Sepotong Roti

Tak terasa sudah dua hari Axel berjalan, dia merasa lapar tapi dia tidak mempunyai uang untuk membeli suatu makanan. Axel hanya melihat para pedangang makanan itu dengan tatapan lapar, Axel membuat tampang memelas agar pedagang itu merasa kasihan dan memberikannya makanan.

Hmm, mungkin ini kesempatannya untuk memulai aksi kriminalnya, Axel sudah berniat untuk mencuri sepotong roti milik salah seorang pedagang.

Berjalan mendekati pedagang roti itu, tangan Axel diam-diam hendak mengambil roti tetapi naasnya aksinya itu ketahuan membuat pedagang itu berteriak.

"Maling" tangan pedagang menunjuk Axel yang bergelagat hendak melarikan diri. Semua mata langsung tertuju padanya.

Warga-warga sekitar mulai berbisik mengatai Axel anak yang tidak baik, menanyakan dimana orang tuanya kenapa dia bisa sendirian dipasar, apakah anak itu yatim piatu, pakaian lusuh sekali, sangat kasihan begitulah Axel dimata mereka.

Dua pria besar memegang tangan Axel, memintahnya untuk membayar roti yang sudah dia curi tadi. Axel merontah berusaha lepaskan diri.

"Lepaskan" Axel terus merontah.

Warga yang melihatnya semakin kasihan, Axel benci tatapan itu, dia tidak suka dikasihani. Axel marah "Kenapa kalian melihatku seperti itu, seperti hama kotor yang menganggu"

"Ck, sial lepaskan aku" Axel mengigit tangan pria kekar itu.

"Akh, sialan beraninya kau mengigitku" pria itu memukul Axel, membuat Axel bersikap waspada lalu langsung menodongkan pistol kepada pria kekar itu sontak membuat semuanya panik. Bagaimana bisa Axel mempunyai senjata, apakah dia anak seorang buronan atau sekelompok preman.

Mereka semua mulai mundur, kesempatan bagus untuk Axel langsung saja dia melarikan diri dari mereka.

Hoshh… hoshh… hoshh…

Axel terus berlari tanpa sengaja dia menemukan rumah kosong, langsung saja Axel memasukinya. Axel mengertakan giginya, menonjok tembok yang berada di depannya.

"Sial, sampai kapan aku harus seperti ini. Apa bedanya aku dengan dia" seru Axel. Dia yang Axel maksud tentu saja Eric.

"Aku tidak ingin menjadi jahat tapi keadaan memaksaku terus melakukan perbuatan-perbuatan hina ini."

ARGHHH.

Axel meraung meratapi kenapa nasibnya begitu buruk, kedua orang tuanya dibunuh. Adik tercintanya juga terbunuh begitu mengenaskan di depan matanya. Axel marah kenapa Tuhan memberikan musibah ini kepadanya, dia tidak sanggup menanggung beban ini. Axel sebatang kara, dia cuma sendirian tidak ada kerabat yang bisa Axel andalkan.

Tak terasa hari sudah petang, Axel memutuskan untuk tidur di rumah kosong itu. Untuk apa yang akan terjadi besok bisa dipikirkan nanti.

Suara ayam mulai mengisi keheningan, matahari pun sudah memacarkan sinarnya membangunkan semua yang sedang terlelap begitu pun dengan Alex yang mulai menyerjapkan matanya.

Badanya masih terasa letih, istirahat semalam rasanya tidak berpengaruh apa-apa kepadanya. Tapi Axel tetap bergegas dan memutuskan untuk menetap di hutan karena menurutnya itu lumayan bagus meskipun banyak hewan buas yang siap menerkam Axel tapi mendapatkan makanan serta menuman di hutan sangatlah mudah. Axel tidak perlu mencuri lagi.

Karena tidak ada barang bawaan yang dia bawa, Axel langsung melangkahkan kakinya menuju hutan. Dia mencari lokasi yang tepat dan cukup aman agar binatang-binatang itu tidak bisa memangsanya. Axel mulai mencari ranting-ranting yang cukup kokoh untuk dijadikan rumah pohon tempatnya berlindung.

Hari sudah semakin petang, rumah pohon yang dibangun Alex cukup layak untuk dihuni kemudian Axel barencana menangkap kelinci untuk santapannya kali ini lalu Axel mengambil persediaan air minum di sungai. Semuanya sudah terkumpul, Axel mulai menyalakan api ungun dari sisa-sisa ranting pembuatan rumah pohon untuk memanggang kelinci tersebut.

Harum semerbak daging kelinci tercium sangat enak, Axel langsung melahapnya tanpa ragu. Dia sangat kelaparan, santapan kali ini cukup untuk menganjal perutnya selama dua hari jika dia tidak memiliki makanan untuk dimakan nanti.

Hari berjalan terus hingga tak terasa Axel udah menghabiskan lima tahun di hutan untuk bertahan hidup, Axel memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat ini, takutnya jika tidak segera pergi sekarang mungkin dia akan seperti tarzan hahaha. Axel mulai bergegas meninggalkan hutan itu berjalan menuju arah selatan, entah apa yang ada disana Axel hanya mengikuti kata hatinya.

Sudah tiga jam Axel berjalan, perjalanan yang cukup panjang. Sekarang Axel sudah cukup kuat dia sudah tidak gemetar lagi untuk mengunakan pistol, umurnya kini mencapai dua puluh tahun, sungguh sebuah perkembangan yang pesat hanya dalam lima tahun Axel pandai ilmu bela diri dan ahli senjaga padahal dia hanya belajar sendiri tanpa ada yang membimbing.

Di ujung sana Axel menemukan sebuah Goa, Axel yang mempunyai rasa penasaran yang cukup tinggi, dia mulai memasuki Goa tersebut disana terdapat fosil tulang-tulang manusia. Axel terus menelusuri Goa tersebut kebagian terdalam, betapa terkejutnya Axel, dia menemukan tumpukan berlian dan juga permata, melihat tidak ada tanda-tanda kepemilkan. Seperti harta karun yang tersembunyi Axel langsung mengambilnya dan memasukannya kedalam tas yang dia bawah.

"Ini akan menjadi modal awal untukku" gumamnya setelah mendapatkan permata dan berlian.

Tak terasa kini Axel sudah memasuki Kota, Kota ini masih masuk kedalam wilayah Pee Pee hanya saja letaknya yang dipelosok tidak banyak orang yang tahu.

Hal pertama yang dilakukan Axel adalah menukarkan beberapa permata itu untuk membeli pakaian yang pantas.

"Permisi Paman, saya mau menjual ini" ucapnya pada penjual batu-batuan antik.

Paman itu meragukan keaslian batu permata yang dibawa Axel melihat tampilan Axel yang kumuh tapi tidak membuat ketampanannya memudar, Axel tetap terlihat mempesona.

Paman itu melebarkan matanya, batu permata yang dibawa Axel adalah batu paling murni yang perna dia lihat, sontak saja membuat Paman itu ingin bertanya dimana Axel mendapatkan batu itu. Axel menjawabnya dengan berbohong, Axel mengatakan bahwa itu peningalan orang tuanya padahal Axel mendapatkan itu didalam goa saat menuju perjalanan kesini.

"Wow, ini sangat langka. Harga batu ini sangat tinggi aku tidak mampu membayar semuanya" meskipun Paman itu tertarik tapi uang yang dia meliki tidak cukup untuk membeli batu milik Axel akhirnya batu itu dikembalikan kepada Axel.

Sontak saja Axel langsung kaget ternyata batu-batuan yang ditemukannya mempunyai nilai yang tinggi "Tidak apa-apa Paman" begitu ujarnya karena Axel sangat membutuhkan uang saat ini.

Paman itu mengambil batunya kembali dan menyerahkan sekoper uang kepada Axel.

Wow, jumlah yang sangat fantastis hanya untuk satu batu, Axel kaya raya sekarang.

Dia tersenyum dan bergegas memperbaiki penampilannya agar terlihat pantas, pergi ke salon serta meninggalkan kota Pee Pee ini menuju pusat kota dan membeli mansion disana.

Terpopuler

Comments

𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪​​​🇱​​​​❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐

𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪​​​🇱​​​​❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐

tarjan😁

2022-02-27

3

Rahma AR

Rahma AR

😊

2022-02-21

1

DEBU KAKI

DEBU KAKI

mantap thor lanjut

2022-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!