Sesampainya d rumah nenek.
"Assalamu'alaikum nek"
"Wa'alaikumus salam" jawab nenek lirih
"Kamu udah pulang nak?? " tanya nenek saat Dimas masuk kedalam kamar nenek.
"Udah nek" jawab ku menghampiri nenek dan mencium punggung tangan nenek yg rebahan d atas dipan tanpa kasur.
Hanya d alas tikar lusuh dan usang.
"Kamu udah dapat kerja nak???"
"Udah nek,, kerja d warung makan" jawab ku seraya meletakkan tas ransel d sisi bawah dipan nenek..
"Nenek udah makan? "
"Udah nek,, tadi nak desi antar makanan,, itu ada d meja. Makan lah nak"
"Dimas tadi udah makan nek,, Dimas mau istirahat sebentar sebelum sholat ashar nanti."
Nenek hanya mengangguk sebagai jawaban..
Dimas memasuki kamar nya. Kamar yg hanya berlantai tanah dengan sekat triplek yg d tambal dan gorden usang pengganti pintu.
Ada dipan seperti kamar nenek, tak memiliki kasur hanya tikar sebagai alas dan selimut tipis.
Jangan tanyakan bantal,, karena hanya tumpukan kain yg mereka jadikan bantal selama ini..
Sungguh sangat miris hidup Dimas dan nenek..
Tapi Dimas selau bisa bersyukur., tidak pernah sekali pun mengeluh..
.
.
.
Malam hari.
Dimas baru saja keluar dari mushola setelah melaksanakan sholat magrib.
Di perjalanan ia bertemu lagi dengan Sinta yg baru pulang d antar teman pria yg tadi menjemput nya..
"Baru pulang ta?? " tanya dimas basa basi
"Iya Dim,, baru aja pulang. Pulang sholat??? "
"Iya ta,, aku permisi dulu" ucap dimas seraya mengangguk kepada teman sinta.
"Kamu gak usah sok akrab sama dia,, kamu gak liat tampilan nya aja lusuh begitu, gak modis. Pasti dia miskin. " ucap imam yg bisa d dengar oleh Dimas, karena Dimas belum jauh berjalan.
"Hussst kamu gak boleh gitu aah, ntar dia denger. Ayo masuk"
jawab Sinta mengajak imam masuk ke dalam rumah.
Sepanjang jalan Dimas hanya bisa mengucap kan istighfar sampai rumah..
.
.
.
Pagi hari Dimas pamit lagi kepada nenek,, karena dia akan kembali bekerja..
Ia kembali menitipkan nenek kepada Buk desi.
dan memberikan sejumlah uang..
Tidak banyak hanya untuk membeli bahan makanan nenek selama 1 mggu..
Sebelum berangkat, saat sudah keluar dari rumah nya..
Bu desi memanggilnya.
"Ada apa bu?? "
"Nenek mu sakit mas,, tapi beliau tak mau bilang karena takut kamu kepikiran"
"Sakit apa bu???
" Ibu juga gak tau,, kemarin batuk ny sempat berdarah "
"Kalau bisa minggu besok ketika kamu pulang tolong bawa nenek mu k puskesmas, ibu gak sanggup memapah beliau,. Suami ibu juga gak ada d rumah. Sebenarnya dari kemarin ibu mau bilang, tapi nenek mu selalu mencegah ibu mengatakan nya"
"Baiklah bu, Dimas akan rajin bekerja agar bisa membawa nenek k rumah sakit.. "
"Ya sudah kamu berangkat lah, kalau bisa kamu beli sebuah ponsel, agar ibu bisa menghubungi mu kalau ada sesuatu yg terjadi"
"iya bu, akan Dimas usahakan, Dimas berangkat ya bu. tolong jaga nenek, seminggu lagi Dimas pulang..
Assalamu'alaikum bu"
"Waalaikum salam, hati hati ya nak"
Dimas mengangguk kan kepala setelah mencium punggung tangan bu Desi..
*H**ati hati Dimas,, mungkin Ibu bukan ibu kandung mu..
Tapi ibu sudah menganggap mu anak sendiri..
Ibu selalu mendoakan mu dari jauh agar kamu mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat*..
Hanya bu desi yg menganggap Dimas selayaknya manusia,, selebihnya para ibu ibu sekitar tempat tinggal Dimas hanya menganggap Dimas sampah yg patut d hina dan d kucilkan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Heru Dwiyantono
lanjut
Dimas yg rajin dan sabar
2022-12-13
0
tukang sablon
ko imam begitu ya , gimana makmumnya wkwkwk
2022-04-23
0
Scurity MT
"Udah Nak...
2022-04-12
0