PERTENGKARAN

Aku menatap Juna yang mengatupkan kedua tangan nya memohon kepada ku agar Aku tidak memarahi diri nya, Aku hanya bisa tersenyum lucu menatap pria itu, lalu tersenyum.

"Baiklah, lain kali ingat belajar lah dari kesalahan mu Arjuna Rafael!"

Aku berbicara tegas kepada pria itu, bagaimana pun Aku tidak ingin Dia terkena masalah di sekolah, Aku hanya bisa sebatas ini memperingati nya karena jika lebih Aku lebih paham posisi ku dari pada orang lain.

"Juna, Nasa, Aku pamit yah bel pulang sudah berbunyi,"ucap Jesi dengan wajah gugup nya.

Aku sangat paham gadis itu pasti sangat malu ketika sudah mengatakan kepada ku siapa pria yang Dia cintai, kami baru membicarakan itu dan Juna juga langsung mendatangi kami setelah membicarakan diri nya.

"Aku tidak menyukai gadis itu!"kesal Juna menatap kepergian Jesi.

Sorot mata Juna tidak lepas dari Jesi yang keluar ruangan musik, memang Juna berkata jujur tidak menyukai Jesi, sebenarnya Jesi adalah sahabat yang Aku kenal semenjak SMA ini, sedangkan Aku dan Juna sudah kenal sejak kami bayi dahulu, ini semua salah ku di saat Jesi masuk diantara kami menawarkan diri sebagai seorang teman akrab dan Aku menyambut nya dengan senang, tetapi Juna sangat marah kepada ku karena Dia tidak ingin ada orang lain ketika kita selalu bersama.

"Apa kau masih kecewa padaku?"ujar ku menatap wajah tampan pria itu.

"Aku sangat kecewa pada mu, tapi mana mungkin Aku tidak memaafkan sahabat cantik ku ini," ujar Juna mencubit hidung mancung ku sambil tertawa.

"Sakit Juna," ujar Ku cemberut menatap pria yang masih tersenyum tulus menatap diri ku.

"Ayolah tuan putri, sebaiknya kita pulang" ujar Juna menarik tangan ku keluar dari ruangan musik.

Kami selalu seperti ini hingga semua orang tidak heran lagi melihat tingkah kami seperti orang pacaran itu, Jesi juga mengetahui nya tetapi Dia tidak pernah menanyakan sekali pun kepada Ku, Juna juga tidak mempermasalah kan nya, apa Dia juga menyukai ku? Itu tidak mungkin, Aku hanya berpikir seperti itu agar Aku menjadi lebih baik.

Saat ini kami sudah di parkiran sekolah, Juna mengeluarkan motor sport nya, Juna menepuk-nepuk kursi di belakang itu seolah-olah membersih kan dan memberikan tempat duduk terbaik untuk ku.

"Baiklah tuan putri, mau kah kau pergi dengan pangeran dengan kuda besi ini" ucap Juna dengan wajah serius nya.

"Dengan senang hati pangeran" ucap ku membalas candaan Juna.

Ekspresi nya sungguh terlihat lucu, Aku hanya bisa tertawa sambil mengangguk dan naik ke atas kuda besi sang pangeran idaman ku itu, Arjuna menarik lengan ku untuk memeluk pinggang nya dari belakang, Dia menatap ku dari sebalik helm itu sambil tersenyum.

"Nah kalo begini kan enak," ucap Juna.

Juna menjalankan motor nya membelah jalanan kota yang ramai di siang itu, perasaan nyaman dan tenang saat memeluk bahu lebar pria itu sungguh membuatku betah ingin berlama-lama bersandar kepada diri nya. Saat ini motor Juna sudah berhenti di depan rumah ku, karena rumah kami berada di komplek rumah mewah bersampingan.

"Oke, selamat sampai tujuan tuan putri,"ucap Juna menurunkan ku di depan rumah.

"Terimakasih Juna," ucap Ku berlalu pergi.

"Sama-sama, ciuman selamat tinggal," ucap Juna menunjuk pipi nya.

Aku hanya tersenyum kembali melihat tingkah kekanak-kanakan nya itu, Aku menuruti keinginan nya karena memang kami sering berciuman pipi dan itu tidak masalah bagi keluarga kami.

Cup..

Aku mencium pipi Juna, pria itu tersenyum senang lalu melambaikan tangan nya menuju rumah nya, begitu pun dengan ku yang memilih langsung masuk ke rumah yang selalu ingin ku tinggali ini dan pergi jauh.

"Nona, Nyonya dan Tuan" ucap Bibi Elin menatap diri ku dengan wajah ketakutan nya.

Aku yang baru masuk ke dalam rumah itu hanya merasa bingung, dan tentu saja senang mendengar kabar dari Bibi Elin bahwasan nya kedua orang tua ku sudah pulang.

"Apa Mama dan Papa sudah kembali dari Prancis?" tanya Ku antusias langsung berlari menaiki tangga menuju kamar mereka berdua.

Aku berlari dengan tergesa-gesa dan ingin memperlihatkan piagam kejuaraan balet tingkat nasional ku kepada mereka berdua, tetapi saat Aku ingin menarik gangang pintu tersebut, Aku mendengar Mommy dan Dady saling berteriak satu sama lain dari dalam kamar.

"Kau berbohong, dasar laki-laki bajingan"umpat Mama

"Aku tidak berbohong, Kau sudah salam paham sayang!"teriak Papa kepada Mama.

"Jangan bicara seperti itu lagi, Aku melihat dengan mata kepala Ku sendiri, Kau mencium nya! Pria jahat, kita sudah membangun rumah tangga ini cukup lama, Apa yang ada di otak mu itu!!!"teriak Mama mengeluarkan suara bergetar nya.

Aku yang berdiri di luar hanya bisa menutup mulut menahan tangan, apa maksud dengan semua perkataan Mama itu, tidak mungkin bukan Papa seperti itu, keluarga kami memang jarang berinteraksi satu sama lain karena Mama dan Papa fokus pada bisnis mereka, tetapi Aku yakin Mama dan Papa saling mencintai walaupun itu tidak terlihat secara nyata.

Prank..

Suara benda jatuh dari kamar membuat ku, terpaksa mendorong pintu itu dengan kuat dan menatap dengan kaget saat Mama terus melempari barang kepada Papa.

Papa hanya bisa menghindari barang kasar dan berat yang di lempar Mama, Aku berusaha sebisa ku menahan tangan Mama agar tidak terus melempari papa dengan barang tersebut.

"Mama jangan seperti ini hiks hiks, tenang lah Mama,"ucap Ku menahan tangan Mama agar tidak melemparkan barang yang lain nya.

"Pergi Nasa, jangan ganggu ini urusan kami!" bentak Mama menatap ku dengan tajam.

Aku hanya bisa terus menangis dan memohon kepada Mama untuk berhenti hingga akhir nya Mama murka dan mendorong ku hingga terjatuh lalu kepala ku terbentur hebat ke sudut meja kayu yang ada di kamar Mama dan Papa secara kasar.

"Akh sakit" ucap Ku berusaha berdiri.

Penglihatan ku terasa buram sedikit demi sedikit, Papa dan Mama yang melihat Ku langsung berhenti dan menghampiri diri ku yang tergeletak tanpa bisa berbicara, Aku berusaha berkata-kata tetapi itu tidak bisa tersampaikan, suara Mama dan Papa semakin kian sayu dan perlahan menghilang dari pandangan Ku.

Pov Author

"Nasa bangun Nasa!" ucap Mama Monalisa membangunkan anak nya itu.

"Ini semua salah mu, kenapa kau mendorong Nasa!"teriak Papa Monalisa menatap tajam istri nya.

Sementara itu Arjuna yang ingin datang ke kamar Monalisa mendengar teriakan di kamar Mama dan Papa Monalisa, dengan kaget Arjuna langsung mengendong Monalisa dan membawa nya ke rumah sakit.

"Tante, Om sebaiknya langsung bawa ke rumah sakit,"ucap Juna dengan wajah khawatir nya.

"Baiklah Juna, Kau urus nanti kabari Tante dan Om,"ucap kedua orang tua Monalisa yang hanya tetap duduk di kamar itu.

......................

...Sekeras apapun aku berusaha,...

...ada beberapa hal yang tak dapat aku usahakan....

...-Monalisa-...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!