Vegas

Kota Vegas menjadi pilihan Axel untuk menetap, dia mulai menyusun rencana untuk memulai tahap balas dendamnya kepada Eric.

Kini Axel semakin jatuh dalam tindak kejahatan, dia tidak akan segan menghabisi yang menghalangi jalannya, Axel menjadi pria dingin dan kejam, dia juga menjauhi sosok wanita karena takut akan menghambat jalannya suatu saat nanti.

Axel takut jika dia mempunyai seoramg gadis di sisinya gadis itu akan bernasib sama seperti Keara adiknya, itulah yang membuat Axel enggan untuk mengencani gadis-gadis meskipun sekarang banyak gadis yang ingin bersanding bersamanya.

Siapa yang tidak mau hidup bersama Axel, Pria muda kaya yang mempunyai perusahaan besar, di tambah parasnya yang tampan membuat semua gadis itu ingin menempel kepada Axel. Bahkan jika Axel tidaklah memiliki kekayaan semua gadis itu akan tetap melemparkan dirinya secara cuma-cuma. Ketampanan Axel sangatlah menghipnotis siapa pun yang melihatnya.

Di usianya yang sudah mencapai dua puluh tahun ini membuat parasnya semakin tegas. Tatapan mata yang tajam, hidung mancung, rahang tegas, punggung lebar, badan tegap dan kaki jenjang nya membuat siapa pun akan terpana.

Siang hari Axel bekerja dikantor dan malam harinya dia menjadi mafia kejam, dua sisi berlawanan yang diperankan Axel saat ini. Dia hampir tidak tertidur.

Memperjual belikan senjata, menjual ganja dan sabu-sabu. Begitulah pekerjaan ganda yang dilakukan Axel.

Nama Axel mulai begitu mendunia membuat seseorang diseberang sana mengetahui bahwa Axel masih hidup di dunia ini.

Kini Eric sudah berumur lima puluh tahun, sosoknya sudah tidak bugar lagi seperti dulu tapi masih mampu untuk berkelahi, dia juga masih menyandang sebagai Boss Mafia. Eric mengertakan gigignya begitu mendengar bahwa Axel masih hidup. Eric mulai mencari keberadaan Axel dan ingin memburunya, Eric takut jika Axel dibiarkan seperti ini malah akan menjadi bumerang untuknya.

"Sial, ternyata dia masih hidup" gumam Eric.

Eric mengambil tongkat bisbol dan memulkannya kepada bawahannya. Eric mengamuk dan terus mengucapkan sumpah serapah.

BUG.

BUG.

BUG.

"Sial, bagaimana kerja kalian selama ini si brengsek Axel masih hidup"

BUG.

"Kalian bilang kepadaku bahwa dia sudah mati"

BUG.

"Lalu apa yang kulihat saat ini, dia masih hidup sialan"

Amarah Eric sudah sangat memuncak, menewaskan satu bawahannya. Kondisinya sangat mengenaskan, darah yang mengalir begitu banyak di lantai, dia terkapar tak berdaya membuat para bawahannya yang lain menahan nafas dengan mata yang terbelalak.

"Ini gila, aku harus keluar dari sini" pikir mereka begitu.

Tapi apa daya, itu hanya angan-angan yang tidak akan terwujud, Eric akan menangkap mereka dan menghabisi mereka tanpa ampun.

Sebenarnya mungkin semua orang bingung apa yang membuat Eric menjadi sangat keji dan bengis seperti itu. Tapi siapa yang berani menanyakan itu kepada Eric sama saja mereka mengantarkan nyawa secara percuma.

Tentu saja mereka tidak bodoh, hanya bekerja dengan baik dan tidak banyak bertanya adalah satu pilihan yang tepat. Nyawa mereka akan aman.

Eric duduk di kursi ruang kerjanya, menghisap rokoknya.

BRAKKKK.

tanganya mengebrak meja, pelayan yang kebetulan lewat pun terjingkit kaget, mungkin mereka berpikir apa lagi yang sedang boss nya lakukan kali ini.

"Sial.. sial.. sial.. bagaimana jika anak itu membalas dendam kepadaku nanti" Eric tiba-tiba merasa takut.

"Tapi apa yang bisa dilakukan anak ingusan itu, umurnya baru dua puluh tahun sekarang. hanya dalam lima tahun mustahil baginya untuk bisa mengalahkanku" gumamnya lagi.

HAHAHAHAHA.

Sekarang ruangan Eric dipenuhi dengan gelak tawa, para pelayan yang mendengarnya mulai meringis

"Sepertinya boss kita mulai gila" ucap Yulia.

"Sstttt, tutup mulutmu bagaimana jika boss mendengar kita" seru Mia mengingatkan temannya.

"Huftt, hampir saja" Yulia mengelus dadanya merasa bersyukur bahwa Eric tidak mendengar ucapannya.

Dua pelayan itu kembali melakukan pekerjaan mereka, meninggalkan ruangan Eric yang penuh tawa misterius. Entah itu tawa karena senang atau tawa karena niat jahatnya yang muncul.

Sangat mengerikan.

Sebenarnya Eric tertawa karena dia sudah berhasil menyusun rencana untuk menjatuhkan Axel, dia akan mengirimkan keponakannya yaitu Jean Maera untuk mendekati Axel.

Eric mulai menghubungi Ayah Jean yang bernama Bram, Eric menghubunyi Bram bukan untuk meminta bantuan tapi memaksanya dengan ancaman jika dia tidak melakukan maka Eric akan membunuh semua keluarganya sontak saja Ayah Jean tidak ingin itu terjadi tapi tidak ingin mengorbankan anaknya dalam bahaya juga.

Bram bingung, apa yang seharusnya dia lakukan sekarang. Jean yang melihat Ayahnya biasanya riang tiba-tiba memasang wajah sedih seperti sedang terkena masalah pun akhirnya melontarkan pertanyaan kepada Ayahnya.

"Apakah ada yang sedang menganggu di pikiran Ayah sekarang, mungkin Jean bisa membantu" seru Jean kepada Ayahnya.

Tapi Ayahnya tak kunjung menjawab, dia bingung harus berkata apa pada Jean. Akhirnya Ayahnya pun berbohong bahwa perusahaannya sedang dalam masalah.

Sontak Jean yang mendengar itu pun risau dan mengusulkan agar dirinya ikut membantu pekerjaan yang ada di perusahaan. Ayahnya pun mengiyakan permintaan Jean daripada Jean menjadi curiga.

Keesokan harinya Jean sangat bersemangat untuk masuk ke kantor Ayahnya, sejujurnya ini adalah pekerjaan pertamanya tapi Jean berketat akan melakukan sebaik mungkin dengan basic perna kuliah bisnis mungkin tidak akan sesulit itu.

Bagitu memasuki ruang kerjanya sudah terdapat tumbukan berkas yang harus Jean kerjaan, dia membuka dan membaca satu-satu laporan tersebut.

"Huffff, cukup melelahkan juga" keluhnya karena pekerjaan yang tak kunjung selesai.

Jean merentangkan tangannya "Tidak, ini belum seberapa dengan yang Ayah kerjakan setiap harinya, Fighting" Jean kembali menyemangati dirinya.

Tiba-tiba Jean merasa haus, dia pun bergegas membeli minumanan. Saat di koridor dia berpapasan dengan Axel yang hendak menandatangini proyek dengan perusahaan Ayahnya. Jean terpaku melihat paras Axel yang begitu tampan.

"G-gila, apa dia manusia" ucapnya sambil terus menatap Axel.

Sebenarnya Axel melihat Jean yang terus memandanginya tapi dia hanya melengos dan berdecih, baginya Jean sama saja dengan para wanita murahan yang mengincar hartanya saja.

Jean terus memikirkan Axel semenjak peristiwa pertemuan tak sengaja itu, Jean ingin mengenal Axel lebih dekat, Jean ingin berteman dengannya. Axel adalah pria pertama yang membuat Jean merasa tertarik.

Setelah membeli sebuah capucino dingin, Jeam tidak kembali keruanganya melainkan menuju ruangan Ayahnya untuk menanyakan siapa pria yang baru ditemui tadi, mungkin ayahnya pasti akan menyetahuinya.

Tok… tok… tok…

"Ayah, ini aku Jean"

"Masuk" balas Bram singkat.

Pintu terbuka.

"Ada apa nak" tanya Bram yang melihat Jean tiba-tiba datang.

Bukanya menjawab Jean justru terpaku pada sosok Axel dan duduk berhadapan dengan Ayahnya saat ini.

"Jean" panggil Bram lagi karena sedari tadi Jean terbenggong.

"Ekhemm" Jean berdehem melepas rasa canggung kemudian berkata "Maaf Yah, Jean lupa, hehe" ucapnya tanpa merasa bersalah dan berbalik untuk keluar ruangan itu.

Terpopuler

Comments

𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪​​​🇱​​​​❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐

𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪​​​🇱​​​​❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐

kurang ajat sih itu yg gebukin

2022-02-27

3

Artini

Artini

semangat kabella ,baru bisa dateng lagi

2022-01-31

1

Fitray Uni

Fitray Uni

berkunjung, 🌹bunga bermekaran tuk mu, semangat

2022-01-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!