Ancaman sang Kakak

Dua hari menjelang hari H, dimana Buana akan melamar Cempaka.

Sore itu bu Sekar dan suaminya mendatangi kamarnya Bunga, kakak keduanya Cempaka yang belum menikah.

Selepas SMA, Bunga tidak melanjutkan kuliah. Tapi dia langsung bekerja di sebuah perusahaan yang berjarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya bu Sekar.

Usia Bunga sudah lumayan dewasa di kampung tempat Bunga beserta keluarganya tinggal. Dia sudah berusia dua puluh enam tahun. Usia yang sudah sangat cukup untuk berumah tangga.

Namun, yang namanya jodoh tidak bisa di tentukan oleh kita.

Itu semua Allah SWT yang mengatur, Allah SWT yang punya kuasa.

Sore itu kebetulan Bunga lagi libur. Kesempatan ini langsung di manfaatkan oleh kedua Orangtuanya untuk berbincang dari hati ke hati.

Pak Jati dan bu Sekar ingin membicarakan tentang rencana lamarannya Cempaka, yang akan di laksanakan dua hari lagi itu.

"Assalamualaikum..." Ucap bu Sekar Perlahan.

"Waalaikumsalam... Iya bu... Sebentar" Bunga menyahut dari dalam kamar. Sepertinya dia baru bangun tidur.

"Ceklek!..." Bunga membuka pintu kamarnya.

"Iya bu... Dengan bapak juga" Ucapnya agak heran.

"Iya nak!... Kamu lagi tidur?" Bu Sekar bertanya penasaran.

"Iya bu... Aku ketiduran " Kilahnya.

"Ba'da Ashar jangan di biasakan tidur ah, jelek bagi kesehatan" Pak Jati mengingatkan.

"Boleh ibu sama bapak masuk?... Apa kamu mau ke kamar mandi dulu?" Bu Sekar meminta izin dulu walaupun sama anaknya sendiri.

"Silahkan bapak sama ibu masuk dulu, aku mau cuci muka dulu sebentar" Bunga meminta izin sebelum dia berlalu menuju ke kamar mandi.

Tak berapa lama Bunga sudah kembali lagi ke kamarnya dengan muka yang cerah, tidak seperti tadi.

"Bunga, ma'af ya ibu sama bapak mengganggu kamu"

"Ah ibu... Enggak kok enggak mengganggu, kayak sama siapa saja. Ibu kenapa?... Kok! Sungkan begitu sama anak sendiri" Bunga menatap lekat wajah ibunya, penuh dengan tanda tanya.

"Besok kamu kerja jam berapa?"

Pak Jati mengalihkan pembicaraan. Padahal yang sebenarnya pak Jati dan bu Sekar merasa bingung bagaimana harus menyampaikan

tentang acara lusa itu.

"Besok aku masuk pagi pak, jam tujuh. Hari ini kan aku libur" Sahut Bunga dengan mimik muka yang tidak mengerti akan arah pembicaraan kedua Orangtuanya.

"Sebenarnya ibu mau menanyakan sesuatu, boleh kan?" Bu Sekar bicaranya agak ragu-ragu. Dia melirik ke arah suaminya sambil menarik nafasnya pelan-pelan.

"Ada apa bu?... Sepertinya sangat penting" Ujar Bunga.

"Eum... Tentang teman kamu itu yang hitam manis itu, siapa sih namanya?... Ibu lupa lagi" Bu Sekar mencoba untuk bercanda.

"Ooh... Teman pria atau wanita bu?... Temanku kan banyak yang suka main ke sini" Sahut Bunga.

"Itu... Yang ganteng-ganteng. Gimana kelanjutannya?... Sepertinya sudah agak lama dia enggak main ke sini" Pak Jati langsung kepada sasaran, sampai-sampai Isterinya melirik dan melotot ke suaminya.

"Bapak!... Gimana sih?" Bu Sekar berseru menegurnya.

"Ha... Ha... Ha... Bapak, ibu ada apa sih?... Ibu sampai melotot begitu" Bunga tertawa ngakak melihat tingkah ibunya.

"Ibu sama bapak itu mau nanyain Sakti maksudnya?" Tanya Bunga setelah berhenti tertawanya.

"Iya!... Nah itu Sakti!... Bagaimana?... Kapan dia mau melamarmu?... Jangan kalah sama Buana tuh!... Sebentar lagi dia mau melamar Cempaka" Pak Jati nyeletuk lepas kendali.

Spontan saja bu Sekar langsung mencubit lengan suaminya dengan kesal.

Dia setengah mati menjaga supaya jangan langsung ceplos. Dia sangat ketakutan kalau Bunga jadi tersinggung atau marah mendengarnya.

Benar saja!...

Wajah Bunga yang barusan ceria itu, langsung berubah menjadi kecut, masam penuh rasa kecewa.

"Apa?... Buana mau melamar Cempaka?... Itu artinya Cempaka mau melangkahi aku sebagai kakaknya?!... Kenapa ibu sama bapak membolehkannya?... Ibu sama bapak kan tahu kalau aku kakaknya dia" Dengan emosi yang nampak terlihat jelas dari matanya, Bunga memberondong kedua Orangtuanya dengan beberapa pertanyaan.

Pak Jati saling lirik dengan isterinya. Dia tidak menyangka kalau Bunga akan emosi begitu.

"Nak... Jangan dulu emosi, jangan dulu marah-marah. Sebaiknya dengarkan dulu pembicaraan ibu sama bapak mengenai hal ini" Pak Jati mencoba berkata dengan pelan. Dia ingin menjelaskan kepada anaknya itu.

"Bagaimana aku tidak emosi pak?... Aku yang sudah berusia dua puluh enam tahun, belum ada yang mau melamarku. Sedangkan adikku, Cempaka... Baru saja usianya mau menginjak dua puluh satu tahun, eeh... Sudah ada yang serius mau melamarnya" Bunga bersungut-sungut seakan merasa tidak di perlakukan adil.

"Begini anakku... Ibu ingin agar kamu mendengarkan penjelasan dari ibu, biar kamu tidak salah faham" Bu Sekar menarik nafasnya dalam-dalam dan segera menghembuskan nya, seakan ingin sedikit melepaskan beban di hatinya.

"Kemarin Buana ke sini, katanya sudah selesai mengikuti pendidikan polisinya. Dia mau di tugaskan di luar kota, lumayan agak jauh dari kampung kita ini. Dia di beri waktu libur sebelum penugasan itu cuma delapan hari. Dia dan keluarganya ingin melamar Cempaka dulu sebelum dia berangkat ke tempat tugasnya. Biar tenang katanya. Bagi ibu dan bapak itu adalah hal yang sangat baik. Tapi, ibu juga minta supaya mereka minta restu dulu dari kamu sebagai kakaknya" Lanjut bu Sekar lagi.

"Lagipula, ini kan cuma lamaran saja bukan nikahan. Nikahnya nanti kalau kamu sudah menikah. Makanya, tadi bapak sama ibu menanyakan temanmu yang namanya Sakti itu, dia kan sepertinya ada hati sama kamu.

Maunya bapak sama ibu, cobalah kamu tanyakan kepadanya, kapan dia mau serius melamarmu?... Kalau kamu merasa malu, biar dia suruh ke sini. Nanti bapak sama ibu yang akan menanyakannya" Lanjut pak Jati meneruskan perkataan isterinya.

"Kalau dia benar-benar serius sama kamu, pasti dia akan segera melamarmu. Dengan begitu kamu jadi tidak di dahului oleh adikmu. Itu maksud bapak sama ibu" Ujar bu Sekar lagi.

"Kalau harus nanya begitu, aku kan malu" Bunga menjawab dengan ketus.

"Enggak usah malu, itu kan biar kita tahu serius enggaknya dia sama kita. Kadang pria itu ada yang ingin di tanya oleh pihak perempuan" Ucap pak Jati mengingatkan anaknya.

"Kalau dia belum siap sekarang ini bagaimana?... Berarti tetap kan aku di langkahi oleh adikku?

Bu... Pak... Cobalah mengerti aku, nanti bagaimana perkataan orang-orang di kampung ini. Pokoknya aku tidak mau diduluin oleh Cempaka!... Aku kakaknya, berarti aku yang harus dilamar duluan, dan aku juga yang harus menikah dulu bukan adikku!" Bunga berteriak-teriak bikin bingung kedua Orangtuanya.

"Iya... Makanya kamu tanya dulu sama Sakti, ibu yakin kalau dia serius pasti dia akan segera melamarmu sebelum adikmu itu"

Bu Sekar menegaskan.

"Ibu, bapak jangan paksa aku untuk menanyakan hal itu kepada Sakti, aku malu, aku enggak mau. Pokoknya aku tidak mau kalau Cempaka dilamar duluan titik" Ujar Bunga sewot.

"Kalau aku sampai di langkahi oleh Cempaka, lebih baik aku pergi dari rumah ini. Biarin aku tidak di aku anak juga sama bapak dan ibu. Karena ternyata bapak sama ibu pilih kasih, tidak sayang lagi sama aku, bapak sama ibu tidak punya perasaan, apalagi si Cempaka itu, main terima saja, mentang-mentang dia mau di lamar oleh polisi. Pokoknya aku tidak rela kalau sampai adikku ada yang melamar duluan, aku mau kabur saja dari rumah ini!... Percuma di sini juga, sudah enggak ada yang sayang lagi sama aku" Bunga nyerocos emosi.

Terpopuler

Comments

Goe Soka Cara Loe

Goe Soka Cara Loe

salam kenal thor

2022-05-15

0

Rahma AR

Rahma AR

salam dari me and ypu😊😊

2022-03-03

0

Nasi Kaput

Nasi Kaput

hadir

2022-01-02

0

lihat semua
Episodes
1 Sinopsis
2 Kembalinya sang kekasih
3 Kabar gembira
4 Merencanakan lamaran
5 Ancaman sang Kakak
6 Pertengkaran
7 Syarat dari Bunga
8 Sebuah Dilema
9 Terpaksa mengalah
10 Pertunangan yang di tunda
11 Janjinya Buana
12 Janji tinggallah janji
13 Sikap Buana penuh tanda tanya
14 Bunga yang mendendam
15 Ternyata janjinya palsu
16 Mendapat tugas luar.
17 Ingin segera berangkat
18 Bertemu sahabat lama
19 Cinta pada pandangan pertama
20 KUTEMUKAN CINTA DI SANA
21 Semoga saja
22 Menjelang perpisahan
23 Inikah cinta?
24 Kabar bahagia
25 Bahagia yang terancam
26 Harapan Cempaka
27 Kenari mencari informasi
28 Kehabisan cara
29 Berusaha menghindar
30 Tamu yang ditunggu
31 Sebelum janur kuning melengkung
32 Ma'afkan aku
33 Berkelana demi Cempaka
34 Kembali dengan tangan hampa
35 Kembalinya Samudera
36 Berakhir Kecewa
37 Dua hati yang kecewa
38 Dua insan yang merana
39 Rencana pernikahan Bunga
40 Karena Salah sangka
41 Karena salah sangka 2
42 Keyakinan berbuah perih
43 Desir pilu mendera jiwa
44 Ternyata...,
45 Tak sengaja bertemu
46 Penyesalan
47 Perpisahan yang menyiksa.
48 Penyesalan bu Sekar
49 Ziarah kubur
50 Ziarah kubur 2
51 Sosok Aneh
52 Pengaduan Kenari
53 Terbongkarnya rahasia Kenari
54 Ajakan Kenari
55 Cempaka mulai terjebak
56 Mandi kembang tujuh rupa
57 Di Peuyeum
58 Di gigit Tikus
59 Kabur
60 Kenari terpojok
61 Jodohnya masih jauh
62 Bertemu Teman lama.
63 Jodohnya pria beristri
64 Entahlah ko
65 Masalah baru
66 Rahasia Anyelir
67 Pasang Susuk
68 Kabar buruk
69 Ternyata
70 Dilangkahi juga
71 Di khianati Keluarga sendiri
72 Rencana Pesta Pernikahan Anyelir
73 Siasat licik Kenari
74 Tanda tanya
75 Kenari melarikan diri
76 Kenari bersembunyi
77 Ternyata di rumahnya besan
78 Kemarahan pak Jati
79 Karena Cempaka memohon.
80 Berkeliling kampung memohon ma'af
81 Pak Jati kena serangan strok
82 Kenari menyalahkan Cempaka
83 Cibiran Bunga
84 Jodoh dari Anyelir untuk Cempaka
85 Perempuan yang menghadang Amran
86 Mencari kebenaran
87 Ternyata Kenari
88 Kena tipu muslihat Kenari
89 Salah Faham, berakibat fatal
90 Gagal lagi
91 Pindah kerja
92 Ternyata sudah punya istri
93 Kabar yang harus ditelusuri
94 Mencari kebenaran
95 Cincin dua gram
96 Mundur teratur
97 Di hadang di jalanan
98 Di kejar-kejar
99 Berkat pak Ustadz
100 Anyelir Hamil
101 Rahasia yang hampir terbongkar
102 Akhirnya terbongkar juga
103 Panik
104 Setelah Cempaka Siuman
105 Cempaka mengurung diri
106 Merasa di anaktirikan
107 Anyelir mengakui kesalahannya
108 Cempaka berangan
109 Sibuk mencarikan jodoh
110 Surat untuk Cempaka
111 Kenari mulai bikin ulah
112 Terkenang masa lalu
113 Surat balasan palsu
114 Meminta bantuan Eyang
115 Kenari terus berupaya
116 Rekayasa Kenari
117 Kabar dari Karmin
118 Menyalahkan Cempaka
119 Kenari terus berusaha
120 Akhirnya luluh juga
121 Berangkat ke Indramayu
122 Mencari alamat Karmin
123 Siasat Kenari yang tak pernah habis
124 Di perjalanan
125 Perjalanan yang menyebalkan
126 Karmin di tahan pulang
127 Cempaka yangTerperangkap
128 Kenari yang berbahagia
129 Teringat masa lalu
130 Kedatangannya membuat Cempaka merindukan dia
131 Terus berulah
132 Menghilang waktu dini hari
133 Persiapan pernikahannya Cempaka
134 Belum ada maharnya
135 Tak membawa mahar
136 Keributan
137 Ijab qobul dalam pengaruh kakek misterius
138 Kakek berlalu takut terbongkar rahasianya
139 Hilangnya mahar pernikahan Cempaka
140 Kenari berlalu tanpa kata
141 Cempaka yang tersiksa
142 Kenari melarikan diri
143 Tamu yang di tunggu-tunggu
144 Saran yang bikin kesal
145 Rahasia yang terbongkar
146 Maharnya ngutang dulu
147 Hilangnya kotak perhiasan bu Sekar
148 Lempar batu sembunyi tangan
149 Cincin yang hilang
150 Tiga potret
151 Beberapa hari setelah acara
152 Merayu wa Iyem
153 Mbak Siti
154 Akhirnya
155 Menjemput Cempaka
156 Enggan ikut Karmin
157 Pesan dari Kenari
158 Pergi dengan terpaksa
159 Di Perjalanan
160 Merasa terbuang
161 Tanda tanya
162 Surat peringatan
163 Mendatangi kepala cabang
164 Kelicikan Karmin
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Sinopsis
2
Kembalinya sang kekasih
3
Kabar gembira
4
Merencanakan lamaran
5
Ancaman sang Kakak
6
Pertengkaran
7
Syarat dari Bunga
8
Sebuah Dilema
9
Terpaksa mengalah
10
Pertunangan yang di tunda
11
Janjinya Buana
12
Janji tinggallah janji
13
Sikap Buana penuh tanda tanya
14
Bunga yang mendendam
15
Ternyata janjinya palsu
16
Mendapat tugas luar.
17
Ingin segera berangkat
18
Bertemu sahabat lama
19
Cinta pada pandangan pertama
20
KUTEMUKAN CINTA DI SANA
21
Semoga saja
22
Menjelang perpisahan
23
Inikah cinta?
24
Kabar bahagia
25
Bahagia yang terancam
26
Harapan Cempaka
27
Kenari mencari informasi
28
Kehabisan cara
29
Berusaha menghindar
30
Tamu yang ditunggu
31
Sebelum janur kuning melengkung
32
Ma'afkan aku
33
Berkelana demi Cempaka
34
Kembali dengan tangan hampa
35
Kembalinya Samudera
36
Berakhir Kecewa
37
Dua hati yang kecewa
38
Dua insan yang merana
39
Rencana pernikahan Bunga
40
Karena Salah sangka
41
Karena salah sangka 2
42
Keyakinan berbuah perih
43
Desir pilu mendera jiwa
44
Ternyata...,
45
Tak sengaja bertemu
46
Penyesalan
47
Perpisahan yang menyiksa.
48
Penyesalan bu Sekar
49
Ziarah kubur
50
Ziarah kubur 2
51
Sosok Aneh
52
Pengaduan Kenari
53
Terbongkarnya rahasia Kenari
54
Ajakan Kenari
55
Cempaka mulai terjebak
56
Mandi kembang tujuh rupa
57
Di Peuyeum
58
Di gigit Tikus
59
Kabur
60
Kenari terpojok
61
Jodohnya masih jauh
62
Bertemu Teman lama.
63
Jodohnya pria beristri
64
Entahlah ko
65
Masalah baru
66
Rahasia Anyelir
67
Pasang Susuk
68
Kabar buruk
69
Ternyata
70
Dilangkahi juga
71
Di khianati Keluarga sendiri
72
Rencana Pesta Pernikahan Anyelir
73
Siasat licik Kenari
74
Tanda tanya
75
Kenari melarikan diri
76
Kenari bersembunyi
77
Ternyata di rumahnya besan
78
Kemarahan pak Jati
79
Karena Cempaka memohon.
80
Berkeliling kampung memohon ma'af
81
Pak Jati kena serangan strok
82
Kenari menyalahkan Cempaka
83
Cibiran Bunga
84
Jodoh dari Anyelir untuk Cempaka
85
Perempuan yang menghadang Amran
86
Mencari kebenaran
87
Ternyata Kenari
88
Kena tipu muslihat Kenari
89
Salah Faham, berakibat fatal
90
Gagal lagi
91
Pindah kerja
92
Ternyata sudah punya istri
93
Kabar yang harus ditelusuri
94
Mencari kebenaran
95
Cincin dua gram
96
Mundur teratur
97
Di hadang di jalanan
98
Di kejar-kejar
99
Berkat pak Ustadz
100
Anyelir Hamil
101
Rahasia yang hampir terbongkar
102
Akhirnya terbongkar juga
103
Panik
104
Setelah Cempaka Siuman
105
Cempaka mengurung diri
106
Merasa di anaktirikan
107
Anyelir mengakui kesalahannya
108
Cempaka berangan
109
Sibuk mencarikan jodoh
110
Surat untuk Cempaka
111
Kenari mulai bikin ulah
112
Terkenang masa lalu
113
Surat balasan palsu
114
Meminta bantuan Eyang
115
Kenari terus berupaya
116
Rekayasa Kenari
117
Kabar dari Karmin
118
Menyalahkan Cempaka
119
Kenari terus berusaha
120
Akhirnya luluh juga
121
Berangkat ke Indramayu
122
Mencari alamat Karmin
123
Siasat Kenari yang tak pernah habis
124
Di perjalanan
125
Perjalanan yang menyebalkan
126
Karmin di tahan pulang
127
Cempaka yangTerperangkap
128
Kenari yang berbahagia
129
Teringat masa lalu
130
Kedatangannya membuat Cempaka merindukan dia
131
Terus berulah
132
Menghilang waktu dini hari
133
Persiapan pernikahannya Cempaka
134
Belum ada maharnya
135
Tak membawa mahar
136
Keributan
137
Ijab qobul dalam pengaruh kakek misterius
138
Kakek berlalu takut terbongkar rahasianya
139
Hilangnya mahar pernikahan Cempaka
140
Kenari berlalu tanpa kata
141
Cempaka yang tersiksa
142
Kenari melarikan diri
143
Tamu yang di tunggu-tunggu
144
Saran yang bikin kesal
145
Rahasia yang terbongkar
146
Maharnya ngutang dulu
147
Hilangnya kotak perhiasan bu Sekar
148
Lempar batu sembunyi tangan
149
Cincin yang hilang
150
Tiga potret
151
Beberapa hari setelah acara
152
Merayu wa Iyem
153
Mbak Siti
154
Akhirnya
155
Menjemput Cempaka
156
Enggan ikut Karmin
157
Pesan dari Kenari
158
Pergi dengan terpaksa
159
Di Perjalanan
160
Merasa terbuang
161
Tanda tanya
162
Surat peringatan
163
Mendatangi kepala cabang
164
Kelicikan Karmin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!