"Terimakasih Kakak,,, sudah membantu kami."
Seru anak-anak difabel itu pada si gadis cantik.
"Cellin, nama Kakak Cellin."
"Terimakasih, Nak Cellin."
Bu guru pun turut menyampaikan terimakasih. Mereka berpisah disana. Cellin melanjutkan langkahnya berlawanan arah.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
Zico berlari memasuki gedung perusahaan. Scurity membungkukkan badan sebagai penghormatan. Para karyawan mengenalnya, ia adalah saudara satu-satunya sang CEO yang dingin, dan kejam, katanya. (*Padahal Arend hanya lah bersikap perfectionis dalam hal pekerjaan. Salah\=Selesai*.)
Zico memasuki gedung pertemuan. Ia berusaha maju ke depan. Namun penuhnya orang-orang menyulitkan langkahnya.
Syeira pun terlihat bergerak selangkah demi selangkah menuju altar depan. Ia ingin memberikan pertanyaan pada Tuan CEO Narendra, namun posisinya yang berada di belakang tentu tak menguntungkan. Suaranya tak kan di dengar.
Syeira terus berusaha bergerak maju. Hingga tabrakan itu terjadi tak terhindarkan.
"Aaahh"
"*Brugghh*."
Syeira dan Zico sama-sama sempoyongan jatuh kelantai., terjerembab berlawanan arah. Seketika perhatian semua orang mengarah pada mereka.
"Wooeeyy, Br3ng\_- S3k Lo, gak hati-hati."
Teriakan Nara terdengar sangat keras karna orang-orang yang terdiam saat melihat jatuhnya mereka berdua.
"Ouuhh,, Fu\_- ¢k. Lo yang nabrak, Lo yang nyalahin gua?"
Zico tidak terima. Ia langsung berdiri membetulkan jas nya. Syeira masih di lantai. Ia bangun secara perlahan. Mereka saling menatap tajam.
"*Ziccoo*.!" Aryan melihatnya dari arah podium geram.
"I'm Sorry." Suara berat Narendra di mikrofon kembali menjadi pusat perhatian. Tak ada lagi yang mempedulikan Syeira maupun Zico yang sempat bersitegang.
"Dia adik saya, Zico."
Setelah Arend mengatakannya. Semua mata mengarah pada Zico kembali. Flash Flash kamera itu bersekelebat seperti kilat mengarah padanya mengambil gambar sebanyaknya mengganggu penglihatan.
Syeira menatapnya aneh. Ternyata Pria yang baru saja berurusan dengannya adalah adik dari sang Tuan CEO Narendra.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
Acara yang tadi berlangsung telah usai. Syeira dan Bim keluar gedung dengan kesal. Mereka tidak mendapatkan pertanyaan eksklusif. Hasil yang buruk.
"Kau harus merubah tabiat mu, Syeira. Atau aku yang akan ikut hancur bersamamu."
Bim mengeluh, menyalahkan Syeira secara tidak langsung.
"Diam kau, Bim. Atau akan ku lakban mulutmu."
Syeira sendiri sangat kesal. Mereka berjalan menuju mobil, Syeira kembali menoleh ke arah gedung N~A Group. Ia merasa mengganjal tidak puas.
"*Berita tentang CEO muda Narendra itu yang sangat di tunggu-tunggu. Tidak ada kabar tentang wanita sama sekali dalam hidupnya. Apa jangan-jangan? Dia G4y? Oh, My God* .."
Nara sibuk dengan ilusi nya sendiri. Sampai Bim menyeret tangannya tanpa permisi masuk kedalam mobil. Dan mereka pergi.
...----------------...
Arend, Zico, Aryan dan Ayla. Kini tengah berada di ruang Meeting utama. Aryan meluapkan semua emosinya pada Zico. Ayla mencoba mengelus sang suami, namun nihil. Aryan begitu kecewa dengan sikap Zico hari ini.
Zico mengernyitkan dahi merasa jengah selalu dimarahi seperti anak kecil. Ia mulai melirik Ke arah Arend yang duduk tenang tak bergeming. Raut mukanya datar sedatar buku gambar.
"Papah,,, Yang penting aku sudah datang, kan?"
Mendengar ucapan Zico yang begitu mengentengkan Aryan naik pitam. Ia sudah siap dengan kepalan tangannya, bahkan Zico sampai mundur dengan cepat, untungnya Ayla menangkap tangan Aryan dan menggenggamnya Erat.
"Oke, Bro. Gua cabut sekarang. Em? Btw. Selamat. Sukses selalu. Bye."
Zico kabur berlari dengan kecepatan seribu langkah. Aryan menarik nafas dalam. Sedangkan Arend hanya terdiam. Ia mengingat wajah wartawan wanita yang bertabrakan dengan Zico tadi. Seperti tidak asing baginya. Seperti ia pernah melihatnya. Tapi entah dimana.
"*But Who is She*?."
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
Syeira telah sampai di panti asuhan. Inilah tempat tinggalnya. Dari penghasilannya bekerja, ia juga sedikit membantu untuk pengeluaran Panti, Menjaga adik-adik nya. Dan menemani mereka belajar.
Seluruh problematika hidupnya diluar sana ia tinggal ketika melangkah memasuki bangunan luas nan sederhana ini.
Kedatangan Syeira di sambut oleh adik-adik nya. Ada yang menanyakan oleh-oleh. Kali ini Syeira membawa permen untuk mereka.
"Kamu sudah pulang, Mei?"
Seorang ibu paruh baya pengurus panti menyapanya.
"Ibu,,, berapa kali Syeira, bilang. Syeira. Syeira. Jangan panggil aku dengan nama lama itu lagi."
Syeira ngedumel setiap ibu panti yang mengurusnya sejak kecil masih memanggilnya dengan namanya saat pertama kali masuk ke panti ini. Syeira tidak menyukainya.
Ibu panti pun hanya bisa membuang nafas kasar sambil mengelus rambut Syeira yang menyalim tangannya.
Syeira masuk ke kamar, meletakkan tas nya di atas nakas. Ia lalu menuju jendela kayu, berdiri mematung disana. Melihat ke arah pohon mangga.
Dulu saat pertama kali ia datang ke tempat ini merasa sangat tidak betah dan tidak suka. Hingga ada seorang anak laki-laki tampan yang memberikan sapu tangan padanya. Dan sebuah cincin yang pas di jari manisnya saat kecil. Sebagai tanda pertemanan.
Syeira mengeluarkan kalung yang ada di balik bajunya. Kalung itu berbandulkan cincin pemberian temannya dimasa dulu.
Syeira memegang dan mengelus cincin itu sambil terus menatap ke arah pohon mangga. Tatapannya sangat sulit di artikan. Tapi keduanya mulai berkaca-kaca.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
Cellin telah sampai di kampus. Jadwal sore yang mendadak di kabarkan di berita grup. Dosen akan bepergian esok hari dan materi di ajarkan saat ini.
Cellin masuk kedalam ruang kelasnya. Teman baiknya Mikaila sudah ada di sana, duduk di bangku sebelahnya.
"Hei, sudah lama?"
Sapa Cellin ramah.
"Aku juga baru sampai. Tadi sempat menemani Papah ke acara teman bisnisnya."
Ya, di acara Launching produk *Smart Phone* terbaru Arend tadi juga ada Aaron yang menghadiri sebagai tamu undangan. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah beberapa bulan kematian Aunty Ineke.
Arend, Zico dan Mikaila berteman baik sejak saat itu. Lalu perusahaan Aryan dan Aaron bekerja sama. Semakin mempererat hubungan baik mereka.
Awalnya Zico menyimpan rasa pada Mikaila, namun setelah ia menyadari jika Mikaila lebih tertarik pada Arend saudaranya. Ia memilih mundur dan akhirnya biasa saja.
Sedangkan Arend hanya menganggap Mikaila teman biasa. Tidak lebih, dan tak ada rasa. Bahkan sikapnya pun sama padanya seperti pada gadis lainnya. Dingin.
Arend lebih suka memanggil Mikaila dengan sapaan Kei, ia merasa tidak nyaman jika harus memanggilnya dengan nama yang sama dengan mamahnya. *Aila*.
Mikaila melihat layar ponselnya. Terlihat satu foto Arend yang baru di ambilnya tadi secara sembunyi. Dalam foto itu Arend terlihat sangat tampan. Dan menawan. Mikaila sampai tersenyum sendiri melihatnya.
"Siapa? Pacar?"
Tanya Cellin menggoda.
Mikaila hanya tersenyum. Lalu menjawab.
"Aku berharap, dia akan lebih dari seorang pacar. Aku ingin bisa menikah dengannya."
...----------------...
*Begitulah hati dan cinta, Keduanya datang dan pergi tanpa terkendali, ada yang dengan tulus mencintai namun hati memilih yang menyakiti, ada yang setia terus menunggu, namun hati tetap setia pada yang membelenggu*.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Abi Zar
mantab kak,lanjutkan...
2024-06-23
0
arsyi aurora
dia pasti arend..
2022-01-01
0
Azzam
😍😍❤️❤️🍅🍅
2021-12-17
0