"Kamu baru datang?" tanya Aksa saat melihat jam sudah menunjukan pukul 9 pagi.
Dinda menjawab dengan anggukan kepala sambil mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Maaf, Saya tadi telat bangun dan ban motorku juga bocor," ucap Dinda setelah merasa lebih tenang.
"Kamu rapikan dulu pakaianmu, lalu masuk kedalam karena pak Kean sudah menunggumu," ujar Aksa. Lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Dinda melotot saat mendengar bahwa Kean telah menunggunya di dalam. Detak jantung yang mulai stabil, kini kembali mempompa dengan cepat.
"Cepetan, jangan hanya bengong! Kalau terlalu lama, nanti Pak Kean semakin marah!" ujar Aksa dan diangguki oleh Dinda.
Dinda segera merapikan kembali penampilannya, serta mengatur nafasnya, lalu mencoba mengetuk pintu ruangan Kean.
"Masuk."
Mendengar sudah ada perintah masuk, Dinda segera membuka pintu besar itu.
"Se-lamat pa-gi Pak Kean," sapa Dinda ketika sudah memasuki ruangan Kean.
Kean melirik sekilas untuk melihat siapa yang datang. Sedangkan Dinda, kini tubuhnya sedikit bergetar karena gugup, sekaligus takut terkena amarah dari Kean karena terlambat datang di hari pertama kerja .
"Ada apa?" ucap Kean tanpa melihat Dinda sedikitpun.
Dinda mengerutkan keningnya, ketika mendengar Kean yang justru bertanya balik padanya.
"Tadi kata asisten Aksa, anda menyuruh Saya untuk masuk ke ruangan bapak," pungkas Dinda yang menjadi bingung sendiri.
"Oh, jadi kamu baru datang? Jam berapa sekarang?" tanya Kean datar.
"Jam__ sembilan Pak, maaf saya tadi telat karena ada masalah__"
"Ambil semua map di atas meja itu!" tunjuk Kean ke meja samping Dinda sebelum dia menyelesaikan ucapannya.
Dinda terkejut saat melihat setumpuk map tersusun rapi di sana.
"I-ni semuanya, Pak?" Dinda berharap bahwa tumpukan map itu bukanlah tugas yang akan dia kerjakan.
"Kenapa? Apa kurang banyak?" pungkas Kean dan segera di jawab gelengan kepala oleh Dinda. Setumpuk ini saja sudah banyak sekali menurut Dinda, apalagi di tambah. Bisa-bisa matanya jadi rabun, akibat terlalu banyak dokumen yang di baca.
Dinda memang suka koding, tapi dia tak suka membaca sesuatu yang tertulis di kertas atau biasa di sebut buku, dokumen dll. Selama ini dia lebih suka mempelajari semuanya lewat vidio, belajar otodidak (proses belajar menggunakan cara-caranya sendiri), membaca buka hanya sesekali jika sangat membutuhkannya.
"Oh ya, sebelum mengerjakannya, baca dulu map paling atas tentang peraturan-peraturan selama magang di sini" jelas Kean.
Di karenakan penasaran, Dinda segera mengambil map paling atas dan membacanya. Saat melihat isi dari map itu, bola matanya membulat sempurna.
Sumpah! Nih, orang killer banget sih! Udah suka motong pembicaraan, singkat lagi. Kenapa peraturannya begitu banyak sekali sampai berlembar-lembar gitu, apa dia mau buat gue metong alias mati dengan semua peraturan ini! Jerit bati n Dinda yang sedikit meratapi nasibnya yang tak bagus ini.
Baru saja masuk kerja, sudah mendapatkan pekerjaan yang begitu banyak seperti ini. Nasib-nasib.
"Pak, apakah ini tidak terlalu banyak peraturannya?" Dinda mencoba bernegosiasi, siapa tahu bisa dapat berkurang, tapi jangan justru bertambah.
"Tidak!" jawab Kean singkat.
"Tapi Pak, boleh nggak kalau potong poinnya jangan terlalu banyak" nego Dinda lagi yang sedikit keberatan dengan peraturan penilaian dari Kean.
Kean menghentikan aktivitasnya. "Ini bukan pasar, jadi tidak ada negosiasi!" pungkas Kean tanpa melihat ke arah Dinda sedikitpun.
"Kalau sudah, kamu bisa keluar!" imbuh Kean yang kembali melanjutkan pekerjaannya.
Dengan wajah kesal, Dinda keluar dari ruangan Kean.
Aksa yang melihat wajah cemberut Dinda keluar dari ruangan bosnya, menandakan bahwa sesuatu buruk telah terjadi.
"Makanya besok lagi jangan sampai telat, seorang asisten harus datang lebih awal 15 menit sebelum atasan datang ke kantor. Itu sih masih bagus, di tempat lain tugasnya jauh lebih banyak daripada itu!" ujar Aksa.
Dinda berjalan menuju meja Aksa. "Apakah tugas bapak juga harus membantu keperluan sehari-hari Pak Kean?" tanya Dinda penasaran. Karena apa yang dia lihat di drama bahwa seorang asisten itu siaga 24 jam membantu pekerjaan bosnya.
"Tidak, Pak Kean tidak suka kehidupan pribadinya di urus dengan orang lain, tugas Saya hanya menjadi asistennya di waktu jam kerja saja," jelas Aksa.
" Oh ya, Apakah Pak Kean memang tidak melihat lawan bicaranya ketika berbicara? dan tidak bisa di ajak negosiasi? "tanya Dinda lagi yang merasa kesal melihat sikap Kean yang menurutnya menyebalkan.
Aksa menghembuskan nafasnya kesal melihat Dinda bukannya bekerja, justru terus bertanya.
" Lebih baik Kamu kerjakan tugasmu saja, daripada banyak bertanya. Kalau sampai pak Kean tahu Kamu bergosip di waktu jam kerja, bakalan kena hukuman lagi!"pungkas Aksa dengan tatapan tajam.
Setelah itu, terpaksa Dinda duduk di kursi yang berdampingan dengan aksa. Hanya ada pembatas kaca yang memisahkan mereka berdua.
Asisten sama bos sama-sama nyebelinnya! gerutu Dinda dalam hati.
Setelah itu, Dinda melanjutkan tugas menumpuk yang di berikan oleh Kean. Jika tidak mengerjakan tepat waktu poinnya akan berkurang 10, salah mengerjakan di potong 5 poin.
"Sepertinya Aku harus bekerja keras agar bisa mendapatkan nilai magang dari bos yang sangat menyebalkan itu! Apakah dia sangat di siplin sekali, sampai semuanya harus perfek? " Dinda bermonolog seraya menatap pintu ruangan Kean.
"Bukan hanya disiplin, tapi Boss Kean terkenal dengan sebutan Mr. Perfek yang semuanya harus sesuai dengan keinginannya," sahut Aksa ketika mendengar celotehan Dinda.
Dinda hanya terperangah saat mendengar ucapan Aksa, sepertinya kehidupan magangnya akan sangat berat sekali. Si gadis ceroboh yang harus belajar disiplin.
...☘️☘️☘️...
Di kediaman Fabio, terlihat Lean baru saja pulang dari joging.
" Assalamualaikum, Ma ... Kok sudah sepi sekali. Apakah semuanya sudah pergi?" tanya Lean seraya memeluk Dira yang sedang menyiram tanaman di taman.
"Iya, semuanya sudah berangkat. Kamu mandi gih, terus sarapan, lalu kita berangkat ke rumah sakit ya," ajak Dira dengan mengusap pipi putranya.
Sebelumnya Lean memang mengatakan bahwa mereka berangkat ke rumah sakit bersama saja, karena Lean juga ada shift pagi hari ini. Lean masih meletakkan kepalanya di pundak Dira dan menikmati sentuhan hangat dari mamanya terlebih dahulu.
Setelah merasa cukup, baru Lean melepaskan pelukannya.
"Siap Ibunda ratu!" ucap Lean yang kemudian pergi meninggalkan mama Dira. Sedangkan mama Dira hanya bisa tersenyum melihat kepergian putranya itu.
Beberapa menit kemudian, Lean sudah turun dari kamarnya dengan pakaian rapi, siap berangkat ke rumah sakit.
Melihat Lean sudah turun, Dira segera menyiapkan sarapan untuk putranya itu.
"Wow, sepertinya ini enak sekali," puji Lean saat melihat menu sarapan yang di sajikan mamanya.
"Kalau enak, makan yang banyak. Nanti biar semangat kerjanya," pungkas mamaDira.
"Jangan dong, Ma. Kalau kebanyakan makan, bukannya semangat kerja, Lean justru ngantuk!" Lean menjatuhkan kepalanya ke samping dengan mata yang tertutup serta bertumpu dengan kedua telapak tangan. Memparodikan bagaimana dia tertidur jika makan terlalu banyak.
Dira tersenyum melihat sikap anaknya itu." Yasudah, kalau begitu, makan secukupnya saja biar gak ngantuk. Kalau dokternya ngantuk, nanti salah lagi, saat memeriksa pasien."
"Tuh kan, Makanya makan yang disunnahkan adalah ... makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang," jelas Lean dan di angguki oleh Mama Dira.
...****************...
Oke, maaf baru up ya.. Karena baru sampai dari luar kota. Karena sudah di rumah, Novi akan usahakan untuk rajin up lagi. Jadi, tunggu kisah mereka selanjutnya...
Jangan lupa ritualnya, like, komen, vote dan hadiahnya yang buuuaaannyak... Biar novi semangat😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Lia Wildan
sukaa yg karater lean
2022-01-17
2
Idanurhayati
kpn ni update nya udah di tunggu kok lama ya
2021-12-20
0
Cita Cinta Mahkota
next gak sabar mau baca lebih banyak lag
2021-12-20
0