Beberapa hari setelah percakapanku dengan Mrs Jefferson, perjanjian itu.
Mrs Jefferson meninggal di meja operasi di sebuah rumah sakit terbesar di New York City, dalam ketenangan dan harapan yang telah ia tujukan kepadaku untuk keluarga Jefferson, menjaga Kimmy dan Alex dan begitu pula Frank Jefferson.
Ini adalah pemakaman kedua kalinya dalam minggu ini, untukku dan Frank Jefferson.
Aku masih dapat melihat dengan jelas pancaran kebencian Frank padaku saat pemakaman Mrs Jefferson, seperti pada saat yang sama ketika pemakaman Max.
Dalam waktu yang bersamaan ia tampak begitu terpukul dengan kematian dua orang yang dicintainya dan disayanginya, Max dan Mrs Jefferson.
Namun ia masih menutupinya dibalik sikapnya yang masih terkesan angkuh dan dingin, duka yang sangat mendalam atas kematian ibunya, ibu Frank yang kedua.
Tapi tidak untuk aku, aku dapat membaca dan melihat apa yang ada dalam pikiran dan hatinya saat ini.
"Aku turut berduka pada apa yang terjadi pada keluargamu Frank, Mrs Jefferson adalah ibu yang baik dan mencintai keluarganya, aku ikut kehilangan beliau..., ucapku setulus - tulusnya.
Seketika itupun Frank berpaling dan menatapku dingin, sedingin es dan setajam pisau.
Tatapan yang sama bahkan lebih sejak Max meninggal saat itu.
"Aku tak butuh rasa simpatikmu miss Anderson, hanya aku yang tahu apa yang ada dalam hatimu saat ini jadi jangan berpura pura dengan akting polosmu itu seakan merasa kasihan kepadaku", sahutnya tajam.
###
Aku sengaja pulang ke San Fransisco untuk mengurusi surat pengunduran diriku di kantor Real - Estate tempatku bekerja dan akan kembali pulang ke New York, ke kota yang akan menjadi kotaku yang baru.
Kehidupan dari awal suatu peristiwa buruk yang aku alami dan aku tak bisa menebak apa yang akan terjadi disana.
Aku tak tahu dan aku tak mau tahu.
Awalnya teman - teman kerjaku terkejut dengan pengunduran diriku yang sangat terkesan mendadak dan sangat tak masuk akal.
Namun dengan seribu alasan aku mencoba menjelaskan pada mereka, alasan yang cukup baik dan masuk akal.
Aku harap mereka bisa dan mau mengerti.
"Semoga keputusanmu baik untukmu Jeanny, aku akan mendukungmu apapun yang terbaik bagimu dan ingat..., kapanpun kau ingin kembali pintu di sini selalu terbuka untukmu sayang..,"
Scully Madison, sahabatku sekaligus pemilik dari kantor Real Estate ini berucap memberikanku semangat.
"Terima kasih Scully, aku hanya melakukan apa yang aku bisa dan dengan keyakinanku aku akan dapat melewati semua yang akan terjadi nanti di kotaku yang baru..." sahutku seraya tersenyum memberikan semangat pada diriku sendiri.
"Jangan lupa tetap berkabar dan ceritakan semua hal tentang dua teman kecilmu itu di sana ya" ucapnya.
Aku hanya mengangguk tersenyum mengiyakan.
Ya,, Scully tahu semua hal tentang apa yang membuatku meninggalkan kotaku sendiri.
Ia adalah sahabat terbaikku sama halnya dengan Natasya Perrone.
Namun tentang Frank, aku melewatkannya.
Saat tiba kembali di New York aku melangkah dengan mantap.
Akan ku terima segala konsekuensinya disana, didalam keluarga Jefferson dan terutama Frank Jefferson.
###
Bagi Frank Jefferson, Jeanny Anderson adalah malapetaka dan bencana besar bagi dirinya dan mungkin bagi keluarga Jefferson nanti.
Wanita itu malapetaka, pembawa sial bagi siapa saja yang berada di dekatnya.
Pembunuh yang bersembunyi dibalik topeng kepolosan dan keanggunan yang selalu ia tampilkan semua orang.
Cantik namun mematikan. Sampai saat inipun ia masih tak menyangka, sahabatnya Max begitu tergila gila pada wanita itu hingga rela mati untuknya dan bahkan mungkin dibunuh oleh wanita itu sendiri.
Hal itulah yang membuat kebencian Frank semakin menjadi pada Jeanny Anderson.
Suara - suara hati itu terdengar setiap kali ia melihat wajah dan sosok Jeanny Anderson.
Bagi orang lain kecantikan yang wanita itu tampilkan adalah sebuah anugerah yang sangat sempurna.
Rambutnya yang pirang keemasan yang panjang dan indah, tubuhnya yang proposional dan warna matanya yang bagai batu zamrud itu sepintas tampak menggoda.
Tak heran Max Bremmes, sahabatnya tergila - gila pada Jeanny Anderson dan sang sahabat rela mati untuk wanita picik yang bersembunyi dibalik sosok yang tampak sempurna itu.
Kemarahan dan kebenciannya pada wanita itu semakin menjadi saat ibu tirinya meminta agar ia mengizinkan Jeanny Anderson tinggal serumah, seatap dan bersamanya.
Ia tak dapat menolak dan menyangkal permintaan ibunya yang saat itu dalam keadaan sekarat dan begitu memohon, dengan penuh rasa tegar iapun terpaksa menyanggupinya dan bersedia bahwa Jeanny Anderson tinggal di rumah keluarga Jefferson.
Dan diam - diam ia berjanji pada dirinya sendiri, ia tak akan tergoda dengan penampilan Jeanny Anderson yang mematikan.
Sampai kapanpun ia tak akan memaafkan pembunuh Max, perampas kebahagiaan hingga Max putus asa dan terjerumus dalam bisnis mematikan itu.
Jeanny Anderson berbahaya dan ia benci padanya, melebihi siapapun itu.
Mungkin kali ini Jeanny anderson berhasil menarik simpatik dari kedua adik tirinya, Kimmy dan Alex namun tidak bagi Frank Jefferson sendiri, sampai kapanpun.
Tapi siapa yang tahu kejadian yang akan terjadi?
Tak ada yang tahu, sekalipun Frank Jefferson.
###
Matahari pagi baru saja keluar dari persembunyiannya, fajar pagi mulai memenuhi New York City.
Dengan masih menahan rasa kantuk, Frank berjalan sempoyongan menuju dapur, untuk menyiapkan sendiri sarapan paginya kali ini.
Mungkin telur dadar dan secangkir kopi pahit akan sedikit menghilangkan rasa kantuk yang masih memenuhi dirinya saat ini.
Malam yang melelahkan dan membuat ia kehilangan waktu tidur 8 jam sepenuhnya.
Pukul 3 dini hari ia baru saja lepas dari beban pekerjaan yang menjadi rutinitasnya, namun kali ini ia harus bangun lebih pagi dari biasanya.
Setelah 3 hari lamanya masa berduka untuk keluarga Jefferson atas meninggalnya ibu tercinta mereka, Mrs Jefferson.
"Setelah ku siapkan sarapan pagi hari ini, akan ku bangunkan Kimmy dan Alex," batinnya.
Ia mulai merencanakan sendiri pagi itu, hari pertama menjadi pengganti ibunya pun sudah berat setengah mati.
"Mungkin setelah aku menemui Mr Phyllip Volkens dan mencari pengurus rumah tangga baru, bebanku sedikit terbantu," gumamnya dalam hati.
Namun mungkin keinginan Frank Jefferson kali ini tidak akan terpenuhi, setelah ia berdiri dan melihat apa yang ada didepan matanya kali ini.
Tubuhnya kaku, matanya berusaha memperjelas penglihatan yang ada didepannya.
Memastikan apakah apa yang dilihatnya adalah mimpi akibat kelelahan yang dirasakannya.
Sosok bergaun putih yang terlihat memunggungi begitu jelas terlihat, dengan rambut pirangnya sosok yang terlihat indah bila terjadi bukan pada saat seperti ini.
Sosok itu tengah sibuk menyiapkan susu segar hangat yang baru saja mungkin dipanasi.
Seperti yang sering dilakukan oleh ibu tirinya di pagi hari.
...🔥🔥🔥🔥🔥🔥...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Realpcy_Cyl
datang lagi tor
2022-03-24
0
Rina Zulkifli
boom like 👍 n favorite ❤️ done ✅
2022-01-07
1
ARSY ALFAZZA
always mendukung
2022-01-04
1