Oleh-oleh SiBocil

Arya ingin nyamperin mereka tapi Arsya menggelengkan kepalanya mengisyaratkan kalau kakaknya tidak perlu ngeladenin mereka. Bagi Arsya hanya hal yang tidak penting.

Arsya tidak menghiraukan godaan lelaki maupun candaan yang lainnya. Dia lebih memilih menarik kedua koper yang sudah diturunkan Arya dari bagasi, menuju rumah sederhana yang sangat dirindukannya.

"Arsya.." Terlihat sepasang pria dan wanita yang tidak muda lagi menyambut Arsya

"Mek(Buk), Pak. Arsya sangat merindukan Kalian." ucap Arsya. Dia langsung memeluk Ibunya yang masih di teras rumah. Airmata kerinduan tak bisa terbendung diantara mereka berdua. 

Bapak Arsya menghela napas dan mengusap sudut matanya. Tak terasa Ia juga menitikkan airmata kerinduan. Walau bagaimanapun Dia hanya seorang ayah, setegar apapun pasti akan meneteskan airmata jika melihat putri kesayangannya entah itu bahagia, sedih, rindu bahkan yang lainnya. Air mata kali ini hanya air mata kerinduan bercampur kebahagiaan yg dirasakan pasalnya putri kesayangannya berkumpul lagi setelah hampir Lima Tahun jauh darinya,dan juga putrinya bisa melewati hal yang sangat membuat dirinya terluka.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Bapak Arsya.

"Baik Pak"jawab Arsya.

"Bapak sendiri bagaimana?" tanya Arsya yang masih memeluk erat tubuh Ibunya.

"Seperti yang Kamu lihat kondisi Bapak masih fit" jawab Bapak Arsya.

Arsya melepaskan pelukannya dan langsung mencium punggung tangan Bapaknya yang sudah mulai keriput termakan usia.

"Bapak ini, Anak masih diteras sudah diajakin ngobrol!" seruan gusar Ibuk Arsya.

Bapak Arsya terkekeh melihat kegusaran istrinya. Sedangkan Arsya hanya tertawa kecil melihat tingkah orangtuanya walaupun sudah tua tapi masih suka jahil dan penuh cinta, Ibunya yang lemah lembut tapi tegas jika ada yang berbuat salah. Sedangkan bapaknya suka bercanda namun tetep setia.

"Kakakmu nggak mampir, Ar?"

"Katanya mau pulang dulu Pak, mau jemput Mbok Wati beserta anak-anak ntar kesini lagi."

"Ohhh..tumben," 

Bapak Arsya hanya ber oh panjang, Arsya mengernyitkan keningnya.

"Bapakmu cuma heran, Ar" ucap Ibu Arsya yang baru datang dari dapur sambil membawa teh hangat dan gorengan ubi kesukaan putrinya.

"Biasanya kakakmu itu datang makan, kenyang, pulang. Makanya badannya besar mirip Ivan Gunawan" 

"Haaah!, Bapak ada-ada saja, mungkin Mbok Wati nggak masak, kan Bapak tau ngurus anak tiga" Arsya narik napas sejenak, 

"Capeknya minta ampun, bisa jadi Mbok Wati masak yang sederhana aja." jelas Arsya. 

Arsya memakan gorengan ubi dan menyeruput tehnya.

"Eka sama Dwi mana? Kok nggak ada padahal tadi duluan masuk,"

"Itu anakmu lagi mandi berdua sambil main kayaknya habis kedengaran dari dapur tadi." jawab Ibu Arsya.

"Swastyastu Mbok Ida, Bliputu Tamba" Terdengar nyaring ucapan salam seorang wanita dari luar rumah. Ida adalah nama Ibunya Arsya.  Ibu Ida asli Jawa dengan nama lengkap Nur Maulida. Semenjak menikah dengan Pak Tamba namanya diubah menjadi Made Ida itupun melalui proses adat dan ritual keyakinan Bapak Arsya. 

"Swastyastu.." Buk Ida membalas ucapan salam Bibik di luar tak kalah nyaringnya.

"Ya udah Bu, Ibu temui dulu Bibi di depan, Arsya mau lihat anak-anak dulu takutnya terlalu lama mandi soalnya dah malam." 

Ibu Ida melangkahkan kakinya menuju teras. Sedangkan Arsya kebelakang menuju kamar mandi belakang dapur, kamar mandi di buat terpisah dengan bangunan rumah hanya pintu belakang yang menjadi penghubung.

***

Arsya keluar kamar bersama Eka dan Dwi yang sudah selesai mandi begitupun dengan Arsya yang tadi langsung mandi, pasalnya celana jeans dan bajunya basah kena cipratan air saat mandiin Dwi.

Diruang keluarga sudah ada Arya, Wati dan ketiga keponakannya.

"Mek Adek...(Buk Adek...)!" seruan Ketiga keponakannya yang badannya gembul-gembul semua. Mereka berlari kecil langsung memeluk bibiknya. Arsya lebih suka dipanggil Mek(Buk) dibanding Bik karna kedengarannya lebih sopan.

Ia langsung mencium pipi gembul keponakannya satu persatu.

"Mek Adek ada oleh-oleh buat kalian" Arsya melangkah menuju koper berwarna hitam miliknya.

Begitu dibuka putra putri beserta keponakannya itu langsung melotot tanpa kedip dengan mulut yang terbuka.

"Heyyyy bocil! Awas kemasukan lalat tuh mulut," ucap Arsya sambil mengibaskan tangannya, 

"Ini buat kalian tapi ingat habis makan langsung gosok gigi!" perintah Arsya lembut.

Apa yang mereka lihat memang nggak asing tapi bagi mereka jumlahnya banyak Tiga bungkus permen rasa-rasa buah, Dua bungkus permen karamel yang bungkusannya lumayan besar dan Sepuluh batang cokelat yang ukurannya seukuran cokelat batangan di Tanah Air yang berbungkus kertas warna kuning keemasan.

"Siap Bos" ucap Bocil serempak.

Mereka berempat mengambil dan membaginya, sedangkan Eka lebih memilih duduk.

"Eka nggak ikutan ngambil?" 

"Nggak Pak Tu! Eka lagi diet" ucap Eka

"Gayamu masih kecil diet" cibir Arya,

"Lihat putrimu Dek, baru Sebelas Tahun sudah menjaga body palingan sudah mulai lirik-lirik cowok," 

"Ayoooo.. lirik siapa? jupri( Orgil di Kampungnya)?" Pertanyaan beruntun Arya menggoda keponakan tersayangnya.

"Isshh..! Pak Tu ini!" gerutu Eka. Wajah ditekuk bibirnya manyun.

Arsya langsung tertawa kecil melihat tingkah putrinya. Kemudian Arsya memeluk hangat sembari mencium puncak kepala Eka yang postur tubuhnya sama seperti dirinya.

"Eka boleh jaga body tapi yang sehat" 

"Maksudnya?" tanya Eka. Dia  menarik badannya dari pelukan Sang Ibu, kepalanya mendongak melihat wajah ibunya yang masih kelihatan sangat muda. Mereka berdua lebih kelihatan seperti kakak beradik.

"Diet sehat namanya, tanpa harus menghilangkan kecukupan gizi apalagi seumuran Eka masih harus membutuhkan banyak gizi,vitamin karna masih dalam proses pertumbuhan sayang," Arsya menghela napas sejenak. 

"jangan sampai jaga body nggak makan, bukannya bagus tapi yang ada sakit-sakitan!" Perjelas Arsya 

"Oleh-oleh untuk dewasa ada nggak, Dek?" tanya Wati sembari tersenyum dan menaik turunkan kedua alisnya.

"Ada, Mbok"

Oleh-oleh untuk orang tua Arsya hanya membeli baju kaos yang akan di kasikan satu persatu ke saudara dan sepupu dari bapaknya. arsya tidak bisa membawa banyak barang selain kena charge bagasi juga tidak diperbolehkan membawa barang merk Luar Negeri terlalu banyak bisa-bisa kena pajak di Bandara atau barangnya ditahan.

***

Jam dinding rumah Orangtua Arsya menunjukan jam Sebelas malam. Saking asyik ngobrol, senda gurau, dan melihat tingkah lucu anak-anak tak terasa malam sudah larut.

"Arsya, Mbok sama Blitu pulang dulu" pamit Wati.

"Besok Kamu yang datang kerumah Bli" sambung Arya.

"Buk, Pak! Kita pulang dulu" ucap Wati sambil mencium punggung tangan Bapak dan Ibu mertuanya bergantian, begitu pun Arya juga melakukan hal yg sama.

"Ari, Adi ayo Kita pulang, Nak," panggil Arya ke anaknya yg main sama Dwi di kamar sedangkan Sibontot sudah tidur di bahu ayahnya.

Ari dan adi berlari dari dalam kamar kemudian salim sama Kakek dan Neneknya sebelum pulang.

Begitu mobil Arya menghilang, Arsya, Eka, Dwi beserta Kakek Neneknya juga bergegas masuk dan mengunci pintu rumah. Kebetulan besok hari minggu jadi anak-anak nggak takut bangun kesiangan.

Bersambung...

🌼🌼🌼

Kalian pasti bakalan senyum-senyum sendiri, Guys... Tapi jika lanjut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!