"Ibu...!" teriak Eka putri semata wayang Arsya
Begitu melihat putra dan putrinya yang berdiri di pagar besi pembatas sambil melambaikan tangan dengan nada gembira. Arsya mempercepat langkah kakinya agar bisa segera memeluk putra putrinya. Pintu keluar dan orang-orang yang menunggu kedatangan penumpang pesawat memang dikasi pagar pembatas yang jaraknya kurang lebih 20 Meter.
"Sayangnya Ibuk... Ibuk rindu sekali" ucap Arsya yang langsung merentangkan kedua lengannya agar bisa memeluk Eka dan Dwi.
"Kakak sama Adik juga sangat merindukan Ibuk." ujar Eka. Eka saat ditinggal ke Luar Negeri sudah sangat tahu tentang ibunya dibanding Dwi putranya yang kala itu umurnya masih Dua Tahun.
"Kalau Adik kangen Ibu juga nggak?" tanya Arsya sembari melepaskan pelukannya yang kemudian mencium pipi kanan dan kiri putra dan putrinya.
"Kangen," jawab Dwi singkat
Hhmm...
Arsya menarik napas dan menghembuskannya begitu mendengar jawaban putranya yang singkat. Padahal Dia sudah tahu sifat putranya yang pendiam lebih dibilang cool yang tidak seperti kakaknya.
Eka memang mewarisi sifat ibunya yang periang, ceriwis dan cekatan dalam segala hal apapun. Semenjak menikah sifat periang dan ceriwis hampir hilang dari diri Arsya. Pasalnya apapun yang dilakukannya tetap salah dimata mantan suami, mertua dan adik iparnya maka jalan terbaik yang dipilih yaitu diam dan melakukan hal yang berfaedah. Sedangkan Dwi tidak mewarisi sifat bapaknya maupun Arsya tapi yang jelas Arsya berharap putranya bisa menjadi anak yang berbakti dan selalu mengasihi sesama.
"Kalian sudah makan?" tanya Arsya
"Udah tadi siang, Dek" Arya menjawab pertanyaan Arsya,
"Tapi mungkin Sibocil ini laper lagi kayaknya" ujar Arya sambil mengacak rambut Dwi keponakannya itu.
"Pak Tu tuh yang laper ,habis tadi makannya dikit banget, kan biasanya makan porsi jumbo" ledek Eka sambil menepuk perut Pamannya
"Udah..! Ayo kita pulang terus nyari rumah makan terdekat" ajak Arsya
"Oya,sebentar! Ibu mau nyamperin teman-teman Ibu dulu" ujar Arsya
Arsyapun menggandeng pergelangan tangan masing-masing anaknya dan segera melangkah mendekati teman-temannya yang sudah pada dijemput oleh keluarganya.
"Swastyastu(Kata sapaan Orang Bali) Pak, Buk"sapa Arsya pada keluarga teman-temannya kemudian mencium punggung tangan bapak dan ibunya Widia, Sari, Devi, dan Shinta. Mereka di jemput langsung oleh kedua orang tuanya masing-masing dengan menyewa mobil minibus dari Kampung.
"Swastyastu" balas Para Orangtua serempak
"Sapunapi gatra (gimana kabarnya) Arsya?" tanya Ibu Nyoman(Ibunya Widia)
"Becik-becik, Buk(baik Buk)" jawab Arsya lembut.
"Niki anak alite(Ini anaknya)?" tanya Ibu Made(Ibunya Devi).
"Nggih, Buk" jawab Arsya singkat dan bergegas nyuruh putra putrinya mencium punggung tangan para orang tua termasuk teman-teman Arsya yang dipanggil Bibik.
"Eka.., Kamu cantik sekali Muuaaaccchhhh" ujar Widia sambil nyium pipi Eka gemas. Kemudian beralih mencium pipi Dwi.
Muaachh,
Dwi membersihkan pipinya yang dicium Widia. Terlihat Dia menekuk wajahnya.
"Anaknya Mbok kecil gini dah kelihatan cool banget.Tambah gemes lihatnya," ujar Widia
Merekapun ngobrol singkat dan Arsya memutuskan pamit pulang duluan. Teman-teman Arsya menyusul walaupun nanti Mereka terpisah diparkiran menuju tempat tinggal masing-masing. Arsya kearah Bali Utara tepatnya Buleleng. Widia dan Devi ke arang Bali Timur Karangasem sedangkan Shinta dan Sari yang tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kota Denpasar.
Diparkiran sebelum masuk mobil.
"Aku duluan ya Say.." pamit Arsya
"Nanti kita saling calling kalau ada keperluan untuk perlengkapan data Agent (Agent yg memberangkatkan Mereka)" ucap Arsya. Mereka berpelukan sebelum berpisah sementara.
"Okay! Hati-hati, Say!" balas Teman-temannya.
Arsya mendekati mobil Arya kakaknya. Dimana putra-putrinya sudah duduk manis di jok belakang.
"Arsya duduk sama anak-anak di belakang, Blitu" kata Arsya
"Okay" balas Arya sembari jari telunjuk dan jempolnya direkatkan membentuk huruf O.
Arya menjalankan mobilnya dengan santai sambil mencari-cari rumah makan terdekat, begitu melihat neonbox nama rumah makan khas Bali.
Diapun segera membelokkan setir mobilnya kearah kiri, dimana menu andalan rumah makan ini adalah Ayam Betutu Khas Bali. Hampir Satu Jam Mereka berada di sana hanya untuk memberi makan cacing didalam perut yang sejak tadi berteriak minta makan.
Jam di pergelangan tangan Arsya menunjukan pukul 15.30 dan jarak Denpasar ke Buleleng masih ditempuh kurang lebih Tiga Jam lagi.
Mereka melanjutkan perjalanan. Didalam mobil, Arsya selalu ketawa melihat celoteh dan tingkah lucu putra-putrinya. Kadang bernyanyi sambil menirukan tarian yang mereka lihat di aplikasi ponsel Arsya, sesekali Arsya juga ngobrol ringan bersama kakaknya. Sampai akhirnya mereka lelah dan tertidur lelap di paha Ibunya. Kepala Eka di paha kiri Arsya sedngkan Kepala Dwi di paha kanan Arsya. Arsyapun menyandarkan bahu dan kepalanya di sandaran jok mobil.
"Kalau ngantuk tidur aja, Dek" ucap Arya
"Iya Blitu, Arsya tidur sebentar" balas Arsya yang mulai memejamkan matanya.
Arya menoleh kearah kaca spion dalam mobil. Dia melihat muka lelah adiknya. Meskipun sudah punya anak Dua, tapi masih kelihatan cantik dan manis. Dengan warna kulit putih, berbadan mungil. Seandainya saja Arsya tidak bersama anaknya pasti semua mengira Arsya masih gadis meskipun umurnya sudah Kepala Tiga.
Huuuh!
Arya mengembuskan napas kasarnya mengingat apa yang di lakukan mantan adik iparnya terhadap adiknya
'Jika suatu saat Kamu datang minta rujuk bersama Adikku, Disaat itulah Aku lawan mu, De!.' batin Arya
***
Mobil berhenti di gang depan rumah orangtua Arsya yang sederhana karna masih kelihatan dari jalan, walaupun sudah mulai gelap karna jam menunjukan pukul 19.00 terdengar suara riuh anak-anak remaja maupun dewasa yang yang nongkrong di pos jaga maupun di warung dekat rumah Arsya.
"Sayangnya Ibuk, Ayo bangun Kita sudah sampai."
"Horeee..! Kita dah sampai, Kak" ujar Dwi
"Ayo Dik.. Kita turun" ajak Eka.
Eka membuka pintu mobil dan segera turun yang disusul Dwi.
"Hati-hati Sayang ntar jatuh!" Arsya memperingatkan putra dan putrinya yang berlari menuju pekarangan rumah orangtuanya.
Arsya membersihkan sampah plastik bekas makanan ringan anaknya yg tadi dibeli di Sebuah Minimarket. Begitu mobil bersih, dia memasukan barang-barangnya kedalam tas punggung yang sempat di keluarin anak-anaknya tadi. Kemudian Arsya segera turun, begitu Arsya turun banyak anak remaja maupun dewasa, yang cewek menyapa dan yang cowok menggoda Arsya, tapi ada juga mencemooh mungkin dia iri dengan hasil kerja Arsya selama kerja di Luar Negeri.
"Tambah cantik aja calon istriku" ucap Seorang Lelaki yang sempat menyatakan cintanya terhadap Arsya melalui sambungan telepon tapi ditolak Arsya karna jarak umur yg terpaut tujuh tahun. Banyak yang bilang cinta tidak memandang umur tapi bagi Arsya komitmen untuk tidak menikah lagi menjadi hal yang tetap Dia pertahankan untuk saat ini dan mungkin untuk seterusnya.
"Pulang-pulang tambah kinclong banyak duit nih, penilaian Ku sih duitnya hasil kerja ngeLONTE!" kata Salah seorang wanita sambil tersenyum sinis,
"Hush!, Tidak boleh begitu, Nak " Ibu pemilik warung memperingatkan Siwanita .
"Tidak apa-apa Bik, Saya bekerja hanya Saya dan Tuhan yang tahu Halal atau nggak"balas Arsya sembari tersenyum lembut.
"Senyummu Arsya... bikin Aku meleleh" ujar Lelaki itu dengan suara lebay dan langsung di sorakin teman-temannya di pos jaga bahkan ada juga yang langsung melemparkan kulit kacang ke arahnya.
Bersambung...
Penjelasan silsilah di Bali biar nggak bingung
***Putu/Gede(Nama anak pertama)
***Kadek/Made(Nama anak kedua)
***Komang/Nyoman(Nama anak ketiga)
***Ketut(Nama anak keempat)
***Bli(sebutan untuk cowok yang lebih tua)
***Gus(sebutan untuk cowok yang lebih muda)
***Mbok(sebutan untuk cewek yang lebih tua)
***Gek(sebutan untuk cewek yang lebih muda).
🌼🌼🌼
Terus lanjutin baca Guys...
Di jamin terhibur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments