Tenderness and kindness are not signs of weakness and despair, but manifestations of strength and resolution.
Kelembutan dan kebaikan bukanlah tanda kelemahan dan keputusasaan, tetapi manifestasi dari kekuatan dan resolusi.
Dunia ini penuh dengan orang orang baik, jika kamu tidak menemukanya maka jadilah salah satunya.
* *
Pagi kabut tebal masih setia menyelimuti dunia, lantunan adzan yang begitu indah membangunkan mereka dari mimpi indahnya.
Nada mengerjapkan matanya, lantunan adzan baginya kini adalah sebuah panggilan untuk bertemu dengan kekasihNya yang maha membolak balikan hati. Setelah melakukan wudu gadis itu kembali dengan sajadah dan mukenanya, ia rindu bersujud, dan mengirimkan doa kepada kedua orang tuanya.
" Nada sayang..... ayo turun nak, yang lain udah mau pada berangkat!" panggil Zela dengan lembut. Detik berikutnya gadis itu membuka pintu kamarnya, berjalan dengan anggunya, seragam yang sama dengan Cila, dan roknya yang menutupi lututnya.
" Kean berangkat bun!" pamitnya hendak berdiri dari kursi, ia belum selesai memakan sarapanya.
Mereka semua menatap Nada yang baru saja turun dari tangga, wajahnya yang masih polos, dengan lip ice tipis, rambut panjangnya dibuat curly, dengan bandana berwarna silver. Imut satu kata yang terucap dari mereka. Siapa lagi yang merubah upik abu menjadi gadis yang begitu anggun dan cantik.
" Key ... gak bareng sama Nada?" Kean menggeleng, lalu tasnya ia sampirkan di bahu kananya, seragam yang mlipis, yakin deh kalau ada semut, semutnya kepleset, dengan baju yang tidak dimasukan, dua kancing paling atas dibiarkan terbuka, mempertontonkan dada putihnya, rambutnya yang dibuat seakan menantang Tuhan, membuat kesan cool dari makhluk ciptaan Tuhan yang begitu sempurna.
"Key ada perlu bun." ucapnya berlalu tanpa pamit, dan langsung ngacir keluar menggunakan motor big maticnya.
Suara motor berpadu dengan moge merah yang memasuki halaman rumahnya. Mendengar suara moge tersebut Cila berdiri dan menyambar minumnya. "Cila berangkat ya tante..." pamitnya, lalu melirik Nada, " Nad, mau bareng gak?" tanyanya ramah. Cila menggeleng, pasalnya hari ini Nada akan berangkat bersama Zela ke sekolahnya.
" Gue mau numpang makan dulu Cil." suara berat itu mengalihkan atensi mereka, lelaki dengan tubuh cungkring, dengan lesung di pipinya, menambah nilai plus baginya, langsung duduk tanpa aba aba, yah dia Cakra sahabat karip Cila sejak kecil.
Seakan tanpa dosa Cakra melahap makanan yang memang sudah Zela siapkan untuknya. "Tumben pagian Kra" sapa Zela, Cakra terkekeh, biasanya mereka akan berangkat tepat ketika jarum panjang menunjuk di angka 11.
" Mommy dan Deddy masih di LA, jadi Cakra gak selera makan dirumah tan." serunya tanpa babibu, sesaat matanya menatap wajah ayu didepanya, membuat Cakra kaget.
"uhuk....uhuk" Cakra memukul dadanya dengan pelan, berasa makananya nyangkut dipersimpangan antara faring dan laring.
"Mati aja sekalian loe." umpat Cila kepada Cakra sambil menepuk punggungnya dengan keras, lalu ia sodorkan minum kepada sahabatnya. Setelah makananya masuk barulah ia merangkai kata.
"Kampre...." Cila memukul bibir Cakra dengan pelan. Cila tau Cakra akan mengatainya.
"Mulutnya ...... Masih pagi jangan bikin dosa." Sela Cila menasehati dan diumpan dengan tatapan tajam.
"Dia siapa tan?" Cakra memainkan matanya kepada Cila lalu mengarahkanya pada Nada.
"Dia Nada Cakra, makanya kalau mau makan lihat lihat sekitar dulu." ucap Zela menasehati.
" Ia biar gak terjadi tragedi yang bikin loe mau mati kaya tadi." timpal Cila menambahi.
"Nyumpahin gue loe?" Cakra mendelikan matanya pada Cila lagi, yang dibalas dengan peletan pertanda sebuah ejekan. Nada tersenyum melihat interaksi kedua orang di depanya.
"ck ck ck .... Udah ayo berangkat!" Cila menarik kerah belakang Cakra dengan cepat.
"Bentar si, mau kenalan sama neng geulis." Cakra mengulurkan tanganya pada Nada dan disambut hangat. "Namanya teh saha atuh?" tanya Cakra dengan bahasa Sunda.
"Nada." ucapnya dengan senyum yang indah. Lalu melepaskan uluran tangan Cakra.
"Kenalin gue Cakra.... cowo paling ganteng, paling tam....." ucapanya belum selesai namun Cila menarik tas Cakra dan membawanya keluar dari ruang makan.
"Cila berangkat tan, Nad....daah" Nada dan Zela menggelengkan kepalanya melihat mereka berdua. Sungguh aneh 2 sejoli tersebut.
" Cil...Cil.. loe mau bikin gue mati? " ucapnya lalu melepaskan tangan Cila yang begitu erat di leher Cakra.
" Cepetan.... udah siang bege." kesal Cila
" Sabar ngapa, PMS loe, apa gak dikabarin Abi ?" terkanya, membuat Cila mencebikkan bibirnya 1 cm. Wajahnya berubah masam. Kalau udah gini Cakra akan diam seribu bahasa. Menyangkut perasaan Cila yang hampir tiap detiknya disakiti sama Abi, memang cinta itu buta, udah berkali kali disakiti tetap aja masih bertahan, dengan alasan cinta.
Dipersimpangan lampu merah, Cila yang berada dijok moge Cakra mengedarkan pandanganya. "Cil, mau bolos gak?" tanya Cakra, dasar gila, emang bad boy si Cakra. Bayangin baru hari pertama masuk kelas IX berani beraninya Cakra ngajakin bolos.
"pluk" tepukan keras ia dapatkan dibahunya.
" Edan kamu Kra. Kalau mau bolos itu dari tadi, ini si sekolah udah 50 meter di depan mata." Kirain mau marahin Cakra ternyata malah ngajarin yang lebih gak bener. Mata Cila dibulatkan sempurna kala melihat sebuah mobil sport putih disebelahnya. Cila meremas seragam Cakra dengan kuat.
" Sakit Cila." protes Cakra kepada Cila, ditatapnya Cila dari spion, matanya memerah dan berkaca kaca, ia lalu turun dari boncenganya menuju mobil tersebut. Cakra spontan melihat mobil sebelahnya yah dia Abi dengan seorang model yang sedang naik daun, tangan keduanya bertaut mesra.
" Jangan bikin masalah!" Cakra ikut turun dan menarik tangan Cila.
" Itu Abi Cak." Cila menepis tangan Cakra yang memegangnya erat.
" Gue tau, tapi ini lampu merah Cil." ucapnya menahan Cila agar tidak membuat masalah.
" Persetan...." Cila hendak menggebrak pintu mobil disebelahnya. Disaat yang bersamaan lampu berubah menjadi hijau "Abi.... turun loe brengsek." sayangnya Abi langsung melajukan mobilnya, ia hanya melihat Cila yang berlari mengejar Abi. Sesaat mobilnya ia pelankan, namun mengingat ini lampu merah, Abi melajukanya dengan kencang tanpa menghiraukan kekasihnya itu.
Suara klakson mobil bersahutan, protes kepada mereka yang menghalangi jalan. "Cil... jangan gila, ayo kita pergi! " Cakra menarik pergelangan tangan Cila, lalu membawanya pergi.
" Kita bolos Kra." Cakra terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, ia memutar motornya menuju rumah Cakra.
**
Nada masuk ke pekarangan sekolah, ia menuju ke kantor dimana semua orang yang melihatnya menunduk sopan kepada Zela. " Zel....!" panggilnya, membuat sang empu membalikan tubuhnya
"Tante...." Zela mencium tangan Lea, yang statusnya adalah nenek Kean, Nada pun ikut mencium tangan seorang wanita cantik paruh baya tersebut.
"Ini cucu menantuku?" tanya Lea sambil menunjuk Nada. Nada hanya menunduk malu. " Cantik...." satu komentarnya. "Tunggulah didalam Zel, upacara akan segera selesai, aku ingin berkeliling sebentar." pinta Lea yang berlalu meninggalkan mereka.
"Sayang ayo masuk!" Zela menuju ke ruangan yang begitu megah itu menanti upacara yang sebentar lagi selesai.
" Bun, Nada mau lihat lihat sebentar." ucapnya yang diangguki oleh Zela. Nada sedang melihat betapa besar sekolah yang dimiliki nenek suaminya itu, namun iris matanya menangkap sosok yang ia kenal yaitu Kean bersama dengan seorang wanita cantik berjalan beriringan dan bergandengan tangan mesra satu kata lolos dari bibirnya.
" Kamu masuk kelas gih!" ucap Kean mengusap kepala gadis yang menurut Nada itu cantik. Sang gadis bahkan enggan melepaskan genggaman tangan mereka.
"Masih kangen kamu, nanti istirahat samper kesini ya!" ucapnya merengkuh lengan Kean dengan erat dan manja. Kean mengangguk dan merangkulkan tanganya di bahu sang gadis.
Kean berbalik, netranya bertemu dalam satu tatapan dengan Nada. Kali ini hati Nada sedikit tercubit, ada rasa cemburu melihat Kean selembut ini dengan wanita lain, mengingat status mereka adalah suami istri. Kean memutuskan tatapanya, berlalu meninggalkan Nada yang terpaku disana.
Visual
Nada
Kean
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments