Aku berencana untuk pulang kembali ke San Fransisco, setelah 1 minggu lebih lamanya kutinggalkan setumpuk pekerjaan kantor di sana.
Setelah aku memenuhi panggilan polisi perihal kematian Max aku berencana untuk mampir ke rumah Mrs Jefferson, ibu dari Frank Thommas Jefferson, sahabat dekat Max selama ini.
Statusku saat panggilan itu hanya sebagai saksi, polisi menanyakan beberapa hal tentang peristiwa yang terjadi saat sebelum kematian Max malam itu dan setelah diselidiki, kasus Max murni sebagai motif bunuh diri.
Selama beberapa kali berkunjung ke New York, hubunganku dengan Mrs Jefferson dan kedua putra putrinya yang masih beranjak remaja Kimmy dan Alex cukup erat.
Mrs Jefferson adalah wanita yang baik dan begitu anggun, usianya akhir 40 an.
Sangat muda untuk menjadi ibu dari Frank Jefferson dan memang begitulah kenyataannya.
Menurut cerita dari Max, Mrs Jefferson adalah ibu tiri dari Frank dan ibu kandung dari kedua putra putrinya.
Setelah ibu kandung dari Frank Jefferson meninggal saat usia Frank baru menjelang remaja, ayahnya menikah lagi dengan wanita yang 15 tahun lebih muda.
Mrs Jefferson telah berhasil menjadi ibu yang baik untuk Frank dan kedua putra putrinya, Kimmy dan Alex.
Saat baru melangkah beberapa langkah dari pintu yang telah dibuka Mrs Jefferson, kulihat Kimmy berlari ke arahku dan Alex menyusul santai di belakang.
"Ya ampun, kalian rindu aku ya?" ledekku setengah terkejut.
Kimmy, si gadis kecil pirang yang usianya baru akhir 9 tahunan meringis lebar didepanku dan langsung mencium kedua pipiku.
Bau harum khas anak gadis kecil langsung menyebar lembut di lubang hidungku, sedangkan si gemuk Alex dengan kedua pipinya yang montok dan matanya yang tajam dan indah seperti milik Frank mencoba menarik narik lenganku.
"Ayolah Jeanny, kutunjukkan gambarku yang baru! Aku baru saja selesai menggambar Liberty dan puluhan bangunan lainnya di New York" ajaknya bangga padaku.
"Anak - anak..., Jeanny baru saja datang pasti dia masih lelah sayang..." suara Mrs Jefferson lembut terdengar.
Aku berpaling padanya dan tersenyum,
"Tak apa Mrs Jefferson, saya sangat senang dengan sambutan khas anak seusia mereka" sahutku jujur dan Mrs Jefferson hanya tersenyum penuh keibuan.
Postur tubuhnya yang tinggi dan semampai dengan rambut warna pirang berpotongan pendek.
Wajahnya yang anggun dan pesona pancaran rasa percaya dirinya yang tinggi seakan mewakili kehidupan keluarganya yang tenang dan harmonis, walaupun sudah cukup lama ia menjadi janda.
Namun seingatku, Mrs Jefferson lebih ramping dari yang terakhir aku lihat beberapa waktu lalu.
Setelah bermain cukup lama dengan si kecil Kimmy dan si montok Alex yang berusia 12 tahunan, aku dan Mrs Jefferson terlibat perbincangan yang cukup serius.
Di beranda teras belakang rumah Mrs Jefferson yang terdapat kolam ikan berukuran 2 x 3 meter dengan beberapa pohon bonsai yang berjejer rapi di sepanjang kolam.
"Jadi kau akan pulang minggu ini?" Mrs Jefferson memulai setelah meneguk secangkir teh hangat.
"Saya berharap secepatnya Mrs Jefferson" jawabku.
"Sayang sekali Jeanny, aku berharap kau tinggal lebih lama lagi di New York, kami akan kehilanganmu" ucapnya pelan.
"Sayapun menginginkan demikian Mrs Jefferson tapi saya masih terikat dengan urusan pekerjaan kantor saya di San Fransisco" aku menyahut memberi jawaban.
Hening sejenak, tampak Mrs Jefferson menatap lurus ke depan, tatapannya kosong dan aku dapat menebak bahwa ia kini tampak berpikir tentang sesuatu.
Sesuatu yang mungkin menjadi beban pikirannya saat ini, sesuatu yang mungkin rahasia.
"Rasanya terlalu berat jika aku meninggalkan kedua putra putriku dan juga Frank..."
tiba - tiba saja ia mengucapkan hal itu.
Dengan penuh tanda tanya aku mencoba menyerap apa yang baru saja Mrs Jefferson ucapkan.
Disaat itu pula Mrs Jefferson berpaling padaku dan tersenyum tipis, "aku akan meninggal Jeanny, tak akan lama lagi..., kanker leher rahim telah memakan umurku" ucapnya setelah itu.
Aku tersentak kaget saat mendengar pengakuan itu, dengan pandangan sedikit tak percaya aku mencoba berkata.
"Ta...pi anda tampak baik - baik saja Mrs Jefferson?"
Ia tersenyum sedikit dipaksakan, senyuman keletihan.
"Semua orangpun tertipu dengan apa yang mereka lihat" ucapnya lirih.
"Saya turut bersedih Mrs Jefferson, seandainya saja saya bisa melakukan sesuatu untuk anda" tuturku tulus.
Aku sempat terkejut saat Mrs Jefferson menyentuh jemari tanganku.
"Kau mau khan menjaga anak - anakku Jeanny? Kimmy dan Alex adalah hidupku, mereka masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu dan aku tak sanggup lagi memberikannya pada mereka berdua" ia memohon dengan penuh harap.
Aku berkedip beberapa saat, mencoba menyesuaikan diri dari situasi yang cukup mengejutkan ini.
"Saya...tak mengerti" jawabku terbata dan bingung.
"Sederhana saja Jeanny, aku mohon dengan sangat padamu kau mau menjadi bagian dari mereka.
Bagian dari keluarga Jefferson dan memberikan kasih sayangmu pada Kimmy dan Alex, Frank pun akan membutuhkanmu" Mrs Jefferson menjelaskan dengan tatapan memohon.
"Ra..sanya permintaan itu terlalu berat untuk saya Mrs Jefferson" sahutku masih dalam kebingungan.
Kedua tangannya kini menggenggam erat tanganku, "aku memohon dengan sangat padamu Jeanny..." ucapnya sekali lagi.
"Ini adalah permintaan seorang ibu, setidaknya aku dapat meninggalkan mereka dengan tenang dengan adanya pendamping sepertimu yang memberikan mereka kasih sayang yang sama seperti aku, sebagai pengganti dari ibu mereka.
Kebahagiaan mereka ada di tanganmu Jeanny..., saat aku melihat sinar mata mereka ketika bersamamu aku dapat merasakan perasaan yang sama saat mereka memeluk, mencium dan tertawa bersamaku."
Mrs Jefferson tertahan kemudian melanjutkan kembali ucapannya.
"Sekali lagi aku memohon padamu Jeanny, untuk sekali ini dan untuk terakhir kalinya selama hidupku, kau bersedia bukan?" tanyanya penuh harapan jawaban dariku.
Lama aku berpikir dalam kebimbangan, keterkejutan dan kepanikan yang sama.
Akhirnya akupun mengambil keputusan yang sesuai dengan panggilan dan suara hati kecilku.
"Saya akan berusaha semampu saya Mrs Jefferson, menjadi bagian dari mereka untuk saat ini" jawabku sungguh - sungguh.
"Terima kasih Jeanny..., hanya kau lah harapanku, terima kasih karena kau mau mengorbankan dirimu sendiri untuk menjaga anak - anakku...," Mrs Jefferson berkata dengan kedua mata yang berubah menjadi berkabut, air mata mulai berlinang di matanya.
Sungguh aku merasa baru kali ini kulihat Mrs Jefferson seperti ini, tampak rapuh dan lemah seolah ini lah sosok yang sebenarnya selama ini namun dengan tegar dan susah payah ia berusaha menutupinya.
Namun tak banyak yang bisa kulakukan, kami hanya berpelukan dalam diam seolah kami saling mengerti dan percaya satu sama lain.
Ya, Mrs Jefferson percaya jika hanya aku yang bisa menjadi pengganti dirinya nanti jika ia sudah pergi meninggalkan cinta untuk anak - anaknya dan harapanku semoga aku bisa melakukannya karena hanya itu satu - satunya yang bisa kulakukan saat ini.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Truely Jm Manoppo
😭😭😭
2024-08-30
0
Eva Maqdayani
sedih bener ya,mau pergi tinggalkan anak2 nya
2023-10-10
0
Duwi Hariani
👌👍👍
2022-01-22
0