"Selamat pagi," Radith menyapa seluruh peserta OSPEk yang hadir di lapangan terbuka dengan suaranya yang maskulin.
"Pagi," jawab serempak para peserta yang hadir tak terkecuali Ara.
"Selamat datang di Universitas ini, hari ini adalah acara untuk penyambutan mahasiswa dan mahasiswi baru yang berhasil masuk ke sini. Seperti tahun-tahun sebelumnya acara ini dikenal dengan nama OSPEK jadi agar acara yang akan diadakan selama tiga hari ke depan berjalan dengan lancar kami mohon kerjasamanya. Oke tidak perlu panjang lebar lagi selanjutnya hari pertama kita akan berkenalan satu sama lain. Saya serahkan kepada para mahasiswa senior untuk memimpin pelaksanaannya," Radith mengakhiri pidatonya dengan baik.
"Dia siapa sih?" tanya Ara sambil berbisik kepada Lulu.
"Elo gak tahu ya, itu kan Radithya Ramadhan ketua BEM di sini, dia juga salah satu mahasiswa senior di kampus ini," terang Lulu panjang lebar kali tinggi.
"Oh," jawab Ara singkat.
"Pantes belagu banget," umpat Ara dalam hatinya.
"Lo tertarik ya sama dia?" goda Lulu sambil menyenggol bahu Ara.
"Heh kalian yang berisik sendiri maju!" perintah salah seorang mahasiswi senior yang menunjuk ke arah Ara dan Lulu.
"Elo sih berisik banget," Ara memarahi Lulu.
"Ya maap," Lulu berjalan sambil menunduk. Ia merasa bersalah telah membuat para senior memanggil dirinya dan Ara maju ke depan.
"Perasaan gue gak enak nih?" batin Ara melihat para seniornya yang terlihat garang.
"Cepat sedikit jalannya, lamban amat kaya keong," bentak salah seorang mahasiswi senior.
"Yang penting bukan keong racun," kesal Ara sambil berbicara sendiri namun sangat pelan agar yang lain tidak mendengar.
Ara dan Lulu berdiri berdampingan menghadap ke mahasiswa lainnya.
"Heh kamu kenapa tidak membawa papan nama seperti yang lainnya," Putri menegur Ara karena tidak membawa kelengkapan OSPEK.
Ara meraba dadanya. "Mampus gue kenapa bisa lupa,"batin Ara mengerutuki dirinya sendiri.
"Maaf kak ketinggalan di tas," Ara membuat alasan padahal ia tidak tahu dimana ia menaruh papan nama yang seharusnya digantung di lehernya.
"Ambil," bentak Putri.
Ara cepat-cepat berlari menuju ke tas yang ia taruh di bawah pohon.
"Gue naruhnya dimana sih," Ara tak juga menemukan papan namanya meski ia sudah mengeluarkan isi tasnya.
"Elo nyari ini?" Radith membawa papan nama bertuliskan nama Mutiara Ramadhani.
"Ia itu punya gue ko bisa ada di elo? Ow gue tahu pasti elo sengaja ngambil punya gue kan biar gue dihukum, hanyo ngaku lo!" Ara berusaha menyambar papan nama miliknya yang ada di tangan Radith tapi tidak berhasil.
"Balikin gak!" bentak Ara.
"Kalau gue gak mau elo mau apa?" goda Radith.
"Sialan lu balikin sini," Ara masih berusaha meraih barang miliknya itu.
"Bayar dulu hutang lo!"
"Ia nanti gue bayar, cepet balikin sini," semakin Ara ingin meraihnya Radith semakin menaikkan papan nama itu sampai Ara terjatuh. Namun tubuhnya berhasil ditangkap oleh Radith.
Blush
Jantung Ara berdetak kencang saat tangan Radith memegang bahunya. Pandangan mereka terkunci sesaat. Radith menyadari bahwa wajah Ara merah merona karena malu. Lalu ia sengaja melepaskan tangannya sampai membuat Ara terjatuh.
Bruk
"Aw sakit," Ara memegangi pantatnya yang sakit saat menyentuh tanah.
"Nih papan nama lo sana balik lagi ke lapangan," titah Radith pada Ara.
Lalu Radith meinggalkan Ara sendirian. Sementara itu Ara berlari lagi ke lapangan setelah mendapatkan apa yang ia cari.
"Ngambil gitu doang lama amat," geram Putri yang lama menunggu kehadiran Ara.
"Maaf kak," Ara ketakutan sehingga ia menundukkan kepalanya.
"Kamu lari keliling lapangan sebanyak dua puluh kali!" perintah Putri sebagai hukuman untuk Ara.
"What? saya doang nih kak?" tanya Ara memastikan dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Ia kan kamu yang melanggar,cepetan!" kata Putri.
Ara mulai berlari keliling lapangan sendirian. Sedangkan mahasiswa lain dipindahkan ke aula kampus.
"Loh loh yang lain mau kemana?" Ara hendak bergabung dengan mahasiswa lain tapi dilarang oleh Putri.
"Gila tu cewek, galak amat," gerutu Ara sambil melihat ke arah Putri.
"Apa lihat-lihat?" ancam Putri.
"Put, lo ngikut ke aula deh biar gue aja yang jagain," Radith menggantikan Putri mengawasi hukuman yang sedang dijalani oleh Ara.
Setelah selesai dua puluh kali putaran Ara pun menjatuhkan badannya ke tanah. Ia tidur telentang di atas tanah sambil ngos-ngosan.Keringat janga ditanya ia sudah seperti orang habis mandi badannya sampai basah.
Lalu seseorang memberikan minuman botol kepada Ara. "Nih minum!" Ara bangkit dan meraih botol yang diberikan oleh Radith.
Ia meneguk air seperti orang yang tidak minum selama seminggu.
"Ah seger banget," tanpa melihat ke arah Radith. Ara hendak melangkahkan kakinya menuju ke aula dimana mahasiswa baru lainnya dikumpulkan.
"Cih tidak tahu berterima kasih," kesal Radith.
"Makasih," ucap Ara dengan wajah datar sambil berjalan saat mendengar perkataan Radith.
"Hei tunggu," Radith menghentikan langkah Ara.
"Jadi kapan kamu akan bayar hutangmu?" tanya Radith pada Ara.
"Ya elah gak sabaran banget, dari tadi pertanyaannya itu mulu, tenang aja kali gue akan bayar tapi ya nyicil," jawab Ara santai.
"Nyicil berapa kali?" tanya balik Radith.
"Meneketehe, tergantung gaji gue nanti," kata Ara membuat Radith kesal.
"Gue butuh kepastian," bentak Radith.
"Ahahaha lo kaya lagi nembak gue aja minta kepastian, sabar kali gue aja belum punya kerjaan, tapi lo tenang aja habis ini gue akan langsung cari kerja biar elo gak nagih terus kaya debt collector," ucap Ara.
"Sialan lo nyamain gue sama debt collector," geram Radith.
"Ya habisnya baru juga sehari udah ditagih mulu, gue kan kesel jadinya," Ara mengerucutkan bibirnya.
"Heh yang harusnya kesel tu gue karena elo udah bikin mobil kesayangan gue penyok bego," Radith mengetuk kepala Ara dengan pulpen yang ia bawa sedari tadi.
Setelah capek berdebat keduanya menuju ke aula dimana peserta OSPEK tahun ini berkumpul.
"Akhirnya selesai juga acaranya," Ara bersyukur telah melalui hari pertamanya di kampus.
"Mobil lo dimana Ra?" tanya Lulu.
"Gue pake motor," jawab Ara.
"Hah setahu gue yang bisa masuk sini anak-anak orang kaya," terang Lulu.
"Gue bukan anak orang kaya Lu, gue masuk sini lewat jalur beasiswa," kata Ara.
"Oh hebat banget lo Ra, salut gue sama elo," Lulu terlihat haru mendengar penjelasan Ara.
"Habis ini elo mau kemana?" tanya Lulu.
"Pulanglah gue capek habis dihukum dua puluh kali putar lapangan sama si nenek sihir,"
"Ya udah elo pulangnya hati-hati ya Ra kalau lagi naik motor jangan ngebut. Gue balik duluan," pamit Lulu sambil melambaikan tangan ke arah Ara.
Sebenarnya Ara berniat mencari pekerjaan setelah keluar dari halaman kampus. Ia harus punya penghasilan agar bisa membayar ganti rugi yang diminta Radith.
"Hari ini gue harus dapat kerjaan biar gue gak dikejar-kejar sama cowok sialan itu," Ara ngomong sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Phoetry Punya
bacanya sambil senyum2 nostalgia masa2 ospek🥰
2022-07-06
1
྅≞⃗Lovy 🖤
semangaaattt cari kerjanyaaa
2022-06-19
1
Calon Mayat
maaf cm mawar thor
2022-04-28
1