Revan mengetuk pintu rumah Tasya, tapi tidak ada jawaban.
Sejak Tasya pulang dari rumah keluarganya, Revan belum bertemu dengan Tasya
Revan memang mengikutinya keluar rumah, tapi saat sampai diluar Tasya sudah tidak ada.
Revan lalu pergi kerumah Tasya, terlihat dari luar lampu lampu didalam rumah tasya sudah padam.
"Kemana Tasya? dia sudah tidur atau belum pulang?." Revan bertanya tanya.
Revan mencoba menghubungi Tasya tapi handphonenya tidak aktif.
Revan akhirnya memustuskan untuk pulang
Tasya terbangun dari tidurnya, Tasya membuka jendela kamarnya agar sinar matahari pagi masuk kedalam kamarnya
Tasya teringat kejadian semalam, dimana Sarah dengan antusias menunjukan foto foto mantan pacar Revan.
Jelas sekali Sarah ingin membandingakan dirinya dengan mantan Revan.
Tasya merasa dirinya tidak sebanding dengan mantan mantan Revan, Tasya juga merasa dirinya bukan siapa siapa.
Untuk menghilangkan rasa sedihnya Tasya memilih pergi berolah raga, Tasya berlari kecil disekitar taman dekat rumahnya.
Saat sedang berlari Tasya melihat Zeedan duduk dibangku taman.
"Pria itu bukannya.."
Tasya teringat saat dirinya menabrak Zeedan disebuah restaurant, Zeedan melihat kearah Tasya
Menyadari Zeedan melihat kearahnya,
Tasya membalikan badannya ia ingin berlari tapi Zeedan memanggilnya.
"Tasya! "
Tasya berhenti, Zeedan lalu menghampirinya.
"Kita bertemu lagi." Zeedan terlihat senang.
"Kamu tau namaku? siapa yang memberi tahumu?"
"Calon suamimu. "
Tasya kembali teringat, ketika direstaurant Revan memang memanggil namanya didepan Zeedan.
Karena lelah Tasya duduk dibangku taman, Zeedan mengikuti Tasya ia juga ikut duduk dibangku taman.
"Ini, minumlah, kamu pasti haus " Zeedan memberikan botol minumannya pada Tasya.
Tasya menerima minuman yang diberikan Zeedan lalu meminumnya.
"Kamu, kenapa ada disini? " Tanya Tasya.
"Rumahku ada disekitar sini."
"Kebetulan sekali, aku juga tinggal didekat sini.
Ini botolnya"
Tasya berdiri dan memberikan botol minuman milik Zeedan.
"Terima kasih." Tasya tersenyum manis.
Tasya baru ingin berjalan meninggalkan Zeedan, tapi kakinya tersandung batu.
Tasya kehilangan keseimbangan ia hampir jantuh.
Zeedan memegang tangan Tasya, lalu menarik tangannya agar Tasya tidak jatuh,
tanpa sadar Zeedan memeluk Tasya.
Tasya merasa nyaman didalam pelukan Zeedan
dan entah mengapa Tasya seperti tidak ingin melepaskan pelukan Zeedan.
Zeedan juga merasakan perasaan yang sama, Zeedan melepaskan pelukannya ketika Sarah datang.
Awalnya Sarah ingin menemui Tasya dirumahnya, tapi belum sampai dirumah Tasya ia sudah melihat Tasya ditaman.
Sarah turun dari mobilnya, ia lalu menghampiri Tasya.
"Jadi begini kelakuan kamu dibelakang Revan"
Tasya terkejut melihat kedatangan Sarah
"Jangan salah paham, kita hanya tetangga" ucap Zeedan
"Tadi aku mau jatuh, Zeedan hanya menolongku." Tasya mejelaskan.
"Aku tidak percaya." Kata Sarah.
"Aku tidak perduli!" Zeedan lalu pergi meninggalkan Tasya dan Sarah.
"Dasar, tidak tahu sopan santun." Sarah menggerutu.
"Aku mau bicara denganmu tapi tidak disini. " ucap Sarah pada Tasya.
Tasya lalu mengajak Sarah kerumahnya.
"Besar juga ya rumah kamu, lebih tepatnya lagi rumah yang dibeli Revan." Sarah berkomentar saat sampai dirumah yang ditinggali Tasya.
"Kenapa kamu kaget, aku tahu semuanya? bukan cuma rumah tapi mobil yang setiap hari kamu pakai itu juga pemberian Revan. kamu sama saja seperti perempuan perempuan lain yang mendekati revan, kamu engga lebih dari perempuan matre."
Mendengar makian Sarah, hati Tasya terasa sakit. Tasya tidak pernah meminta dibelikan Rumah, Revanlah yang memaksanya tinggal dirumah besar itu.
Tasya juga tidak pernah meminta mobil, Revan jugalah yang meminta Tasya memakai mobilnya.
Lagi pula rumah dan mobil itu atas nama Revan, jadi revan bisa mengambilnya kapan saja ia mau.
"Udah selesai ngomongnya?"
Tasya dan sarah menengok kearah sumber suara, yang ternyata adalah suara Revan.
"Revan kamu disini?" Tanya Tasya
"iyaa pintunya tidak dikunci jadi aku masuk."
"Kak Sarah mau apa kesini." Revan menatap tajam kearah Sarah.
"Akuu..."
"Kalau kakak datang kesini hanya untuk menghina Tasya, lebih baik kakak pergi."
"Kamu ngusir kakak"
"Iya."
Sarah akhirnya meninggalkan rumah itu dengan hati kecewa
Tujuannya awal Sarah adalah mengusir Tasya dari rumah Revan, Sarah sengaja menghina Tasya agar Tasya sakit hati.
Dengan begitu Tasya akan pergi atas kemauannya sendiri, tapi rencananya gagal karena kehadiran Revan.
"Tasya maafin kakakku ya." Revan menatap Tasya ia seolah tau apa yang dirasakakan Tasya.
"Revan kitaaa, lebih baik kita putus."
Revan menarik napas panjang, ia tidak percaya Tasya ingin mengakhiri hubungan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments