Diah menurunkan standart motor matic-nya, setelah motor terparkir di halaman rumah Bu Eni, ibu kandung Mas Ruli sekaligus mertua Diah.
Naura yang berdiri di bagian depan motor turun terlebih dahulu, sedangkan Naufal turun belakangan karena harus menunggu sang Bunda menurunkannya. Naura dan Naufal adalah anak kembar Diah dan Mas Ruli yang tahun ini genap berusia empat tahun.
"Assalamualaikum!" Sapa Diah sebelum masuk ke pintu depan yang memang tidak tertutup.
"Walaikum salam!"
"Eh, Mbak Diah." Lusi yang merupakan adik kandung Mas Ruli langsung menyambut kedatangan Diah dan si kembar.
"Ibu ada, Lus?" Tanya Diah to the point.
Diah memang berniat melaporkan pada sang ibu mertua kelakuan Mas Ruli yang berniat untuk menikah lagi tanpa memikirkan perasaan Diah, Naura, dan Naufal.
"Ibu masih arisan PKK, Mbak. Mungkin sebentar lagi pulang," jawab Lusi yang sudah asyik bermain bersama Naura dan Naufal.
"Mas Ruli nggak ikut kesini, Mbak?" Gantian Lusi yang melontarkan pertanyaan pada Diah.
"Belum pulang," jawab Diah sekenanya.
"Bukannya hari Sabtu cuma masuk setengah hari, ya, Mbak? Atau mungkin Mas Ruli pergi sama calon istri barunya-" Lusi membungkam mulutnya dengan cepat.
Diah langsung mengernyit minta penjelasan.
"Eh, maaf, Mbak! Lusi keceplosan," lanjut Lusi merutuki dirinya sendiri.
"Kok kamu malah sudah tahu, Lus?" Tanya Diah menyelidik.
Meskipun sekarang hati Diah rasanya sedang tak karuan, tapi Diah tetap harus menggali informasi dari adik kandung Mas Ruli ini.
"Iya soalnya kemarin lusa Mas Ruli membawanya ke rumah dan mengenalkannya pada Ibu dan Lusi," jawab Lusi sedikit berbisik.
Terang saja,cerita Lusi langsung membuat Diah terdiam dan tertegun. Sudah sejauh mana sebenarnya Mas Ruli menjalin hubungan dengan wanita itu?
"Emang benar, mbak Diah sudah setuju Mas Ruli menikah lagi?" Tanya Lusi selanjutnya merasa kepo.
"Mas Ruli yang bilang begitu?" Diah malah balik bertanya pada adik iparnya tersebut.
"Iya. Kata Mas Ruli, mbak Diah manut saja pada keputusan Mas Ruli." Jawab Lusi sebelum gadis tujuh belas tahun tersebut kembali sibuk bermain bersama si kembar.
Hhh!
Bisa-bisanya Mas Ruli berkata seperti itu. Padahal baru semalam Mas Ruli menyampaikan niat konyolnya itu pada Diah dan mereka langsung bertengkar hebat.
"Masih muda orangnya, Mbak! Umur dua puluhan kayaknya. Dandanannya menor dan kelihatannya menthel," celetuk Lusi lagi memberikan penilaian terhadap calon istri muda Mas Ruli.
Ya iyalah gadis menthel!
Kalau gadis baik-baik, mana mau diajak nikah sama laki-laki yang sudah punya anak istri.
Diah memilih untuk tak menanggapi celetukan Lusi, dan wanita itu memilih untuk pergi ke dapur, memeriksa tudung saji apa sudah ada makanan atau belum.
Ada oseng-oseng pare dan telur dadar di dalam tudung saji.
Sementara di bak cucian piring, ada dua piring bergelimpangan yang sepertinya belum sempat dicuci oleh Lusi. Diah segera mencuci piring dan sendok kotor tersebut, lalu lanjut mengangkat jemuran di belakang rumah yang sudah kering.
Saat Diah membawa jemuran yang sudah kering ke ruang depan, rupanya Bu Eni sudah pulang dari arisan PKK.
"Diah! Kapan datang, Nduk?" Sapa Bu Eni dengan ekspresi wajah hangat seperti biasa.
Diah sebenarnya bukan menantu kesayangan Bu Eni, tapi hubungan Diah dan Bu Eni memang tidak perang dingin seperti mantu dan mertua pada umumnya. Hal itu karena Diah yang pandai mengambil hati Bu Eni dan juga Lusi.
"Baru saja, Bu," Jawab Diah seraya mencium punggung tangan sang mertua.
Sesaat, Diah menjadi ragu untuk bicara pada Bu Eni tentang Mas Ruli yang hendak menikah lagi. Sepertinya Diah malah yang akan kena omel dari Bu Eni kalau ia mengadukan kelakuan Mas Ruli.
"Banyak pesanan, ya? Sampai suami tidak diperhatikan dan kurang kasih sayang," tanya Bu Eni tiba-tiba yang terdengar sebagai sebuah sindiran di telinga Diah.
"Alhamdulillah, rezekinya si kembar ada aja setiap hari, Bu," jawab Diah merendah.
"Tapi kamu itu sebagai istri mbok ya yang pinter bagi waktu. Jangan mentang-mentang orderan banyak, lalu melupakan kewajiban sebagai seorang istri."
"Suami tidak diperhatikan, tidak di penuhi kebutuhannya. Sekarang kalau suamimu ingin nikah lagi, ya kamu tidak usah mengeluh!" Cerocos Bu Eni yang seakan sudah tahu tujuan Diah datang ke rumah ini.
Hebat sekali memang mertua Diah itu.
Diah belum bicara apapun, tapi dia sudah bisa menebak isi hati dan pikiran Diah.
"Mas Ruli sudah cerita, ya, Bu?" Tanya Diah akhirnya berusaha meredam emosi dalam hatinya yang sebenarnya sudah siap untuk meledak.
"Sudah! Ruli sudah cerita semuanya. Dan yang salah disini memang kamu!"
"Jadi terima saja kalau Ruli akan menikah dengan Siska minggu depan-"
"Minggu depan, Bu?" Sela Diah yang merasa kaget dengan informasi yang disampaikan oleh Bu Eni.
"Iya, minggu depan! Apa Ruli belum bilang ke kamu?" Bu Eni melempar tatapan menyelidik ke arah Diah yang hanya geleng-geleng kepala.
"Bukankah lebih cepat lebih baik? Biar Ruli juga ada yang mengurus dan memperhatikan!" Sambung Bu Eni lagi yang benar-benar membuat Diah kehilangan kata-kata.
"Ruli pasti akan bersikap adil pada kamu dan Siska! Jadi tidak usah khawatir."
"Gaji Ruli juga lebih dari cukup jika dibagi dua antara kamu dan Siska. Asal kamu tidak belanja atau membeli barang yang aneh-aneh!" Cerocos Bu Eni panjang lebar yang hanya membuat Diah terdiam.
Ya, ya, ya!
Dimana-mana memang anak kandung yang selalu benar dan menantu yang selalu disalahkan.
Dulu saja, saat Diah belum membuka usaha katering, Bu Eni selalu menyindir Diah sebagai menantu tak berpenghasilan yang selalu menghabiskan uang suami. Sekarang, giliran Diah sudah bisa cari uang sendiri, Diah lagi-lagi dituduh sebagai istri yang tak perhatian ke suami hingga sang suami kurang kasih sayang dan akhirnya mencari kasih sayang dari gadis yang lebih muda lalu ngadi-adi pengen menikah lagi.
Serba salah memang jadi menantu!
"Si, Lusi!" Panggil Bu Eni selanjutpada sang putri bungsu yang masih asyik bermain bersama si kembar.
"Iya, Bu! Ada apa?" Tanya Lusi yang bergerak menghampiri sang ibu.
"Kamu telepon Mas Ruli, suruh ajak Siska ke rumah sini saja mumpung Diah dan anak-anak ada disini. Udah selesai belum yang nyari seserahan."
Deg!
Mendengar Bu Eni yang menyebut kata seserahan, mendadak hati Diah merasa nyeri.
Ternyata memang sudah sejauh itu hubungan Mas Ruli dengan perempuan bernama Siska yang entah dikenal Mas Ruli dimana.
Lusi baru saja mengambil ponselnya dan hendak menghubungi Mas Ruli, saat suara sepeda motor masuk ke halaman rumah Bu Eni.
Itu adalah motor Mas Ruli dan suami Diah itu terlihat membonceng seorang gadis.
"Itu Mas Ruli sudah pulang, Bu!" Celetuk Lusi yang hanya membuat Diah mematung.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Pisces97
baru kaya baru belagu
punya modal berapa sih bisa poligami
gk bersyukur banget punya istri kayak Diah sudah cantik,dewasa,baik hati,bisa mengurus rumah,kerja samping,merawat anak dan suami masih juga ada niat nikah lagi emang istri mudamu bisa ganti peran Diah 😂🤣🤣
yang ada jika punya anak suruh asuh Diah 😂😂😂
2023-10-16
0
Sup riadi
astagfiruallahaladzim ... bukannya mertuanya nesehati yg bener sama anaknya ee,, malah mendukung kelakuan anaknya yg salah . koplakk!!!
2022-10-13
0
Nawangsih
ya Allah...sakit bener ...
kok smpe mertuany jg ikutan ngasih penilaian gitu...
😭😭😭😭
2022-05-24
0