Risma tidak suka dengan kedatangan Robi, Robi selalu datang beralasan untuk membeli bakso dan malah mengajaknya mengobrol selalu lama. Risma adalah seorang janda, suaminya meninggal 7 tahun yang lalu. Dia membesarkan Zaenab sendirian setelah suaminya Rangga tiada.
”Aku hanya ingin mengobrol sebentar” ujar Robi sambil tersenyum, usia yang sudah berumur tak menyurutkan langkah nya untuk menggapai wanita yang dia cintai dari dulu. Entah dia harus sedih atau bahagia saat mendengar kabar meninggalnya Rangga, namun. Risma sangat susah untuk didekati. Wanita itu hanya mencintai almarhum suaminya.
Risma memijat keningnya frustrasi." Kisah kita dulu hanya masa lalu, biarlah berlalu. Aku sudah gak ada niat untuk menikah lagi. Kamu sudah punya dua istri, jaga kedua wanita itu Rob" suara Risma serak, dia lelah terus dikejar.
”Beri aku kesempatan, Zaenab butuh sosok ayah” ucap Robi dan Risma menggeleng kepala. Zaenab juga sontak mendelik sebal.
”Zaenab sudah dewasa, dia paham ayahnya kemana. Setelah sekian tahun aku mengurusnya sendiri, Zaenab gak butuh sosok ayah. Ayahnya hanya satu” tutur Risma tegas. Dia menolak mentah-mentah ajakan Robi untuk yang kesekian kalinya.
”Dengarkan aku Risma” Robi panik saat Risma berdiri.
”Tolong pergi, atau aku harus meminta semua orang disini mengusir kamu?” suara Risma pelan dan Robi melirik kanan-kiri.
”Bu...” Panggil Zaenab dan Risma mengenggam tangan putrinya itu.
”Baik, aku pergi assalamu'alaikum” tegas Robi kesal, pergi dengan suasana hati yang buruk karena di tolak Risma.
”Wa'alaikumus Salaam" jawab Zaenab dan Risma. Risma tidak perduli, Zaenab langsung mengajak ibunya duduk. Ibunya terlihat sangat lelah.
*****
Raihanah diam membisu saat diperjalanan menuju rumah neneknya, sudah sangat dekat. Udara sejuk dan pemandangan pengunungan memanjakan mata, Raihanah sampai menurunkan kaca mobil agar bisa menghirup udara segar kota tersebut. Nenek Riska menoleh, menatap cucunya yang bersedih. Dia paham, tidaklah mudah. Tapi Raihanah sudah dewasa, bukan waktunya lagi dia bermain-main menghabiskan waktu untuk urusan tidak berguna.
"Dia...."
Raihanah melotot saat melihat pria yang dia kenali, sedang membonceng seorang gadis. Dia adalah Gus Fashan, sedang perjalanan pulang bersama Fara. Raihanah terus menoleh ke belakang saat mobil melewati Gus Fashan dan Fara.
Raihanah diam dan berusaha melupakan pria itu, dia merasa tidak harus penasaran.
Sesampainya di rumah nenek, Raihanah keluar. Lalu mengeluarkan semua barang-barangnya dari bagasi mobil, Niken terlihat senang melihat kedatangan Raihanah. Tapi Raihanah sama sekali tidak terlihat ramah.
”Assalamu'alaikum” ujar nenek.
”Wa'alaikumus Salaam" jawab Niken dan ibunya Marni.
Raihanah diam saat dipeluk Marni. Niken juga memeluknya.
”Semoga betah” ujar Marni dan Raihanah hanya mengangguk. Raihanah akhirnya diajak masuk ke dalam rumah, rumah Niken bersebelahan dengan rumah nenek. Raihanah duduk dan menunduk lemah, Marni menggeleng kepala melihat gadis itu memangku satu kakinya.
Plak...
Nenek Riska memukul kaki Raihanah sampai turun dan Raihanah meringis.
”Yang sopan” tegas nenek dan Raihanah mengusap-usap kakinya.
”Ibu, aku mau tinggal di rumah ibu aja..”
Gumam Raihanah. Dia tidak betah berlama-lama di rumah neneknya. Dia tidak tahu kenapa ibunya Rani sangat susah di hubungi, selalu begitu. Apa ibunya tak menyayanginya?.
****
Sore hari, cuaca begitu teduh dan angin berhembus pelan. Layang-layang berwarna hitam putih terbang begitu tinggi, di terbangkan oleh seorang pria dewasa, tubuh bongsornya begitu terlihat jelas diantara anak-anak berumur 5-7 tahun itu.
”Gus, jangan sampai nyangkut" seru pemilik layang-layang, ikhsan. Gus Fashan mengangguk dan tersenyum lebar.
”Pegang nih" titah Gus Fashan, setelah angin bersahabat dengan layang-layang yang dia terbangkan, dia memberikannya kepada ikhsan. Ikhsan diam memegang gulungan tali layangan.
Karena hari sudah sore, Gus Fashan mengambil alih lalu menarik benang layangan dan menggulung nya perlahan, ikhsan diam memperhatikan, dia merasa unggul dari teman-temannya karena layangannya terbang paling tinggi.
”Sudah sore, kalian waktunya untuk mengaji kan. Ayo bereskan semuanya” titah Gus Fashan dan anak-anak itu menurut. Bagaimana bisa menolak, Gus Fashan guru mengaji mereka sendiri.
Tiba-tiba ponsel Gus Fashan berdering, dia pun lekas merogoh sakunya. Panggilan masuk dari Hafshah.
”Halo bi assalamu'alaikum”
”Wa'alaikumus Salaam, Shan bibi mau tanya. Tadi Nida sekolah gak ya?” suara Hafshah terdengar tegang.
”Sekolah bi, bubar sekolah bareng sama Fara” jawab Gus Fashan. Dia yakin gadis itu kabur lagi, selalu saja dan dia yang harus mencarinya.
”Ini sudah sore, dia belum pulang Shan. Raihan udah pergi buat nyari Nida, bibi khawatir” suara Hafshah serak.
Gus Fashan diam dan mendelik tajam.” Aku cari sama Raihan bi, bibi diem aja di rumah." Ujar Gus Fashan dan merapihkan rambut ikhsan.
Anjir ini anak, awas lu Nida. Dasar biang kerok..
Panggilan pun di akhiri. Gus Fashan menatap ikhsan lekat, anak laki-laki berumur 4 tahun itu terus menatapnya.
”Ikhsan pulang sama yang lain, langsung pulang ya” titah Gus Fashan dan Ikhsan mengangguk.
Dia pergi bersama teman-temannya dan Gus Fashan juga pergi.
Gus Fashan menggunakan mobil mencari Nida, hujan turun begitu deras. Raihan bilang dia masih belum bisa menemukan Nida. Raihan bingung, entah kemana adik sepupunya itu.
Adzan Maghrib berkumandang, Gus Fashan dan Raihan bertemu di sebuah masjid. Raihan sudah cukup lama, menunggu Maghrib sekaligus berteduh.
”Sholat dulu aja lah" ajak Gus Fashan dan Raihan mengangguk.
Keduanya pun sholat Maghrib terlebih dahulu, dan berharap Nida tidak macam-macam. Sementara Nida dia sedang sendirian di sebuah pos ronda, setelah merasa cukup dia kabur. Nida mengirimkan pesan kepada Gus Fashan agar menyusulnya.
Satu jam berlalu, Raihan dan Gus Fashan sampai di tempat tersebut. Nida hujan-hujanan dan tersenyum tipis melihat Gus Fashan.
”Kamu gila!” Gus Fashan setengah berteriak. Nida terkejut dan mundur menjauh.
”Sabar Shan” ujar Raihan dan menepuk bahu Gus Fashan.
”Kabur terus, gak ada capek nya ya kamu. Bikin semua orang khawatir dan susah” geram Gus Fashan dan Nida menangis.
”Aku....”
"Diam!” bentak Gus Fashan menyela.” Setiap kamu kabur harus aku yang datang mencari, kamu suka sama aku Nida. Jawab!” suara Gus Fashan masih meninggi.
”Kamu keterlaluan Nida, gak semua orang harus sibuk ngurusin kamu. Bersikaplah sedikit waras” tutur Raihan yang juga kesal. Nida terus menangis. Baju Gus Fashan dan Raihan juga terlibat mulai basah, gerimis terus mengguyur setelah hujan lebat berlalu.
”Kalian gak bakal ngerti, kalian gak tahu posisi aku seperti apa hiks...” Nida terus menangis.
”Apa kamu pikir semua orang harus ada di posisi kamu dulu baru semua orang paham? Enggak begitu Nida. Aku tahu, aku paham apa yang kamu rasakan. Tapi dengan kabur-kaburan dan membuat onar apa bisa membuat ayahmu kembali seperti dulu?” tutur Gus Fashan dan Nida menggeleng kepala.
”Kamu belain dia karena dia masih kerabat kamu Gus” tegas Nida dan Gus Fashan mendengus sebal.
”Apa teh Syifa salah di sini? Syifa hanya menerima, karena situasinya buruk. Dia menerima lamaran ayah kamu juga terpaksa, andai kejadian itu gak terjadi. Dia gak perlu jadi istri kedua” seru Gus Fashan lantang." Berhenti menyalahkan semua orang, apalagi menyalahkan teh Syifa” tambahnya kembali.
”Semua orang jahat, kalian semua salah. Aku gak mau pulang, aku mau disini saja” tegas Nida. Gus Fashan menatapnya kesal dan merangkul bahu Raihan.
”Shan” Raihan berbisik.
”Dia mau sendirian, biarkan saja. Ini sudah malam, kalau ada sesuatu yang terjadi itu bukan salah kita” suara Gus Fashan lantang, Nida berhenti menangis dan menatap kepergian pria itu. Raihan sudah masuk, begitu juga dengan Gus Fashan. Nida yang takut buru-buru berlari dan membuka pintu mobil lalu masuk, Gus Fashan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, menuju masjid tadi. Mobil pun berhenti setelah sampai.
”Jangan diulangi, aku blokir nomor kamu. Terserah mau kemana sekarang” tutur Gus Fashan dan Nida terus menunduk, menghindari tatapan tajam Gus Fashan.
”Keluar” ajak Raihan. Nida diam dan Gus Fashan memperhatikannya sesekali.
Tidddt.....
Suara klakson mobil ditekan membuat Nida kaget, dia buru-buru turun dan takut melihat kemurkaan Gus Fashan. Raihan mengambil motornya dan Gus Fashan menurunkan kaca mobilnya.
”Aku pergi” ujar Raihan.
"oke" singkat Gus Fashan.
”Assalamu'alaikum”
”Wa'alaikumus Salaam”
Raihan dan Nida pergi menggunakan motor, Gus Fashan memperhatikan dari belakang. Saat di pertigaan, mobil dan motor tersebut berpisah. Raihan sempat menekan klakson motor dan Gus Fashan membalasnya.
*****
Keesokan paginya, Nida tidak mau sekolah. Hafshah bilang dia sakit, Hafshah bilang Nida terus mengigau memanggil manggil nama Gus Fashan. Gus Fashan tidak perduli dan tidak mau datang. Setelah pelajarannya selesai, dia meraih spidol kembali. Murid-murid yang sudah bersiap keluar duduk kembali.
”Itu nomor siapa?” semua murid bertanya-tanya saat melihat Gus Fashan menuliskan nomornya sendiri di papan tulis.
”Anak-anak dengar” tegas Gus Fashan, kedua tangannya menopang di tepi meja dan menatap semua muridnya itu.” Ini nomor saya, disimpan baik-baik. Kalian bisa menghubungi saya jika ada keperluan mendesak, ada hal penting dan bahaya pun boleh. Jika ada yang punya masalah dengan keluarga ataupun dengan temannya, diharapkan untuk datang kepada saya. Berbicara baik-baik dan jangan memutuskan keputusan bodoh” tuturnya begitu tegas, semua murid-muridnya langsung paham. Pasti karena Nida kabur kemarin.
Niken mengangkat tangannya dan Gus Fashan menoleh padanya.” Pak, kalau kangen sama bapak boleh telepon gak. Hehe, japri aja gitu pak" imbuhnya sambil cengengesan.
”Besok, jangan ikut pelajaran saya ya" Gus Fashan kesal. Semua orang tertawa dan Niken panik.
”Cuma bercanda pak sumpah” seru Niken tapi Gus Fashan berlalu pergi meninggalkan kelas tersebut.” Ish” desis Niken kesal.
Semua murid mencatat nomor ponsel Gus Fashan. Para murid perempuan yang paling heboh kecuali Fara. Untuk apa dia seheboh itu, dia malah tidak mau menyimpan nomor kakaknya sendiri.
Guruku sayang 🌸
Pak Fashan ganteng 👻
Bapak guru cool.
Si gemoy 😻.
Berbagai macam nama yang dibuat murid perempuan untuk nomor Gus Fashan, di ponsel mereka. Dengan emoticon sesuai keinginan mereka sendiri.
Di kantor guru, Gus Fashan menikmati makan siangnya. Matanya melotot melihat banyak pesanan masuk di akun jual beli online miliknya.
Alhamdulillah
Tak henti-hentinya dia terus bersyukur.
****
Di tempat lain, Faiza memperhatikan seorang gadis dengan rambut coklat dan matanya coklat kebiruan, dia Raihanah. Satu kampus dengan Faiza, Raihanah terlihat sangat mencolok karena penampilan dan kecantikannya.
”Teh Faiza, aku duluan ya" seru Zaenab berpamitan.
”Ada apa emangnya?" Tanya Faiza.
”Ibu aku datang ke pesantren hehe” Zaenab tersenyum lebar.
”Oh oke hati-hati ya" Faiza tersenyum lebar dan Zaenab mengangguk, Zaenab naik ke dalam angkot dan Faiza menunggu angkot lain. Dia hendak pergi ke toko buku. Faiza melambaikan tangan saat melihat bus. Bus berhenti dan dia pun masuk. Faiza tidak sadar saat dia berpapasan dengan seorang pria, pria itu mengambil dompetnya dengan cepat. Bus pun melaju dan pria itu berlalu pergi.
Faiza turun dan dia membayar biaya tumpangannya dengan uang di saku gamisnya. Uang receh, Faiza masuk ke dalam minimarket untuk membeli minuman. Dia membeli satu botol minuman dan pembalut lalu mengantri di kasir, Faiza maju dan kasir menghitung belanjaannya.
”28rb lima ratus teh" ujar mbak Kasir.
”Oh iya” ucap Faiza, dia memasukkan tangannya ke dalam tas. Wajahnya langsung memerah dan pucat. Dompetnya tidak ada, Faiza sampai melihat isi tas nya itu dan dompetnya benar-benar hilang. Dia rogoh saku gamisnya, dan uangnya tidak ada lagi. Betapa malunya dia dan semua mata tertuju padanya.
”Dompet saya hilang teh” ujar Faiza begitu jujur, kedua matanya berair dan dia bingung harus berbuat apa.
”Diem dari tadi kalau gak niat bayar jangan belanja" ketus seorang wanita dari belakang yang sudah lama mengantri, Faiza hanya bisa menunduk. Kasir pun tak bisa apa-apa.
”Biar saya yang bayar” ujar seorang pria. Semua mata tertuju pada pria dengan setelan Koko dan kain sarung itu. Faiza terkejut dan bergeser menjauh saat melihat Doni. Santri di pesantren Al Bidayah, tapi dia sudah keluar karena bekerja.
”28rb lima ratus a” seru mbak kasir lalu Doni membayar semuanya. Dia mengambil kantong plastik dengan logo minimarket tersebut.” Ini kembaliannya a"
”Iya terima kasih” ucap Doni. Faiza langsung keluar dan Doni menoleh. Dia pun lekas menyusul Faiza.
”Ning, ini” suara Doni lantang. Faiza menoleh dan terus menunduk.
”Terima kasih a, maaf bikin repot"
”Jangan bilang begitu atuh, santai aja. Ayo ambil neng” titah Doni dan menyodorkan kantong plastik begitu hati-hati, Faiza menerimanya dengan senang hati.
”Aa Doni kenapa disini?”
”Saya kebetulan lewat, mau beli minum juga. Ada masalah Ning?”
”Dompet saya hilang, gak tahu dimana a”
”Asstaghfirullah, sabar ya”
Faiza mengangguk, Doni mengeluarkan uang pecahan 50 ribu untuk ongkos Faiza pulang.
”Pulang aja langsung ya, ini buat ongkos kamu pulang”
”Enggak usah a, Faiza mau nelepon teh Fahira aja buat jemput” Faiza menolak dengan lembut.
”Saya merasa bersalah kalau biarin anak pak Kyai disini sendirian, ayo ambil.”
Faiza diam sejenak dan akhirnya dia menerimanya. Doni pun pamit untuk melanjutkan perjalanannya dan Faiza diam memperhatikan.
”Mana beli pembalut lagi ah malu” ucap Faiza, dia sangat malu dan bergegas pergi untuk segera pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Rinjani
Faiza hati2 nak di jalan apa lagi naik bus angkutan umum.banyak.copet laa KTM.awas ilang ..gpp kan dulu juga Doni nyantri ..🤲🤲
2023-01-18
0
Puti Nilam Cayo
gw ngk nyangka sama lu rob
cowo yang dulunya kalem, pendiem, ngk mau Deket sama cewe jadi gini:(
kecewa gw
2021-09-24
0
Habibi Annawawi
robi gatelll kaya ulet keket nempel sana sini.😅😅😅
2021-08-12
0