Jam makan siang telah tiba, tetapi pekerjaan Dinda masih belum selesai. Sedangkan deadline pekerjaan yang di berikan oleh Kean, tepat setelah makan siang.
"Kamu tidak makan siang, Din?" tanya Aksa.
"Tidak pak, saya masih banyak pekerjaan," jawab Dinda dengan jari yang terus menari-nari di atas keyboard.
Aksa menghembuskan nafas panjang saat melihat Dinda terlihat begitu fokus dengan pekerjaannya. Di karenakan Kean juga tak mau makan siang, membuat Aksa pergi ke kantin perusahaan sendiri.
Tak lama kemudian, ada seorang kurir datang untuk mengantarkan makanan.
"Permisi mbak, ruangan pak Kean di mana ya?" tanya kurir itu.
Dinda mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang mengajaknya berbicara.
"Oh bapak nganterin makanan buat Pak Kean?" Dinda bertanya kembali saat melihat orang yang bertanya padanya adalah seorang kurir makanan.
"Iya, ada kiriman makanan dari ibunya," jelas si kurir.
"Oh, kalau begitu biar saya saja yang hantarkan."
Sang kurir langsung memberikan makanan itu kepada Dinda, setelah itu dia pergi.
"Ibu? Bukankah ibunya pak Kean sudah meninggal? Apa Idolaku ternyata sudah menikah lagi? Tapi kenapa___ tak pernah ada pemberitaan kalau pak Ken sudah menikah lagi!" Dinda bermonolog sambil menatap makanan itu.
Dinda menghembuskan nafas kesal karena idolanya telah menyembunyikan pernikahan keduanya. Padahal dia tak masalah jika idolanya itu menikah lagi, toh dia juga sudah menduda cukup lama. Hal yang membuat Dinda kesal adalah berita kebahagiaan itu di sembunyikan oleh Ken dari khalayak banyak.
Dinda mencoba mengetuk pintu ruangan Kean, tapi tak ada sahutan.
" Si bos nyebelin itu kemana, ya? Kok gak ada sahutan sih! "Dinda mencoba mengetuk lagi dan lagi. Namun, tetap tak ada sahutan apapun dari dalam ruangan itu.
Tiba-tiba pikiran buruk melintas dipikiran Dinda, membuatnya terpaksa membuka pintu ruangan Kean sebelum ada perintah masuk dari dalam ruangan itu.
Saat pintu terbuka, Dinda tak melihat Kean ada di kursi kerjanya membuat dia semakin panik dan berpikiran yang tidak-tidak, karena sebelumnya dia tak melihat kalau Kean itu keluar dari ruangan itu.
"Pak Kean kemana? Kok gak ada? Bukankah dari tak ada jejak pak Kean keluar, apa aku aja yang gak sadar kalau pak Kean keluar?" Dinda mulai menerka sendiri.
Saat dia ingin menutup pintunya lagi, di sisi kiri terlihat ruangan privat tanpa pintu. Di sana, Dinda melihat ada seorang pria dengan pakaian sholat lengkap tengah melaksanakan sholat.
Dinda terperangah dan tak habis pikir, laki-laki yang terlihat dingin, arogan, menyebalkan, serta tanpa ekspresi itu. Kini tengah melakukan sholat di dalam ruangannya.
Dinda mengucek matanya, lalu melihat kembali ke pemandangan yang menyejukkan itu.
"Gue gak salah lihat, kan? Pak Kean sedang sholat dzuhur di ruangannya? Pantes saja sepi, ternyata masih sholat," gumamnya.
Dinda masih memandangi Kean, ada rasa kagum sekaligus terpesona saat melihat Kean ternyata adalah pria yang taat.
Selesai menunaikan sholat, Kean bangun dari duduknya dan melihat Dinda masih diam terpaku di depan pintu dengan memandang ke arahnya.
"Ngapain kamu di situ?" ujar Kean yang mampu membuat lamunan Dinda buyar.
"Eh,. I-ya Pak, ada apa?" tanya Dinda dengan nada terbata-bata, sekaligus kaget dan bingung.
"Kamu ngapain berdiri di situ dan menatap ke arah saya? Siapa yang memperbolehkan kamu masuk tanpa izin, " pungkas Kean dengan tangan yang masih melipat sajadah yang habis Ia kenakan untuk sholat.
"Maaf pak, soalnya saya tadi sudah mengetuk pintu ruangan bapak beberapa kali, tapi tak ada tanggapan. Terus saya takut terjadi sesuatu jadi terpaksa saya masuk tanpa izin," jelas Dinda.
Melihat Dinda yang membawa dokumen-dokumen serta paper bag makanan di tangannya, membuat Kean merasa lapar.
" Apa yang kamu bawa?"tanya Kean.
Dinda melihat ke tangannya, dan baru teringat kalau dia masuk ke sini karena ingin mengantarkan makan siang serta menyerahkan dokumen yang telah dia selesaikan.
" Oh, ini tadi ada kurir datang yang mengatakan bahwa makanan ini dari Ibu Anda, juga dokumen yang sudah saya kerjakan."
" Baiklah, Kamu letakkan saja di meja saya depan sofa,"titah Kean.
Dinda segera melakukan perintah dari Kean untuk meletakkan makanan di atas meja. Sebelum keluar dari ruangan Kean, tiba-tiba Dinda teringat sesuatu yang terus mengganggu pikiran serta rasa penasarannya. Lalu dengan penuh keberanian Dinda menatap ke arah Kean.
"Pak Kean, apakah presdir sudah menikah lagi?" tanya Dinda gugup.
Kean mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan Dinda.
"Lebih baik Kamu keluar dan tidak usah kepo!" pungkasnya.
Dinda merasa kesal saat mendengar ucapan Kean yang mengusirnya tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan yang dia berikan.
"Dasar bos nyebelin! Tinggal jawab aja pakai rencana ngusir segala," gerutu Dinda seraya pergi keluar dari ruangan Kean.
Setelah kepergian Dinda, Kean segera mengganti pakaiannya kembali seperti semula. Ketika melihat ada dua kotak makan, Kean tiba-tiba teringat Dinda yang baru saja memberikan makanan.
"Apakah dia sudah makan siang? Ah ... Kenapa Aku peduli dia sudah makan siang atau belum, " Kean bergeming sambil menatap sekotak makanan di depannya.
"Jika tidak di makan, akan mubazir."
Kean kembali teringat tentang dalil yang mengatakan bahwa barang siapa suka menyia-nyiakan makanan atau harta, itu bisa dikatakan sebagai sahabat syaitan. Karena tak ingin menjadi sahabat syaitan, Kean segera mengambil kotak makan itu, lalu keluar dari ruangannya untuk memberikannya kepada Dinda.
"Makanlah." Kean meletakkan kotak makanan itu di atas meja kerja Dinda.
Dinda mendongakkan kepala ketika melihat Kean tiba-tiba memberinya kotak makanan.
"Ini beneran untuk saya, Pak?" tanya Dinda yang membuat Kean menghentikan langkahnya.
"Iya, karena makanannya lebih!"Selepas itu, Kean segera kembali masuk ke dalam ruangannya.
"Iya, makanannya lebih," ulang Dinda dengan sedikit memanyunkan bibirnya. Dia tersenyum ketika melihat bossnya ternyata tak pelit.
Meskipun dia mengatakan ini adalah makanan lebih, bagi Dinda itu tidak masalah yang penting, Dia bisa makan enak siang ini. Apalagi perutnya sudah keroncongan sekali sejak tadi ingin di isi, membuat Dinda segera melahap makanan itu sampai tandas.
...☘️☘️☘️...
Di sisi lain, terlihat seorang pria mulai mengerjapkan matanya, sepasang bola mata itu mulai terbuka perlahan. Hal yang pertama di lihatnya adalah dinding-dinding langit berwarna putih.
Melihat Brian yang sudah siuman, membuat Jessy segera bangkit dari duduknya dan menghampiri ranjang Brian.
"Kamu sudah sadar, Bri?" tanya Jessy yang hanya di jawab sebuah kedipan mata oleh Brian.
Jessy tersenyum ketika melihat Brian sudah siuman, dia segera memencet bel untuk memanggil dokter agar datang. Tak lama kemudian, dokter dan beberapa perawat datang ke ruangan Brian.
" Ada apa?" tanya seorang Dokter jaga itu.
"Brian siuman," jawab Jessy.
Setelah itu, sang Dokter jaga mengecek kondisi Brian dan kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Jika ada keluhan atau ada yang kamu rasa tidak nyaman, katakan saja, nanti kami akan memeriksa hasil operasinya lagi," papar Dokter itu.
Brian hanya menjawab dengan kedipan mata karena dia masih barat ingin berbicara, tubuhnya juga masih terasa lemas. Selesai mengecek kondisi Brian dan melihat tak ada masalah, mereka semua keluar dari ruangan Brian.
...****************...
Jangan lupa like, komen vote dan hadiahnya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Nayra Syafira Ahzahra
lanjut sini lagi 😊😊
2022-04-08
0
justeen
ternyata brian jg diceritakan disini. lanjut thor... i like it
2022-03-15
0
icha
sidinda jg npa kepo jd orng
2022-01-23
0