Hany sudah mengendarai motor besarnya, motor yang selama ini menjadi sahabat karibnya dan selalu ada setiap dibutuhkan. Motor yang selalu memenangkan pertandingan balapan liar ini sering menjadi perbincangan kaum adam.
Suara knalpot yang khas pertanda motor tersebut kepemilikan Hany sang readers. Motor besar itu melaju sangat kencang dan berbelok memasuki parkiran sekolah yang berada di ujung gedung kosong.
"Hany!!" panggil Aya dengan suara keras dan berlari menghampiri Hany yang masih melepaskan helm full facenya.
Hany menoleh ke arah Aya yang masih berlari kencang ke arahnya.
"Aya?" jawab Hany lantang.
Aya berlari sekuat tenaga, hingga terengah-engah sampai di depan Hany.
"Mobil kemana?" tanya Hany pelan kepada Aya yang terlihat kusut tak karuan.
Aya mendengus kesal dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Mobil Aya di sita, ponsel juga, gara-gara surat peringatan itu," teriak Aya keras.
Aya adalah gadis baik dan manja, suaranya cemprengnya menjadi kekhasan gadis manja itu.
"Bobby mana? Gara-gara tuh anak pake cerita ke guru BK segala," ucap Hany kesal mengumpat salah satu sahabatnya.
"Eh, Hany, biar begitu Bobby itu banyak membantu si Hitam ini menang balapan, alhasil uang kita sudah terkumpul banyak untuk membuka usaha kafe," ucap Aya dengan mata berbinar.
Hany hanya mengangguk pelan dan melepas jaket kulit yang masih terpasang di tubuhnya.
"Yuk, ke kelas, Ayahmu datang Aya?" tanya Hany singkat.
"Bunda yang mau datang, Ayah sudah marah besar bisa-bisa Aya dipindahkan dari sekolah ini," ucap Aya pelan mengingat kejadian tadi pagi saat Ayahnya murka membaca surat panggilan dari sekolah.
Kalau bukan Bunda Angel sebagai penengah maka Ayah Dika pasti akan memindahkan anak semata wayangnya itu ke pesantren sesuai janjinya dahulu.
Hany hanya menyimak dan mendengarkan Aya yang terus saja berbicara kekesalannya tadi pagi tiada henti.
"Udah ngerjain tugas matematika belum? nyerocos aja dari tadi, gak cape apa?" tanya Hany pelan dan lembut kepada Aya.
Aya mendengus dengan kesal dan mengerucutkan bibirnya ke depan hingga maju beberapa sentimeter.
"Hany..." teriak Aya dengan suara cemprengnya.
Kelas XII IPA, kelasnya anak-anak pintar, kelas ini terkenal dengan siswa siswinya yang jenius. Kelas yang selalu membawa harum nama sekolah dalam lomba sains yang sering di adakan di kota itu.
Tepat jam sembilan pagi, Mbok Yum sudah datang ke sekolah dan menghadap kepada kepala sekolah untuk mendapatkan nasihat agar menjaga putrinya. Saat ini sudah kelas tiga agar tidak banyak bermain dan seharusnya lebih banyak belajar untuk menghadapi ujian nasional yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi.
Hany menunggu di depan ruangan kepala sekolah. Sudah setengah jam lamanya, Mbok Yum tidak keluar juga dari ruangan itu.
"Non Hany?" panggil Mbok Yum pelan.
Mbok Yum sudah keluar dari ruangan kepala sekolah lalu menemui Hany yang berdiri membelakangi pintu kantor kepala sekolah.
"Mbok Yum, gimana?" tanya Hany pelan, perasaannya ikut panik juga, secara gadis yang selalu mendapatkan gelar juara umum itu sekarang tersandung kasus balapan liar hingga mendapatkan surat peringatan dari sekolah.
"Besok lagi jangan diulangi Non. Non Hany sudah kelas tiga, jangan membuat onar, kasihan Papa dan Mama, Non," ucap Mbok Yum pelan menasehati.
Hany terdiam, awalnya melakukan balapan ini hanya sekedar hobby, namun lama-kelamaan menjadi suatu rutinitas yang harus dilakukan seiring namanya yang semakin tenar di dunia perbalapan liar.
Nama si Hitam pun kini menjadi trending topik di dunia perbalapan liar. Si Hitam dengan stiker hello kitty berwarna pink menjadi ciri khas yang sudah melekat.
"Iya Mbok Yum, Hany mengerti," ucap Hany pelan.
"Mbok Yum pamit Non, sekalian mau beres-beres untuk pulang nanti sore," ucap Mbok Yum pelan.
Hany menatap Mbok Yum seolah ingin bertanya seauatu
"Mbok Yum, boleh Hany ikut? Hany ingin bertemu dengan Kakek," ucap Hany dengan nada memohon.
Mbok Yum tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Boleh Non, tapi Mbok Yum naik angkutan umum," ucap Mbok Yum pelan.
"Biar nanti diantar Pak Pardi, Mbok, atau Hany akan pinjam mobil ke Papa, mobil Hany yang disita Papa karena knalpotnya diganti dengan yang berisik," ucap Hany pelan menjelaskan.
"Baik Non, nanti Mbok Yum akan bicara pada Pak Pardi," ucap Mbok Yum pelan.
Mbok Yum berlalu pergi untuk kembali pulang, dan mempersiapkan diri serta berkemas-kemas untuk pulang ke kampungnya sore ini bersama Nona Mudanya.
"Hany, kemana aja?" tanya Aya pelan sambil menggandeng tangan Bundanya yang baru saja datang ke sekolah.
"Habis anter Mbok Yum," ucap Hany pelan.
"Ini Bunda Angel baru saja datang, jalanan macet," ucap Aya pelan menjelaskan.
Aya langsung mengantarkan Bunda Angel masuk ke dalam kantor kepala sekolah untuk bertemu dengan Kepala Sekolah yang telah memberikan SURAT PERINGATAN kepada beberapa siswa siswi yang terlibat dalam pertandingan balapan liar tersebut.
Siang ini, semua siswa-siswi dipulangkan lebih awal dikarenakan akan ada rapat guru yang membahas tentang lomba sains yang akan diadakan di kota ini.
Hany, Aya dan Bobby sudah duduk di kursi kayu tempat mangkal bakso yang ada di halaman sekolah.
"Hany, traktir gw ya," ucap Bobby setengah berteriak.
Hany hanya mengangguk pelan dan memesan tiga mangkok bakso.
"Hany mau ke kampung, ketemu Kakek Bram," ucap Hany pelan memberitahukan kepada kedua sahabatnya itu.
"Berapa hari, besok kan bukan waktu libur," ucap Aya kepada Hany.
"Sesekali kita butuh sesuatu yang tidak monoton, biar ada gairah hidup tersendiri," ucap Hany kepada kedua sahabatnya itu.
"Hany, balapan dulu yuk, siang ini ada tanding sama anak speed, hadiahnya lumayan, mau gak? kalau mau gw kontek nih si Ardian," ucap Bobby dengan sangat antusias.
Hany tampak berpikir keras, pikirannya mengikuti hawa nafsu pasti mau, tapi rasanya kok kayak gak enak dan malas buat tanding.
"Ikut aja Hany, kita kan selalu ada buat mendukung kamu, sebagai tim hore," ucap Aya pelan kepada Hany.
Hany menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Gak lah, males," jawab Hany singkat.
"Hadiahnya sepuluh juta, trek pendek, bukan yang jauh, cuma lima tikungan," ucap Bobby memberikan arahan agar joki kesayangannya ini mau ikut turun dalam balapan.
"Ikutan ya Hany sayang," ucap Aya dengan nada memohon. Kedua matanya dikerjakan agar memberikan kesan manja.
Hany mendengus kesal. Hany paling tidak bisa menolak permintaan seorang sahabat, walaupun itu kurang baik bagi dirinya.
"Oke Hany ikut turun, tapi cek motor Hany dulu ya Bobby setelah makan bakso," ucap Hany menitah.
"Siap bos cantik," ucap Bobby penuh semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Hany...jangan main trek trekan lagi....kasihan mbok Yum..😥😥😥
2021-12-08
1