"Jadinya jam berapa acaranya?"
Bu Sekar memastikan.
"Kalau masalah itu aku juga belum tahu bu. Justru aku di suruh menanyakannya pada ibu"
Ucap Buana sambil mencomot kuenya lagi. Nampaknya dia begitu menikmati kuenya.
"Emm... Jam berapa baiknya ya?"
Bu Sekar menempelkan telunjuknya di dahinya, sepertinya dia tengah berpikir mencari waktu yang tepat.
"Kalau sore-sore ba'da Ashar bagaimana?" Bu Sekar mengusulkan.
"Ma'af ibu sebelumnya. Kalau menurut aku waktu itu kurang tepat. Karena cuma sebentar saja, jadi waktunya mepet karena mendekati Maghrib" Buana berkilah kurang setuju.
"Bagaimana Cempaka, apa kamu punya saran? Dari tadi kok diam saja" Bu Sekar mencoba menegur Cempaka yang dari tadi diam saja.
"Bagaimana baiknya saja bu" Ucap Cempaka.
"Bagaimana kalau ba'da Isya?... waktunya kan tidak mepet jadi kita leluasa" Buana mengusulkan.
"Boleh juga... Ya sudah ba'da Isya saja, kita kan enggak jauh jadi tidak akan kemalaman di jalan" Cempaka menimpali.
"Tapi... Apa tidak kemalaman? Kan mulainya sekitar jam delapanan... Lalu selesainya jam berapa?" Bu Sekar sepertinya agak ragu.
"Iya juga ya... Eum... Bagaimana kalau pagi saja, sekitar jam sembilanan gitu, kan waktunya lumayan panjang menuju ke waktu dhuhur" Kini Cempaka memberikan usulan.
"Rupanya itu waktu yang tepat!"
Seru Buana setengah berteriak.
"Assalamualaikum..." Tiba-tiba terdengar suara pak Jati, bapaknya Cempaka sudah berada di lawang pintu, baru pulang dari Masjid bersama Kilat
adik laki-lakinya Cempaka.
"Waalaikumsalam..." Semua yang berada di ruangan itu menoleh ke arah datangnya suara.
"Apa kabar pak?" Dengan setengah membungkukkan badannya, Buana menyalami pak Jati penuh hormat.
"Ai... Rupanya ada tamu jauh. Alhamdulillah kabar bapak baik-baik saja. Kapan datang? Bagaimana sudah selesai kah pendidikan polisinya?... Lalu dapat tugas di daerah mana?... Semoga saja tidak terlalu jauh" Pak Jati memberondong dengan beberapa pertanyaan kepada Buana.
"Satu-satu dong bapak" Ujar bu Sekar sambil mendelikkan matanya ke arah suaminya.
Semua tertawa mendengar ucapan bu Sekar, dan juga melihat matanya yang mendelik.
"Habis bapak kangen sama Buana. Ada satu tahun ya kita enggak bertemu?" Kilah pak Jati.
"Setahun kurang pak" Buana meluruskan.
"Bapak segitu kangennya sama mas Buana, Bagaimana dengan kak Cempaka?" Anyelir tiba-tiba nimbrung dari ruang tengah.
"Heh... Nimbrung aja nih anak kecil, bikin malu saja" Cempaka jadi malu di buatnya.
"Ha... Ha... Ha... Kalau itu enggak usah di tanya dek... Pastinya lebih dari segunung" Pak Jati malah menggoda Cempaka.
"Eeh... Bapak!... Sudah ah. Kasihan tuh Cempakanya" Bu Sekar membela.
"Oh iya... Tadi bapak sempat dengar tentang tanggal-tanggal begitu, ada apa rupanya?" Pak Jati mengembalikan lagi perbincangan yang tadi sempat terpotong.
"Ini pak, rencana lamaran. Mas Buana bermaksud meminang Cempaka dalam waktu dekat ini ya katanya sebelum dia berangkat ke tempat tugasnya, biar tenang katanya" Bu Sekar menjelaskan.
"Alhamdulillah... Bapak sangat senang sekali mendengarnya. Bapak sangat setuju, bagus itu. Memang harus di segerakan, tidak baik kan kalau di tunda-tunda. Nanti bisa menimbulkan fitnah. Iya kan?" Pak Jati nampak sangat bahagia.
"Memangnya kapan di tugaskan nya?" Lagi-lagi pak Jati bertanya.
"Delapan hari lagi pak. Makanya aku ingin segera melamar Cempaka dulu sebelum aku berangkat ke tempat tugasku" Lagi-lagi Buana mengulang perkataannya yang tadi.
"Iya baiklah kita pilih pagi-pagi saja sekitar jam sembilanan biar agak tenang, dan yang penting orang-orang di seluruh kampung ini harus mengetahuinya" Ucap bu Sekar lagi.
"Ya sudah kalau sudah sepakat hari dan waktunya, namun ada satu yang perlu kalian ingat. Ada kakaknya Cempaka yang belum berjodoh. Alangkah baiknya kita minta izin dulu padanya" Bu Sekar mengingatkan tentang keberadaan kakaknya Cempaka.
"Iya bu, itu pasti!... Aku tidak mau kalau tidak minta izin dulu sama kak Bunga" Buana dan Cempaka berbarengan.
"Ehm... Dasar yang mau lamaran,
sudah kompak banget" Celoteh Seruni kini.
"Aduuh... Seruni... Seruni... Bisanya usil saja" Cempaka melirik ke arah adik bungsunya itu yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Semua tertawa merasa lucu dengan tingkah kakak beradik itu.
"Sapa dong kak Buana nya, masa ada tamu malah nimbrung nya teriak-teriak gitu dari ruang tengah lagi. Kalau mau ikutan ngobrol ayo sini" Tegur bu Sekar.
"Iya sini de Seruni" Panggil Buana.
"Malu ah... " Sahut Seruni sambil lari masuk ke dalam kamarnya.
"Dasar anak-anak" Bu Sekar geleng-geleng kepala.
"Sebentar ya mas Buana, ibu tinggal dulu. Silahkan kuenya di cicipi lagi" Ucap bu Sekar sambil bangkit dari tempat duduknya, dan berlalu meninggalkan ruang tamu.
"Iya bu silahkan" Sahut Buana.
Di ruang tamu tinggal bertiga, yaitu Cempaka, Buana dan pak Jati. Mereka nampak berbincang dengan akrabnya.
Sedangkan bu Sekar segera menata meja makan, dia akan mengajak Buana untuk makan malam bareng Keluarganya.
"Cempaka... Ajak mas Buana nya untuk makan malam sekalian" Tak lama bu Sekar terdengar berseru dari ruang tengah.
"Oh iya, kami belum makan malam. Ayo Buana! Sekalian makan di sini ya" Cempaka meneruskannya.
"Ayo, bapak juga belum makan malam nih" Pak Jati beranjak dari tempat duduknya menuju ke ruang makan.
Merekapun lalu makan malam bersama sambil melanjutkan perbincangan tentang rencana lamaran.
Tak lama setelah selesai makan malam, Buana pun berpamitan karena sudah jam sembilan malam.
"Aku pamit dulu, besok kalau aku ke sini lagi boleh kan?" Buana bercanda sebelum dia pergi meninggalkan ruang makan.
"Tentu saja boleh, enggak ada yang akan melarang. Mas Buana ini ada-ada saja" Ujar bu Sekar sambil tersenyum.
"Bu, Pak, aku pulang dulu" Buana berpamitan dan beranjak meninggalkan kedua Orangtuanya Cempaka.
"Bu, pak, aku mau nganterin dulu Buana ke depan ya" Cempaka meminta izin kepada kedua Orangtuanya.
Pak Jati dan bu Sekar menganggukkan kepalanya tanda mereka membolehkannya.
Cempaka mengantarkan Buana sampai pintu depan.
Beberapa langkah menuju pintu depan, tangan Buana memegang tangannya Cempaka sambil tersenyum.
"Buana..." Cempaka berusaha menegurnya, dia merasa risih dengan perlakuan Buana. Dia dan Buana sekuat tenaga menjaga hubungan mereka agar tidak terjerumus ke hal-hal yang di larang oleh Allah SWT.
Tapi Buana seperti yang tidak mengindahkan kerisihan Cempaka. Bukannya melepaskan genggamannya, dia malah makin memperkuat genggaman tangannya.
"Aku pulang dulu ya... InsyaAllah besok aku ke sini lagi" Buana berbisik di telinganya Cempaka. Membuat Cempaka nampak semakin risih.
"Tidak bertemu hampir setahun, kok!... Jadi begini?" Cempaka menegurnya Perlahan.
"Ini kan masih wajar"Kilah Buana.
"Cempaka, aku mau nitip sesuatu untukmu" Ujar Buana.
"Mau nitip apa?" Cempaka yang polos bertanya tak mengerti.
"Ini..." Buana mencium pipinya Cempaka sambil tersenyum bahagia. Diapun lalu melepaskan genggaman tangannya. Kemudian berlalu dari hadapannya Cempaka sambil melambaikan tangannya.
Sedangkan Cempaka terperanjat kaget dengan perlakuannya Buana yang mulai berani itu.
"Mimpi indah ya..." Ucapnya lagi sambil berlalu meninggalkan Cempaka yang masih berdiri mematung sambil memegangi pipinya.
Dia tak habis pikir dengan perubahan yang terjadi pada diri Buana.
Dia menjadi bingung sendiri. Harus bahagia kah atau harus marah?
Yang pasti, dia tak bisa melupakannya.
Sambil menundukkan kepalanya,
dia bergegas menuju ke kamarnya.
Semalaman dia tidak bisa tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Ufuk Timur
ga bisa tidur antara senang tapi juga ga suka krn Buana berubah
2022-01-11
2
IG: Saya_Muchu
next kak
2021-12-16
0