dengan tajam, lalu melangkah kan kaki nya di ikuti oleh dua pengawal nya.

"Karin perasaan Nasa ga pernah cari masalah sama Karin, tapi Karin terus-terusan ngejekin Nasa!!"teriak ku mengeluarkan unek-unek di kepala.

"Bacot Lu queen, ga ada bersyukur nya punya hidup, emang begini yah didikan pewaris martin generasi ketiga, kasian banget Gua sama Lu, kayak nya ga sempurna aja dikit hidup Lu bakal tersiksa,"ucap Karin.

Andai Karin tahu, perkataan yang Dia katakan memang benar, jika nilai nya tidak sempurna hidup nya memang akan tersiksa, terlebih oleh kedua orang tua nya.

Saat Aku dan Karin sedang beragumen mulut, Juna datang membela ku dan mengangkat kerah baju sekolah Karin dengan kasar, Aku ingat tatapan Juna ketika itu sangat tajam dan membuat semua orang merinding, sementara itu Karin hanya tersenyum miring menatap Juna.

"Jangan ganggu Nasa, kalo Lu ga tahu apa yang Dia rasain!"tegas Juna menatap Karin yang masih menahan cekikan pada tarikan Juna.

Kedua teman Karin berusaha mendorong Juna, tetapi pria itu mencegat dengan menatap nya tajam, bukan kedua kali nya Karin di perlukan seperti ini oleh Juna, sudah banyak dan mungkin tidak terhitung karena Juna selalu datang menolong Nasa yang di ganggu Karin.

"Haduh, pangeran queen datang nih, jadi takut,"sinis Karin mencengkram kuat tangan Juna.

Juna yang tangan nya di cengkram itu dengan kesal mendorong tubuh Karin dan menghempaskan nya ke lantai dengan kuat, Karin hanya meringis kesakitan dengan senyum miring nya masih mengukir di wajah cantik gadis itu.

"Ck kalian lagi, sudah Juna bawa Nasa keluar,"ujar Alvin membantu Karin berdiri.

Juna menarik tangan ku menuju tangga, dan melewati jalanan itu lalu sampai di atap sekolah, Aku menghirup udara segar atap sekolah sambil menatap pria yang di belakang ku dengan sendu, memang Dia pangeran yang tidak dapat Aku gapai.

......................

...Langit mendung pun tau, Aku sedih....

...-Monalisa-...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!