"Gimana mbak?" tanya Pak Satpam penasaran.
"Aman pak," Ara pun memakai kembali helm dan jaket ojolnya.
Masalah pertama sudah bisa diatasi. Sekarang ia siap menyambut orderan berikutnya.
"Bismillah semoga orderan kedua dan seterusnya lancar gak kaya tadi," Ara berdoa sebelum kembali menerima orderan.
Ara bekerja sampai jam delapan malam. Kemudian ia kembali ke rumah. Tapi sebelumnya ia melepas jaket dan menyimpan helmnya supaya ibunya tidak banyak bertanya. Ia tidak mau ibunya khawatir karena setahu ibunya biaya kuliah Ara gratis karena ia mendapatkan beasiswa di sana. Ara pun tidak bisa menjelaskan alasannya bekerja kepada ibunya. Ia tidak mau menjadi beban untuk Sang Ibu.
"Assalamualaikum," Ara pulang dengan lesu.
"Waalaikumsalam, pulang malam lagi nak?" tanya Bu Mia.
"Iya bu," jawab Ara.
"Kamu mau makan dulu apa mandi dulu?" tanya Bu Mia.
"Mandi dulu aja buk badan Ara udah lengket banget ini, oh iya ibu sudah makan?" tanya Ara khawatir ibunya belum makan karena menunggui kepulangan anaknya seperti yang ia lakukan kemaren.
"Sudah," jawab ibunya singkat.
Malam ini Ara sangat capek. Setelah mandi dan makan malam ia langsung pergi tidur. Hari pertama dia bekerja membuat dirinya banyak menguras tenaga dan emosi. Bagaimana tidak bila sebelumnya ia hanya anak rumahan, sekarang Ara terpaksa menghadapi berbagai macam karakter manusia yang berbeda-beda. Ada yang sabar, ada yang ramah, ada yang sempat kurang ajar juga dengannya. Dan itu membuat Ara lebih waspada agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi kembali.
Keesokan harinya Ara kembali ke kampus untuk menyelesaikan OSPEK di hari terakhir. Putri sebagai mahasiswa senior memberikan pengarahan.
"Okey ini hari terakhir, kalian harus menuliskan surat cinta kepada senior kalian yang ada di sini, buat surat cinta yang terpilih akan mendapatkan hadiah menarik dari kami,"
"Gila pakai nulis surat cinta segala,"
Ara mencebik kesal.
"Bukannya bagus Ra elo kan ngefans sama kak Radith," sindir Lulu.
"Cih amit-amit gue suka sama tu cowok belagu," umpat Ara.
"Hati-hati lho Ra bedanya benci sama cinta itu tipis banget," Lulu terkekeh sendiri.
"Apaan sih, mending cepetan tulis nanti kalau kita berisik ntar yang ada kita dihukum lagi kaya tempo hari," kata Ara.
"Lo aja kali gue enggak," balas Lulu.
Setelah beberapa saat para senior mengumpulkan surat cinta yang ditulis oleh para peserta OSPEK. Kemudian mereka menyerahkan kepada nama senior yang dituju.
Dan sudah pasti bisa ditebak Radith mendapatkan banyak surat cinta dari juniornya.
Namun, Radith hanya membuka beberapa surat dibantu oleh Didu. Di antara sekian banyak surat ada satu surat yang menurut Didu menarik.
"Bro bro lihat nih surat cinta buat lo," kata Didu sambil menyerahkan selembar kertas yang bertuliskan GUE BENCI SAMA LO.
Radith sudah bisa menebak siapa penulis surat tersebut karena hanya ada satu cewek yang mengenalnya di antara semua peserta OSPEK.
"Gak ada nama penulisnya bro," kata Didu sambil membolak-balik kertas yang dia pegang.
"Gue udah tahu siapa yang nulis itu meskipun dia gak nulis namanya," Radith meremas kertas yang menurutnya ditulis oleh Ara.
Kemudian Radith menghampiri Ara. Kebetulan saat itu mereka sedang beristirahat jadi Ara dan Lulu berada di kantin.
"Dugh seger banget esnya," Ara baru saja meminum es teh yang ia pesan.
Tiba-tiba Radith memaksanya berdiri dan adegan yang tidak disangka terjadi. Radith menarik pinggang Ara lalu mencium bibirnya di depan umum.
Mata Ara membulat saat Radith menciumnya. Ia mencoba melepaskan diri dari Radith tapi Radith malah semakin menekannya. Mata Ara sampai berkaca-kaca karena malu mendapatkan perlakuan tidak pantas di depan umum.
Setelah puas mencium Ara barulah Radith melepaskan tautan bibirnya.
"Lo gila ya," bentak Ara dengan suara bergetar.
"Itu kan yang elo mau?" ucap Radith sebelum meninggalkan Ara.
Ara sangat malu sampai ia menangis sesenggukan. Lulu mencoba menenangkan Ara dengan memberinya minum. Tapi Ara terlihat sangat syok dengan tindakan Radith yang begitu tak terduga.
"Gila lu bro apa yang elo pikirin sampai mencium Mutiara di depan umum?" tanya Didu tidak mengerti.
"Dia yang minta kan?" jawab Radith dengan entengnya.
"Minta apaan?" Didu masih tidak paham dengan maksud Radith.
"Elo gak lihat dia tadi nulis apa, dia benci banget sama gue, jadi gue pikir itu akan bikin dia benar-benar benci sama gue," terang Radith.
"Wah wah lo mah, wah ini tuh kayaknya elo kecewa bro pas dia bilang benci sama elo," Didu menyimpulkan tindakan Radith. Radith menjadi berfikir sejenak mengenai perkataan yang terucap dari bibir Didu.
"Gue harap elo minta maaf sama Mutiara kasian dia kelihatan syok saat elo cium, nafas lo bau kali," kata-kata Didu merusak suasana. Dengan entengnya dia mengatakan demikian. Padahal awalnya Radith mendengarkan sarannya.
"Sialan lo," Radith memukul kepala Didu dengan buku yang ia gulung.
Sementara itu Lulu mengantarkan Ara ke parkiran setelah acara OSPEK berakhir.
"Elo yakin bisa bawa motor sendiri Ra?" tanya Lulu yang khawatir melihat dengan temannya itu.
Ara hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. "Ya Lu gue gak papa" kata Ara.
Matanya masih kelihatan merah bekas menangis. Ara sangat malu karena kini dirinya menjadi pusat perhatian.
"Kalau saja gue gak ingat sama Tuhan gue pengen bunuh diri Ahaaaa," Ara kesal sambil memukul-mukul bagian depan motornya.
"Kasian tuh motornya entar nangis lagi," terdengar suara bariton dari dekat.
Saat Ara menoleh ia mendapati Radith sedang berbicara dari dalam mobil. Hati Ara rasanya terbakar ingin sekali ia menimpuk cowok itu dengan helm. Tapi Ara memilih untuk tidak menghiraukan Radith.
Ara memakai helm kemudian menyalakan mesin motornya. Ia pun pergi melewati mobil Radith.
"Dasar cewek sialan," Radith kesal karena tidak berhasil membuat Ara jengkel. Namun, ia malah dicuekin begitu saja.
Seperti kemaren Ara menuju kantor ojol untuk absen. Pak Satpam membukakan pintu gerbang untuk Ara.
"Siang non," tapi sapaan itu tidak dibalas oleh Ara.
Ara langsung masuk ke kantor setelah absen ia pun bersiap menunggu orderan hari ini. Karena ia tidak punya tujuan Ara memutuskan untuk pergi ke kantin. Ia memesan es jeruk.
"Eh udah ada di sini aja Ra," sapa Rio yang baru memasuki area kantin.
"Iya pak," Ara tersenyum.
Rio memperhatikan wajah Ara. Supervisornya itu melihat mata Ara merah seperti habis menangis.
"Kamu habis nangis ya Ra?" tanya Rio penasaran kemudian duduk di depan Ara.
"Ah enggak pak kelilipan di jalan tadi pas buka helm," bohong Ara.
"Owh," Rio tidak bertanya lagi karena ia melihat suasana hati Ara sedang tidak baik. Sehingga ia memilih diam tapi tetap duduk di depan Ara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rahma Inayah
knp gk kamu tampar ara secara km pintr karate
2022-12-10
2
Phoetry Punya
tenang Ra gue bantu nimpuk si radith
2022-07-06
1
𝐙⃝🦜しÏA ιиɑ͜͡✦ᵉ𝆯⃟🚀ʰⁱᵃᵗᵘˢ
radith keterlaluan ah, bikin Ara menangis...kasian Lo si Ara...
sabar ya Ra, semua akn baik2 saja...bersakit2 dahulu bersenang2 kemudian....semua pasti indah pd saatnya nti...roda dunia terus berputar dan suatu saat kau akn berada di atas nantinya...hmmm
2022-02-06
3