Ketiga sahabat itu sedang berkumpul di base camp, bengkel biasa tempat mereka bertiga nongkrong dan memodifikasi motor Hany agar semakin cepat dan terdepan.
Asep adalah orang kepercayaan Bobby untuk memodifikasi motor Hany, selama ini hanya Asep yang mengutak-atik agar motor besar tersebut bisa berlari kencang saat ditrek lurus untuk turun balapan.
Hany dan Aya duduk bersandar menunggu si Hitam yang masih dalam eksekusi orang-orang kepercayaannya.
"Kamu pasti menang seperti biasanya Hany, secara skill kamu itu keren dan sudah teruji," ucap Aya pelan sambil memakan rujak buah yang tadi dibelinya di jalan saat akan ke bengkel.
Hany hanya diam melihat keadaan disekelilingnya. Hari ini rasanya beda, hawanya seperti aneh tidak seperti biasanya.
"Bobby, acara jam berapa sih?" tanya Hany keras ke arah Bobby.
"Habis isya Han, kenapa? Gw udah deal lho, jangan dibatalin bisa kena pinalti kita," ucap Bobby pelan menjelaskan.
"Hany mau ke kampung Kakek Bram sama Mbok Yum, tapi kalau ada pinalti biarkan Hany maju dulu baru pulang," ucap Hany pelan sedikit ragu.
"Thanks ya Han, loe emang joki terbaik dan bertanggungjawab, kalau bete, tuh ada tempat nongkrong baru, Kafe Janji Mantan, katanya sih pemiliknya super duper ganteng kayak Arab," ucap Bobby pelan sambil menunjuk ke arah Kafe yang berada tepat di seberang bengkel Asep lalu terkekeh pelan.
Hany menganggukkan kepalanya pelan sambil menatap Kafe baru tersebut yang terlihat sangat elegan.
"Hany sama Aya pulang dulu aja, nanti kesini lagi, paling sore bisa ambil si Hitam, gimana Bob?" tanya Hany pelan ke arah Bobby yang masih membantu Asep memasang beberapa baut di motor besar milik Hany.
"Ambil habis ashar aja ya Han, mau Abang tes dulu motornya nyaman atau gak buat balap," terang Asep yang ikut menjawab pertanyaan Hany.
"Tuh, si Abang udah jawab, ini kunci mobil gw, bawa balik ya," jelas Bobby kepada Hany sambil melempar kunci mobil miliknya.
Hap ...
Tangkapan yang pas tepat di telapak tangan Hany.
"Aya, balik, mau ke rumah apa ke rumah Hany?" tanya Hany setengah berteriak.
"Mau pulang ke rumah aja, biar nanti malam di jemput Bobby aja," ucap Aya pelan masih mengunyah mangga muda yang terlihat asam itu, wajahnya jelek saat mengunyah buah asam itu, lidahnya juga berkecap-kecap tidak jelas merasakan keasaman mangga muda itu.
"Kenapa muka Aya meringis gak jelas gitu?" tanya Hany pelan kepada Aya sambil berjalan ke arah mobil Bobby yang terparkir agak jauh dari bengkel.
"Asem Han, Ya Allah, baru ini ngerasain yang begini," ucap Aya dengan suara manjanya.
Suara bising dari knalpot mobil Bobby membuat orang-orang disekitar yang terlewati melihat ke arah mobil tersebut. Mobil BMW yang sudah diceperkan hingga tidak bisa melaju dengan kencang, jika bukan dibtrek lurus tanpa polisi tidur, berkali-kali mobil itu harus mengesrek polisi tidur pada bagian bawah mobil.
"Rusak deh ini mobil Bobby, masuk ke perumahan kamu Aya," ucap Hany sambil terkekeh pelan.
"Loe itu emang ya Han, gw doain loe itu dapet ustad yang alim, biar loe gak bar bar begini, kayak apa loe kalau pake gamis dan hijab, secara rambut loe itu keren panjang, lembut, halus dan sedikit ikal," ucap Aya pelan yang masih terus berceloteh memuji Hany.
"Aamiin, Hany aamiinin ya dapet ustadnya," ucap Hany pelan lalu tertawa terbahak-bahak.
"Kejadian baru tahu rasa, hei Hany istri ustad, tapi Ustad siapa ya?" ucap Aya pelan menyadari kebodohannya.
"Nah itu, mana ada Ustad yang mau sama Hany, ustad itu ya nikahnya sama Ustadzah, bukan sama joki motor kayak Hany," ucap Hany pelan yang masih fokus mengendarai mobil.
"Kun fayakun," ucap Aya sambil tertawa terbahak-bahak.
Mobil Bobby sudah berada di depan rumah Aya.
"Mau mampir gak? Bunda habis masak enak kayaknya, nanti malam mau ada tamu, sahabat Ayah dari luar kota," ucap Aya pelan menjelaskan.
"Hany mau beres-beres biar nanti malam langsung pergi ke tempat Kakek Bram sama Mbok Yum," ucap Hany pelan.
Hany langsung menginjak gas mobil dengan kencang setelah mengantarkan Aya dan berpamitan untuk segera pulang.
Mobil Bobby memang paling enak dibawa melaju kencang.
Cit ...
Bunyi rem kaki yang diinjak dengan sangat mendadak dan sangat dalam membuat tubuh Hany terhuyung ke depan. Hany terkejut melihat seorang bocah yang menyeberang tanpa melihat kanan kiri, hingga mobil yang dikendarai Hany hampir saja menabraknya.
"Astagfirullah ..." teriak Hany didalam mobil dengan keras.
Jantungnya berdegup dengan sangat keras menatap bocah laki-laki itu yang sama terkejutnya seperti Hany hingga terjatuh ke jalan.
Satu orang Bapak mengetuk kaca jendela Hany dengan sangat keras.
Tok ...
Tok ...
"Turun!!" teriak keras seorang Bapak dari arah luar kaca jendela mobil.
Hany tidak takut hanya saja malas berdebat dan ujung-ujungnya pengendara mobil yang disalahkan.
Hany keluar dari mobilnya dan berdiri di samping mobil itu menatap ke arah bocah laki-laki yang terjatuh tadi.
"Lihat, itu anak saya jatuh, kamu anak ingusan sudah gaya bawa mobil, sekarang tanggung jawab!!" teriak Bapak itu dengan sangat keras.
Bapak itu menunjuk ke arah bocah laki-laki yang diakui sebagai anaknya dan berjalan menghampiri anak itu yang menatap ketakutan pada Bapak yang berkulit gelap dan besar itu, perawakannya seperti preman.
"Ada apa ini?" tanya seorang laki-laki bertubuh tegap, ganteng seperti keturunan Arab.
"Lihat gadis ingusan ini menabrak anak saya dan tidak mau bertanggung jawab malah akan kabur kalau tidak saya cegah," ucap Bapak itu dengan lantang.
"Ini adik saya, sejak tadi mobil saya terparkir disana, adik saya tidak menabrak anak Bapak, lihatlah anaknya juga tidak terluka. Jatuh karena kaget ada mobil datang dari arah berlawanan. Ini rekamannya juga ada, jadi Bapak tidak perlu memeras adik saya dengan modus bocah tersebut adalah anak Bapak, saya kenal dengan anak itu," tegas laki-laki itu.
Bocah laki-laki itu berdiri dan menyandarkan sepedanya, lalu menghampiri laki-laki yang ada disebelah Hany. Hany menatap laki-laki itu yang terlihat tegas dan dingin, tidak ada senyum yang terbit dari bibirnya.
"Assalamu'alaikum Pak Ustad," ucap bocah laki-laki itu sangat sopan.
"Waalaikumsalam Adi, pulanglah, kasihan ibumu pasti mencarimu, hari sudah mulai sore," ucap laki-laki itu dengan tegas.
Bapak berkulit hitam itu menatap bocah laki-laki yang bernama Adi dan laki-laki yang ada disamping Hany secara bergantian.
Satu tangannya menunjuk ke arah laki-laki yang ada disamping Hany, tanda semua ini belum berakhir, kita buat perhitungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Hany terselamatkan oleh ustad🥰🥰🥰
2021-12-08
1