Bab 4: Boneka beruang

Gus Fashan dan Raihanah sampai di sebuah gang sempit, dan kotor. Raihanah mundur dan punggungnya membentur tubuh Gus Fashan.

”Maaf" lirih Raihanah. Gus Fashan diam dan dia melindungi dompetnya tergeletak. Dia meraihnya, syukurlah fotonya masih ada. Hanya uangnya yang diambil.

”Ayo pergi" ajak Raihanah. Gus Fashan melipat dompetnya, dia masukkan ke saku celananya. Raihanah mundur menjauh saat beberapa preman teman si jambret muncul.

Raihanah melangkah ke belakang tubuh Gus Fashan lagi.

”Uang saya sudah kalian ambil kan, mau apalagi?” ketus Gus Fashan. Dia merentangkan tangannya, menghalangi satu pria dari mereka yang ingin menyentuh Raihanah. Kabir muncul dari belakang dan jalannya pincang karena tendangan Fashan tadi, Raihanah menunduk. Kabir masih kerabatnya, kerabat jauh dan Raihanah melakukan hal gila sampai dia harus mau menjadi kekasih Kabir.

”Raihanah ayo pulang” ajak Kabir, Gus Fashan menoleh. Menatap gadis itu dengan ekor matanya. Raihanah terlihat jelas ketakutan.

”Jangan ganggu dia” ujar Gus Fashan. Kabir mendengus sebal dan berusaha meraih tangan Raihanah, Raihanah tidak mau dan Gus Fashan menepis tangan Kabir.

Raihanah menjerit saat Kabir mengeluarkan pisau, Kabir sudah sangat kesal. Raihanah mundur menjauh, dia meraih kayu untuk menjaga dirinya sendiri.

Gus Fashan akhirnya berkelahi, Raihanah memukul lengan preman yang ingin menyentuhnya. Gus Fashan ambruk beberapa kali, dia di keroyok dan kepalanya di hantam keras. Membuat Gus Fashan merasakan pusing dan telinganya berdengung. Raihanah tidak tega dan memukuli tubuh Kabir agar berhenti menyiksa pria itu.

”Aku bilang sama om Rafli, cukup” ancam Raihanah.

”Apa lu bilang hah, pulang gak lu” tegas Kabir, Raihanah tidak mau karena yakin Kabir akan membawanya entah kemana dan bukan ke rumah paman dan bibinya. Gus Fashan mengusap wajah nya yang berdarah lalu menarik bahu Kabir agar menjauh, dia menghalangi Kabir yang terus ingin  menjambak rambut Raihanah lagi.

”Awas lu Rai” tegas Kabir dan Raihanah diam. Kabir mengajak teman-temannya pergi, karena teman-temannya juga sudah babak belur di hajar Gus Fashan.

”Kamu terluka" lirih Raihanah.

”Pergi lah, jangan ikuti saya” tegas Gus Fashan. Dia melangkah pergi dan mengusap sudut bibirnya yang berdarah, Raihanah melangkah pelan mengikutinya. Gus Fashan terus melangkah pergi dan ponselnya berdering, panggilan masuk dari Fara. Gus Fashan kesusahan menekan-nekan layar ponselnya yang retak itu. Dia akhirnya mematikan ponselnya.

Sesampainya di jalan besar, Raihan langsung mendekati Gus Fashan sambil mendekap ketiga boneka beruang di dadanya.

”Lu dari mana Shan, muka lu kenapa?” Raihan khawatir.

”Nanti gue ceritain, lu yang nyetir. Gak sanggup gue" ucap Gus Fashan dan membuka pintu mobil, Raihan memasukkan semua boneka dan Gus Fashan menoleh memperhatikan Raihanah. Raihanah diam, menunggu taksi. Entah ada atau tidak, dia tidak tahu. Raihanah yang sadar diperhatikan menoleh dan melihat pria itu menatapnya, Gus Fashan menggerakkan tangannya agar Raihanah mendekat. Raihanah berlari kecil mendekatinya sambil cengengesan. Gus Fashan menahan tawa melihatnya.

”Rumah mu dimana?”

”Hanya 20 menit dari sini" jawab Raihanah. Gus Fashan menatap jam tangannya, dia sudah kemalaman. Raihan terdiam memperhatikan gadis cantik itu.

Buset, bening bener mbak...

Raihan cengengesan.

”Shan, itu siapa?” tanya Raihan.

”Engga kenal” jawab Gus Fashan ketus.

”Saya Raihanah” ucap Raihanah memperkenalkan diri dan Raihan tersenyum.

”Saya Raihan, nama kita hampir sama. Jangan-jangan jodoh” ucap Raihan begitu berani, Gus Fashan melebarkan matanya mendengar ucapan Raihan.

”Hehe” Raihanah hanya nyengir kuda.

”Masuk” titah Gus Fashan, Raihanah tersenyum.” Enggak usah senyum, ngerti gak?” ketus nya dan Raihanah cemberut.

Raihanah masuk dan berdesakan dengan semua golongan kain, kain-kain untuk bahan produksi baju yang dijual Gus Fashan. Raihanah diam dan mobil melaju, dia menunjuk arah dan Raihan menurutinya.

Sesampainya di rumah Rafli dan Sesa, Raihanah keluar. Paman dan bibinya terlihat mengintip, melihat anak perawan pulang diantar dua laki-laki. Gus Fashan diam di mobil, dia sangat lelah.

”Terima kasih banyak” ujar Raihanah kepada Gus Fashan, Gus Fashan mengangguk singkat dan memalingkan wajahnya.

”Semoga kita ketemu lagi ya Raihanah” ucap Raihan dan Gus Fashan menutup matanya.

”Haha iya Raihan” jawab Raihanah.

”Ayo masuk sana!” usir Gus Fashan dan dia tetap menutup matanya, Raihanah mengangguk dan membuka pintu gerbang lalu masuk. Raihanah sesekali menoleh, setelah melihat gadis itu di depan pintu rumahnya. Gus Fashan meminta Raihan untuk segera melajukan mobilnya dan Raihan langsung tancap gas.

Raihanah merasa beruntung bertemu dengan Gus Fashan, walaupun sangat menyebalkan dan ketus. Tapi pria itu baik.

*****

Keesokan harinya, Gus Fashan tidak berangkat ke sekolah. Tidak ada jam pelajaran dan dia juga capek, Raihan masih tidur. Keduanya pulang hampir pagi, Gus Fashan menikmati segelas susu cokelat panas dan memakan kue buatan uminya.

”Kamu sampai jam berapa? Umi khawatir” tutur ustadz Farhan.

”Jam 4 bi, macet” jawab Gus Fashan. Ustadz Farhan memperhatikan wajah anaknya itu dengan seksama, sontak dia panik dan mendekati gus Fashan.

”Kamu berantem Shan, tawuran kamu?” ujar ustadz Farhan, dia berbicara sangat pelan karena Nailah bisa saja mendengar.

”Enggak bi, mana mungkin aku begitu. Ada kejadian singkat, udah itu aja" tutur Gus Fashan menjelaskan, penjelasan yang membuat abinya bingung.

” Assalamu'alaikum” suara Nailah terdengar, dia baru pulang setelah membeli sayuran dari warung seberang. Gus Fashan panik, dia belum bertemu dengan uminya itu dan pasti uminya khawatir melihatnya terluka. Gus Fashan hendak menaiki tangga, tapi ujung bajunya sudah ditarik oleh Nailah.

”Mau kabur kemana?” ucap Nailah dan Gus Fashan cengengesan, dia mundur dan berhadapan dengan uminya.” Asstaghfirullah, Fashan. Wajah kamu kenapa nak, kamu berantem atau apa. Ya Allah” raut wajah Nailah langsung berubah, ustadz Farhan hanya tersenyum dan Nailah mengajak Fashan duduk.

”Enggak apa-apa mi beneran”

”Wajah kamu terluka begini, ayo ikut. Umi obati" ajak Nailah, dia tarik lengan Gus Fashan ke luar dari dapur. Nailah duduk, merentangkan kedua kakinya. Gus Fashan tersenyum lalu berbaring dan menjadikan pangkuan uminya itu menjadi bantal, bantal hangat dan istimewa, favoritnya.

Gus Fashan diam dan sesekali meringis.

”Mi, pelan-pelan”

”Rasain, jangan aneh-aneh kenapa sih kamu ini” Nailah kesal dan Gus Fashan cemberut.

Gus Fashan diam dan setelah uminya selesai, Gus Fashan masih diam dan menatap wajah uminya itu. Uminya yang semakin berumur dan lelah mengurus serta mendidik anak-anaknya.

”Kenapa?” tanya uminya itu dan Gus Fashan menggeleng kepala.” Sudah makan?”

”Makan kue tadi, kenyang”

”Umi mau tanya sesuatu Shan” tiba-tiba Umi serius. Gus Fashan bangkit dan duduk dengan sopan.

”Iya apa mi?”

”Kamu suka sama Tiara?”

”Siapa Tiara?” Gus Fashan bingung.

Umi terkekeh-kekeh melihat nya.” Zaenab sama Tiara itu orang yang sama, kan namanya Siti Zaenab Mutiara. Masa nama gebetan sendiri gak tahu” ujar Umi menggoda.

”Dih umi apaan sih” Gus Fashan cemberut. Dia bangkit untuk mengindari percakapan serius itu.

”Shan, Zaenab cantik ya Shan?” goda Umi Nai lagi.

”Kan cewek” sahut Gus Fashan dan umi Nai tertawa kecil.

****

Pulang sekolah, Fara masuk ke kamar. Kamarnya dan kamar Faiza ada di lantai dua, Fara terdiam saat melihat boneka beruang lucu di atas kasurnya. Dia langsung melompat ke atas kasur dan memeluknya.

”Lucu nya” ucap Fara, dia merasa gemas dan memeluk bonekanya erat. Dari siapa lagi kalau bukan dari kakaknya tersayang. Fara meletakkan tas nya dan dia keluar dari kamar, dia berpapasan dengan Fahira dan Faiza.

”Kok sama?” seru ketiganya kompak lalu tertawa bersama.

”Pasti Fashan” ucap Fahira sambil tersenyum.

”Ayo" ajak Faiza, ketiganya pun melangkah menuju ke kamar Fashan. Gus Fashan yang sedang merebahkan tubuhnya dan hendak tidur tersenyum mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

Namun, dia meringis saat punggungnya ditindih ketiga gadis itu.” Aaaa,,, sakit”

”Makasih Ashan muah, muah muah” tutur Fahira dan menciumi pipi saudara kembarnya itu sampai berbunyi.

”Jijik, gak mau!” teriak Fashan Frustasi.

”Makasih Abang ganteng” tutur Faiza lalu mencium kening Gus Fashan.

”Fara sayang abang muah...”

Gus Fashan terus menjerit-jerit karena di tindih tiga gadis itu, setelah ketiganya puas. Mereka pergi dengan berlari.

”Ish” Gus Fashan berdesis kesal.

******

Raihanah diam membisu, om dan tantenya mengusirnya. Penyampaiannya keduanya sangat pelan, sopan dan lembut. Tapi tetap saja Raihanah merasa sakit hati, padahal rumah yang mereka tinggali adalah rumah orang tuanya dulu, mereka membelinya. Lunas juga belum, tapi ibunya rela memberikannya. Ibu Raihanah Rani, ayahnya Berhan Embrace. Gadis dengan nama lengkap Raihanah Sufu Embrace itu sudah menjalani hidup ditengah-tengah orang tuanya yang bercerai dari umur 15 tahun. Entah apa penyebabnya, keluarga sering bilang ayah nya selingkuh, tapi ada yang lain juga bilang ayahnya yang menikah lagi.

”Mang Basir yang akan mengantar kamu ke rumah nenek” ujar Novita, tantenya.

”Enggak, aku mau ngekos aja. Gak usah tinggal sama nenek, aku kuliah. Apa aku harus pindah universitas, ribet” tutur Raihanah ketus. Rafli dan Novita menggeleng kepala.

”Kamu pikir nenek bakal ngizinin?” imbuh Rafli.

”Pasti lah” ucap Raihanah yakin. Rafli menggeleng kepala, Raihanah tidak tahu jika neneknya sudah di depan pintu, nenek datang bersama Rudi untuk menjemput Raihanah.

” Assalamu'alaikum” suara Nenek Riska. Semuanya menoleh dan Raihanah terkejut.

”Wa'alaikumus Salaam” jawab semuanya.

Raihanah membalas pelukan neneknya itu erat, sepertinya dia akan dibawa pergi. Nenek Riska sangat bersikukuh, tidak mudah untuk dibujuk. Satu kali keputusannya adalah yang terakhir, tidak bisa tawar-menawar. Setelah berpelukan dengan Raihanah, Nenek Riska memeluk anak dan menantunya.

”Bikin minum” titah Rafli kepada Raihanah, Raihanah mendelik sebal.

”Rai, udah gede aja lu” goda Rudi dan Raihanah tidak merespon, dia pergi untuk membuat minuman.

”Dia pasti menolak” ujar nenek, Rafli dan Novita mengangguk.

”Ibu bujuk lah dia, supaya mau. Hidup sama ibu, dia gak bakal berani macam-macam seperti disini" tutur Novita, Nenek Ami tersenyum tipis mendengar ucapan menantunya itu.

”Kamu memang mau Rai pergi kan?” ucap nenek Riska tanpa ragu, Novita menelan ludahnya kasar dan berhenti bicara.” Enggak usah khawatir, ibu bakal bawa dia. Biar dia gak pusing lagi karena sering kalian suruh suruh” ujarnya kembali dan Novita semakin tersudut.

”Ada anakku Niken, Rai akan betah di Bandung bersama kami semua” ucap Rudi dan Rafli mengangguk.

Raihanah mengernyit heran, bisa-bisanya dia dan Niken dikira bisa akur. Terakhir kali dia bertemu dengan Niken, sepupu nya itu sangat nakal. Raihanah meletakkan gelas berisi teh satu-persatu, bibi Eno membawa kudapan dan meletakkannya juga.

”Rai, kemari” pinta nenek, Raihanah mendekat dan nenek langsung merangkulnya.” Kita urus semuanya mulai sekarang, kita pulang sama-sama setelah urusan kepindahan kuliah kamu beres”

”Iya Rai” ucap Rudi.

”Tapi nek...” Raihanah berusaha untuk membujuk, tapi saat nenek Riska melotot dia tidak jadi, dia takut.

Raihanah hanya bisa pasrah, tinggal bersama om dan tantenya tidak mungkin, tinggal sendirian apalagi. Dia harus ikut ke Bandung, walaupun batinnya menolak.

*****

Kedai bakso.

Zaenab sedang melayani para pembeli, setelah pulang kuliah dia mampir ke kedai bakso milik keluarganya. Gadis cantik itu sangat ramah dan semua pembeli senang melihatnya.

” Assalamu'alaikum” seru seorang pria paruh baya, Zaenab menoleh dan dia menunjukkan ketidaksukaannya.

”Wa'alaikumus Salaam ustadz” ujar Zaenab menjawab. Dia tarik kursi dan pria itupun duduk, Zaenab diam saat dia menyodorkan kantong plastik berisi kerudung, dan gamis baru untuk Zaenab.” Enggak usah ustadz”

Pria itu diam sejenak.” Ibu kamu melarang?”

Zaenab mengangguk. Dia tidak bisa membantah apalagi berbohong.

”Dimana ibu kamu?”

”Ibu lagi beli saos” jawab Zaenab, dia melirik lirik warung grosir dan berharap ibunya segera kembali. Pria itupun dengan sabar menunggu, menunggu wanita yang ingin dia lihat.

Zaenab tersenyum saat melihat ibunya datang, ibunya mendelik sebal melihat pria itu.

”Risma” ujarnya.

”Robi, ngapain lagi kamu kesini?” ucap Risma sinis, Zaenab diam. Dan tidak memperhatikan ibu dan ustadz Robi.

Terpopuler

Comments

Liii

Liii

blm ngerti 😭

2023-10-25

0

Rinjani

Rinjani

Wah ke bandung ketemu Fashan donk Rainah..Robi sinting eee Dekatin ibu Tiara

2023-01-18

0

puput

puput

bingung ceritanya.. namnya susah2 bkm bs dipahami gk kaya pp malik
bntr yaaa dipahami dlu. bgug asli. hee

2021-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Prolog
2 Bab 2: GUS FASHAN
3 Bab 3: Si mata cokelat kebiruan
4 Bab 4: Boneka beruang
5 Bab 5: Kota kembang Bandung
6 Bab 6: Santriwati baru
7 Bab 7: Niat baik
8 Bab 8: Kepulangan seseorang
9 Bab 9: Terpesona
10 Bab 10: Fisik adalah ujian
11 Bab 11: Membuat kue
12 Bab 12: Kecemburuan Zaenab
13 Bab 13: Usaha mendekati Raihanah
14 Bab 14: Tamparan keras
15 Bab 15: Dilarikan ke RS
16 Bab 16: Aku anak haram
17 Bab 17: Sepakat bersama
18 Bab 18: Ikatan suci
19 Bab 19: Orang tua
20 Bab 20: Rencana Honeymoon
21 Bab 21: Honeymoon
22 Bab 22: Aku sayang kamu
23 Bab 23: My first kiss
24 Bab 24: Cemburu
25 Bab 25: Rai sakit
26 Bab 26: Lahir dan batin
27 Bab 27: Cincin lamaran
28 Bab 28: Raihanah kesal
29 Bab 29: Ketahuan
30 Bab 30: Nida
31 Bab 31: Aku minta maaf
32 Bab 32: Jalan-jalan
33 Bab 33: Gadis yang sama
34 Bab 34: Disidang
35 Bab 35: Curiga
36 Bab 36: Bahagia tapi juga iri
37 Bab 37: Tangisan abi
38 Bab 38: Galak dan Tegas
39 Bab 39: Pernikahan
40 Bab 40: Kebahagiaan
41 Bab 41: Sepi
42 Bab 42: Kabar bahagia
43 Bab 43: Aku maafkan
44 Bab 44: I love you
45 Bab 45: Suara yang dirindukan
46 Bab 46: Wajahnya sekuntum bunga
47 Bab 47: Pujaan hati
48 Bab 48: Terapi
49 Bab 49: Keturunan
50 Bab 50: Berdamai dengan situasi.
51 Bab 51: Hadiah
52 Bab 52: Sebentar lagi
53 Bab 53: Noah
54 Bab 54: Anakku Rai
55 5ab 55: Menantu tersayang
56 Bab 56: Kue kacang
57 Bab 57: Keputusan untuk berhenti
58 Bab 58: Pesonanya kembali
59 Bab 59: Lemah untuk bertahan
60 Bab 60: Surat darinya
61 Bab 61: Merindukannya
62 Bab 62: Menerima
63 Bab 63: Kembali
64 Bab 64: Hadiah dari ayang
65 Bab 65: Noah datang
66 Bab 66: Khawatir
67 Bab 67: Laki-laki Sholeh
68 Bab 68: Keluarga fenomenal
69 Bab 69: Gus emosi
70 Bab 70: Flashback
71 Bab 71: Panik
72 Bab 72: Hamil
73 Bab 73: Terkuak
74 Bab 74: Pertemuan keluarga
75 Bab 75: Nenek nitip
76 Bab 76: Reuni
77 Bab 77: Belanja
78 Bab 78: Kisah cinta Faradila
79 Bab 79: Ngidam bikin emosi
80 Bab 80: Mie ayam bakso
81 Bab 81: Love you utun
82 Bab 82: Pisah ranjang
83 Bab 83: Baju bayi
84 Bab 84: Jalan-jalan ngaco
85 Bab 85: Bunga dan coklat
86 Bab 86: Sakit
87 Bab 87: Persalinan
88 Bab 88: Rumah tangga
89 Bab 89: Aku hukum kamu
90 Bab 90: Si cantik
91 Bab 91: Sekolah
92 Bab 92: Oleh-oleh
93 Bab 93: Pesta pernikahan
94 Bab 94: Kembali ke Indonesia
95 Bab 95: Senyuman tipis
96 Bab 96: Tempat terakhir
97 Bab 97: Status mulia
98 Bab 98: Wafi Muzammil
99 The End
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Bab 1: Prolog
2
Bab 2: GUS FASHAN
3
Bab 3: Si mata cokelat kebiruan
4
Bab 4: Boneka beruang
5
Bab 5: Kota kembang Bandung
6
Bab 6: Santriwati baru
7
Bab 7: Niat baik
8
Bab 8: Kepulangan seseorang
9
Bab 9: Terpesona
10
Bab 10: Fisik adalah ujian
11
Bab 11: Membuat kue
12
Bab 12: Kecemburuan Zaenab
13
Bab 13: Usaha mendekati Raihanah
14
Bab 14: Tamparan keras
15
Bab 15: Dilarikan ke RS
16
Bab 16: Aku anak haram
17
Bab 17: Sepakat bersama
18
Bab 18: Ikatan suci
19
Bab 19: Orang tua
20
Bab 20: Rencana Honeymoon
21
Bab 21: Honeymoon
22
Bab 22: Aku sayang kamu
23
Bab 23: My first kiss
24
Bab 24: Cemburu
25
Bab 25: Rai sakit
26
Bab 26: Lahir dan batin
27
Bab 27: Cincin lamaran
28
Bab 28: Raihanah kesal
29
Bab 29: Ketahuan
30
Bab 30: Nida
31
Bab 31: Aku minta maaf
32
Bab 32: Jalan-jalan
33
Bab 33: Gadis yang sama
34
Bab 34: Disidang
35
Bab 35: Curiga
36
Bab 36: Bahagia tapi juga iri
37
Bab 37: Tangisan abi
38
Bab 38: Galak dan Tegas
39
Bab 39: Pernikahan
40
Bab 40: Kebahagiaan
41
Bab 41: Sepi
42
Bab 42: Kabar bahagia
43
Bab 43: Aku maafkan
44
Bab 44: I love you
45
Bab 45: Suara yang dirindukan
46
Bab 46: Wajahnya sekuntum bunga
47
Bab 47: Pujaan hati
48
Bab 48: Terapi
49
Bab 49: Keturunan
50
Bab 50: Berdamai dengan situasi.
51
Bab 51: Hadiah
52
Bab 52: Sebentar lagi
53
Bab 53: Noah
54
Bab 54: Anakku Rai
55
5ab 55: Menantu tersayang
56
Bab 56: Kue kacang
57
Bab 57: Keputusan untuk berhenti
58
Bab 58: Pesonanya kembali
59
Bab 59: Lemah untuk bertahan
60
Bab 60: Surat darinya
61
Bab 61: Merindukannya
62
Bab 62: Menerima
63
Bab 63: Kembali
64
Bab 64: Hadiah dari ayang
65
Bab 65: Noah datang
66
Bab 66: Khawatir
67
Bab 67: Laki-laki Sholeh
68
Bab 68: Keluarga fenomenal
69
Bab 69: Gus emosi
70
Bab 70: Flashback
71
Bab 71: Panik
72
Bab 72: Hamil
73
Bab 73: Terkuak
74
Bab 74: Pertemuan keluarga
75
Bab 75: Nenek nitip
76
Bab 76: Reuni
77
Bab 77: Belanja
78
Bab 78: Kisah cinta Faradila
79
Bab 79: Ngidam bikin emosi
80
Bab 80: Mie ayam bakso
81
Bab 81: Love you utun
82
Bab 82: Pisah ranjang
83
Bab 83: Baju bayi
84
Bab 84: Jalan-jalan ngaco
85
Bab 85: Bunga dan coklat
86
Bab 86: Sakit
87
Bab 87: Persalinan
88
Bab 88: Rumah tangga
89
Bab 89: Aku hukum kamu
90
Bab 90: Si cantik
91
Bab 91: Sekolah
92
Bab 92: Oleh-oleh
93
Bab 93: Pesta pernikahan
94
Bab 94: Kembali ke Indonesia
95
Bab 95: Senyuman tipis
96
Bab 96: Tempat terakhir
97
Bab 97: Status mulia
98
Bab 98: Wafi Muzammil
99
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!