Arsya merasa pesawat yang membawanya dari Dubai Airport mulai menurun di karenakan akan melakukan transit penerbangan di bandara Jakarta menuju bandara di Bali.
"Wid, bangun pesawatnya dah mau landing nih" ucap Arsya sembari menggoyangkan lengan sahabatnya sejak lima tahun terakhir. Kebetulan Arsya pulang bersama Widia dan tiga orang temannya yang lain dari tempat kerja yang sama.
"Asyik nih Kita dah sampai Bali. Aku dah kangen banget sama masakan Ibuku, Mbok Ar" kata Widia
"Sampai Bali bayangan Lu?" jawab Arsya
"Lah..trus Kita landing dimana?" tanya Widia seperti orang lupa sesuatu.
"Kamu lupa Kita transit pesawat dua kali penerbangan. Ini transit penerbangan Kita yang terakhir di Jakarta menuju Bali" jawab Arsya tanpa jeda.
"Tarik napas Mbok Ar.." kekeh Widia,
"Aku lupa habis lagi seru mimpiin Emre Kevilcim datang buat lamar Aku, Mbok malah bangunin," jawab Widia sembari membayangkan Aktor Turkey idolanya.
"Ish..! Kalau gak dibangunin, Kamu mau nginep disini? Kalau Aku mah ogah kali," jawab Arsya sambil manyun.
" Uhhh... jangan cemberut gitu Mbok Cantik. Nanti Emre aktor idola kita lewat trus lihat Mbok cemberut bisa-bisa dia kabur, Mbok" ucap Gadis berumur 24 tahun ini sambil mencubit pipi mulus Arsya.
"Awww..! Kamu tuh senang banget cubit pipiku, mana mungkin dia disini. Tuh Aktor di Turkey, Say." gerutu Arsya sambil ngelus pipinya yang dicubit Widia
"Ayolah, kita bersiap buat turun" ajak Arsya sambil melihat ke arah ketiga temannya yang duduk di belakang Mereka.
Arsya, Widia dan ketiga temannya yang bernama Sari, Devi dan Shinta sudah turun dari pesawat dan bergegas melakukan check in kembali. Setelah itu Mereka menunggu satu jam untuk melanjutkan penerbangan dari Jakarta ke Bali. Diruang tunggu Arsya melakukan Video Call bersama putra dan putrinya yang sudah menunggu di Bandara Bali bersama Putu Arya, pria 38 tahun Kakak Arsya. Arsya menelepon melalui aplikasi yg berwarna hijau di Ponselnya.
Selama Video Call terjadi, berawal dari kata sapaan, candaan kadang Arsya ketawa melihat tingkah dan gaya bicara putra putrinya. Kadang tak terasa Dua bulir air menetes dari sudut mata Arsya setiap teringat akan kehidupannya dulu bersama buah hatinya. Sampai salah seorang Ibu disebelah Arsya menoleh kearahnya dan tersenyum lembut. Dua puluh menit Mereka mengobrol sampai akhirnya Arsya mengakhiri panggilannya.
"Anaknya ya, Mbak?" tanya Si Ibu dengan nada lembut.
"Iya Buk. Tadi itu putra dan putri Saya" jawab Arsya sopan.
"Masih kelihatan muda Saya kira Mbak masih single. Oya, kenalin nama Saya Verisia" ucap Verisia sambil mengulurkan tangannya ke arah Arsya.
"Saya Kadek Arsyani panggil saja saya Arsya, Buk Ve." Arsya menyambut uluran tangan Verisia.
"Ibu bisa aja, bilang Saya masih single. Umur Saya sudah kepala tiga Buk, yang ada saya ini single parent," ucap Arsya lembut dengan senyuman manis yang memperlihatkan lesung pipi dan gigi gingsulnya.
"Nak Arsya orang Bali? Single parent?" tanya Verisia.
"Iya Buk Ve, Saya single parent asal Bali." Mata Arsya berkaca-kaca.
"Bali mana Nak Arsya? Jadi single parent itu nggak mudah, Nak Arsya mesti tetap semangat."
"Iya, Buk." Wajah Arsya kembali berbinar,
"Saya Bali Utara, Buk. Tepatnya Buleleng, kebetulan Saya baru datang dari Rusia dan melakukan transit di sini," jawab Arsya lagi.
"Ohhh..Nak Arsya kerja apa di Luar Negeri?" Verisia bertanya karena Dia tak sengaja mendengar percakapan Arsya dan Arya pas lagi melakukan Video Call.
"Saya sebagai Therapist Spa di..(Arsya menyebutkan nama salah satu Spa yang berada di kota Moskow) tapi kemungkinan Saya break dulu kerja ke Luar Negeri, Buk. Untuk sementara Saya mau kerja di Bali dulu"jawab Arsya dengan nada seolah berbicara dengan seseorang yg dikenalnya cukup lama.
"Oh ya? Kebetulan sekali Saya punya usaha Beauty Salon & Spa yang ada di Bali dan Jakarta, Jika Nak Arsya mau nyari kerja ini kartu nama Saya" ucap Verisia sambil menyodorkan kartu namanya yg di keluarkan dari dalam tas tangannya.
Arsya pun mengulurkan tangannya mengambil kartu nama Verisia.
"Terima kasih Buk Ve. Nanti pasti Saya hubungi nomer Ibu," ucap Arsya tulus dan dibalas senyum tulus Verisia yang kemudian kembali berkutat dengan gadgetnya.
"Mbok Ar, masih lama nggak sih?" tanya Widia yg baru datang dari toilet. Kemudian dia menghempaskan pantatnya di kursi tunggu bandara dan disusul Sari, Shinta dan Devi. Para gadis umur dua puluhan ini sudah merasa rindu dengan kampung halamannya.
"Iya nih lama banget. Udah gak sabar pingin ketemu My Beb Ku" ucap Sari
"Mentang-mentang punya Yayang Bebeb" kekeh Shinta.
"Sabar Cantik,sebentar lagi juga Kita berangkat, nanti puas-puasin dah kalau kalian sudah pada ketemu Yayang Bebeb kalian" balas Arsya dengan nada lembut.
"By the way, Mbok Ar punya Yayang Bebeb nggak?" celetuk Devi.
"Ish.. Kamu Dev ada-ada aja! Kamu kan tau Mbok Arsya berangkat kerja keluar, Dia baru selesai urusan perceraiannya masak langsung punya Yayang Bebeb." gerutu Widia.
"Itu perceraiannya kan Lima Tahun yang lalu, mungkin saja, Mbok Arsya punya Yayang Bebeb LDR" balas Devi sembari menoleh kearah Arsya sambil meneliti raut wajah temannya itu.
"Mbok Arsya katanya nggak mau nikah dan jatuh cinta lagi," terang Sari kepada ketiga temannya
"Ahh! Mbok Arsya tidak boleh gitu, siapa tau nanti takdir mempertemukan Mbok dengan cowok tak terduga dan Tuhan merestui, bisa-bisa nggak ada istilah pacaran malah langsung nikah." Widia berkata panjang lebar, Kemudian disertai anggukan kepala oleh ketiga temannya yang berarti tanda sependapat dengan Widia.
"Siapa tau Ibu disebelah Kita ini punya anak cowok, tanpa diduga bakalan jodohnya Mbok Ar" kata Devi dengan suara nyaris tidak terdengar takut verisia mendengar ucapannya.
"Yaa, kalau emang Tuhan ngasi jodoh diterima dengan ikhlas, tapi untuk saat ini belum kepikiran buat nikah lagi," Arsya menarik napas sejenak,
"Aku takut merasakan kembali yang namanya sakit hati." Arsya berucap dengan mata mulai berkaca-kaca mengingat penderitaan yang di berikan mantan suaminya dulu.
"Udah-udah jangan ngomongin urusan jodoh lagi, biar Tuhan yang nentuin" ucap Shinta agar temannya tidak merasa sedih lagi.
Hampir satu jam menunggu, akhirnya mereka bersiap untuk melanjutkan penerbangan ke Bali. Begitupun dengan Verisia menuju Bali dengan pesawat yg sama bersama Arsya hanya mereka dibatasi antara Bussines class dan Economic class.
Kurang lebih satu setengah jam di pesawat, akhirnya landing juga di Airport Bali. Usai melakukan beberapa proses mulai dari pengecekan kedatangan, cek bagasi dan yang lainnya di dalam bandara, akhirnya Arsya dan teman-temannya menuju pintu keluar.
Arsya berjalan sendiri sambil menarik kopernya, dikarenakan ke Empat sahabatnya sudah lebih dulu keluar.
Bugh...!
"Aww" Terdengar teriakan kecil Arsya.
Dia tak sengaja menubruk badan tegap seorang pria.
Pria itu membalikan badan, kemudian membuka kacamata hitamnya. Tampak bola mata berwarna biru itu menatap tajam kearah Arsya.
"So-Sorry, Mr," ucap Arsya lirih sembari menatap wajah tampan khas Indo namun perawakannya Bule.
"Kalau jalan pakai mata, " desis Pria Blasteran itu sembari berbalik dan melanjutkan langkahnya.
Tubuh Arsya bergidik mendengar ucapan sinis dan tatapan tajam pria itu saat menatap dirinya. Namun Arsya tidak terlalu perduli dengan pria asing itu. Kemudian Arsya berjalan cepat menuju pintu keluar.
"Ibu..."
Bersambung...
🌼🌼🌼
**Gimana suka nggak Guys? **
Jangan lupa tinggalkan jejak koment Guys...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
M Dewi
tetap semangat thor
2022-04-23
0