Hari ini adalah hari Minggu, semua keluarga janjian untuk berkumpul di rumah Umi Nai dan Ustadz Farhan. Untuk makanan-makan, mengobrol dan berdiskusi tentang bisnis.
Dan juga untuk membicarakan tentang persiapan pernikahan Fahira, yang akan berlangsung tiga bulan lagi dihari Sabtu. Calon suami Fahira adalah pengusaha, alumni pesantren Al Bidayah. Tentu saja abinya Farhan tidak akan mudah melepaskan anak-anaknya. Apalagi terkhusus untuk anak perempuan, bobot dan bibit harus jelas. Dan yang pentingnya adalah hafal Al-Qur'an. Tak harus 30 juz, tapi lebih baiknya harus 30 juz.
Di lantai dua rumah tersebut, anak-anak bermain. Berlarian dan berteriak, sangat berisik membuat seorang pria yang sedang bekerja di kamar dengan laptopnya merasa terganggu.
"Berisik!" teriaknya kencang.
"Gus Fashan" panggil Umi Nai dan Gus Fashan diam. Pintu terbuka dan sosok umi tercintanya itu terlihat. Gus Fashan tersenyum lebar, memamerkan gigi gingsul nya dan Umi Nailah tersenyum.
"Ayo ke bawah, lagi banyak keluarga kamu malah mojok di kamar Shan" ajak uminya itu dan Fashan hanya bisa menggaruk kepala.
"Aku disini aja ya mi, hehe" tersenyum paksa.
"Keluar" tegas umi Nailah dan Gus Fashan tidak bisa melawan lagi.
"Iya" singkatnya. Umi Nai menutup pintu kamar putranya itu dan pergi. Gus Fashan menutup laptopnya dan bangkit dari kursi untuk segera turun menemui semua orang. Gus Fashan mengambil botol minumnya yang sudah kosong itu. Dia menunduk dan keluar dari kamarnya, para santriwati yang kebetulan sedang menjemur pakaian di balkon tiba-tiba histeris memperhatikan Gus Fashan.
"Ganteng" puji semua Santriwati.
Melihat Gus Fashan hanya memakai kaos polos berwarna hitam dengan celana joger panjang sangatlah langka. Gus Fashan menoleh dan semuanya langsung membungkuk. Tatapan tajam Gus Fashan yang begitu mempesona, perawakannya tinggi berisi dan kekar. Lebih gagah dan lebih tampan dari abinya dulu. Rambutnya hitam tebal, gondrong sebahu dan dia kuncir Cepol saat ini.
Gus Fashan menuruni tangga dan dia pergi meninggalkan lantai dua rumahnya itu, kamar Gus Fashan memang langsung berhadapan dengan balkon saat membuka pintu. Dia nyaman disana. Para santriwati kecewa karena Gus Fashan sudah turun.
"Anak bujang dari tadi di kamar terus" ucap Hafshah saat melihat Gus Fashan dan Gus Fashan diam. Tanpa membuat ekspresi apa-apa, dia duduk di dekat uminya lalu bersandar di bahu uminya itu.
"Fashan berat" protes umi Nailah dan mendorong tubuh besar Gus Fashan.
"Gimana bisnis kamu Shan?" tanya Heru.
"Baik, Alhamdulillah lancar. Lagi mau buka cabang di Jakarta" ujar Gus Fashan menjawab, Heru tersenyum merasa bangga apalagi umi Nailah dan ustadz Farhan.
"Tinggal urusan jodoh nih yang belum baik-baik aja, gimana udah ada calon?" tutur Aisyah dan Gus Fashan hanya menggeleng kepala.
"Fashan belum mau menikah, dia mau fokus dulu sama bisnis dan pekerjaannya." Tutur Umi Nailah menjawab. Gus Fashan sedang sibuk dengan bisnis di bidang Fashion. Dia adalah seorang desainer, guru di sebuah sekolah negeri dan Gus yang mengajar di pesantren keluarganya. Usianya sudah 25 tahun, belum ada tanda-tanda dia mau menikah. Banyak keinginannya yang belum terwujud salah satunya adalah mengajak umi dan abinya umroh bersama.
Dia sudah menggeluti bisnis sejak lama, Gus Fashan adalah sarjana S1 lulusan Kairo Mesir. Dia bisa saja meneruskan pendidikannya, tapi dia tak sanggup untuk lebih lama jauh dari keluarganya dan dia juga ingin memiliki penghasilan. Saat dia selesai kuliah, dia langsung membuka usaha dengan modal tabungannya. Usaha kecil-kecilan sampai sekarang sudah berjalan dua tahun.
"Semoga lancar terus Fashan, sesukses apapun kamu. Tetap kamu itu butuh sosok wanita yang akan mendampingi kamu" tutu Aisyah dan Gus Fashan mengangguk.
Dia membuka mulutnya sedikit dan berucap." Aamiin" jawabnya.
Umi Nailah tersenyum dan mengusap-usap bahu kekar anaknya itu.
"Makan gih" titah umi Nailah dan Gus Fashan mengangguk. Gus Fashan terdiam saat melihat Nida, keduanya memicingkan mata sinis dan mendengus sebal bersamaan.
"Makan bi" ucap Gus Fashan menawari abinya dan Abi Farhan menggeleng kepala.
"Shan, waktu Abi seusia kamu ini. Abi udah punya dua anak Shan" ucap Abi Farhan begitu bangga.
"Itu kan Abi, gimana aku mau punya anak, nikah juga belum. Abi nyuruh aku menghamili anak orang apa sekarang?" begitu entengnya Gus Fashan berucap membuat abinya kesal dan menepuk bahunya kasar.
"Ya bukan begitu Fashan Ali, ayo dong ikhtiar cari calon istri. Kamu mau menikah di usia berapa?" tutur Abi Farhan dan gus Fashan mengunyah makanannya lembut.
"Nanti 30 tahun baru aku menikah bi" jawabnya asal.
"Hish itu terlalu tua, dibawah 30 lah kalau bisa"
"Gak tahu" singkat Gus Fashan dan Abi Farhan menggeleng kepala.
Gus Fashan terdiam melihat seorang gadis cantik yaitu salah satu santriwati sedang berjalan sendirian, dia Zaenab. Zaenab merasa malu harus melewati rumah pak kyai yang sedang ramai itu. Apalagi dia melihat Gus Fashan sekilas. Gus Fashan kembali melanjutkan makannya dan memalingkan wajahnya. Tanpa dia sadari, Abi nya melihat jelas tatapan lain dari putranya untuk santriwati itu.
"Aa, ada Raihan" teriak Faiza.
"Ya" singkat Gus Fashan. Lalu buru-buru menghabiskan makanannya untuk segera menemui Raihan.
"Eh Faradila cantik" puji Raihan menggoda Faradila, adik bungsunya gus Fashan. Anak keempat pasangan Abi Farhan dan umi Nailah.
"Apaan sih" ketus Fara. Masih SMA, cantik, baik tapi sedikit ketus.
"Masuk!" Tegas Gus Fashan dan Fara menoleh. Raihan kaget dan diam tidak berani menatap Fara kembali.
"Aku mau ke warung a" ucap Fara.
"Aku bilang masuk ya masuk, gue jitak juga ini anak melawan terus" Gus Fashan emosi, Fara menghentakkan kakinya kesal dan dia masuk kembali ke dalam rumah.
"Galak bener Shan" ucap Raihan.
"Gak usah cari muka sama Fara, gak usah godain Fara" ketus Gus Fashan.
"Bercanda doang, serius amat hidup lu Shan" ucap Raihan sambil terkekeh-kekeh. Gus Fashan mendelik sebal dan mengajak Raihan masuk. Raihan menyapa semuanya dan Gus Fashan memperhatikannya.
"Makan Raihan, makan dulu" ucap umi Nailah.
"Iya mi nanti, mau ngobrol dulu sama Fashan" ucap Raihan dan umi Nailah mengangguk. Gus Fashan membawa dua botol minuman dingin dan mengajak Raihan ke lantai dua rumahnya itu. Gus Fashan menggeleng kepala merasa frustasi melihat mainan berserak dimana-mana.
Keduanya masuk ke kamar Gus Fashan dan Raihan duduk di tepi ranjang.
"Mau ke Jakarta kapan Shan?"
"Besok, temani gue" ajak Gus Fashan dan Raihan mengangguk.
"Sekalian belanja?"
"Iya gue mau belanja kain katun Madinah, Alhamdulillah banyak yang ikutan po baju Koko yang baru gue apload dua hari yang lalu" tutur Gus Fashan sambil tersenyum.
"Lu gak ada niatan kerja dipabrik kayak gue Shan, lu tinggal kerja gak usah mikirin modal dan ini itunya"
"Sorry, gue lebih suka buka lapangan pekerjaan daripada kerja di bawah tangan orang lain" tutur Gus Fashan dan membuat Raihan menciut.
"Ada acara reuni, lu ikutan gak? Ikut ya" ajak Raihan memaksa. Gus Fashan menggeleng kepala, menolak.
"Sekali doang Shan, nanti hari Minggu gimana?" Raihan memaksa.
Gus Fashan tetap menggeleng kepala."Enggak tahu, gimana nanti aja"
Raihan pasrah dan dia merebahkan tubuhnya.
Setelah acara kumpul keluarga selesai, semuanya juga sudah pulang. Umi Nailah mengajak Nida untuk mengobrol dan meminum teh bersama. Nida sudah tiga hari menginap di rumahnya, bukan umi Nailah tidak mau menampungnya tapi dia takut terjadi kesalahpahaman.
"Nida, umi mau bicara. Boleh neng?" ujar umi Nailah dan Nida mengangguk, Gus Fashan duduk karena penasaran dengan obrolan keduanya.
"Umi mau bicara apa?" tanya Nida.
"Umi minta maaf, bukan maksud umi untuk menyinggung dan menyakiti perasaan kamu. Kamu udah tiga hari tiga malam disini, hubungan umi sama ayah kamu baik-baik aja. Cuma tolong ya neng, pulang. Jangan menghindar dan bikin masalah semakin runyam" tutur umi Nailah, dia berat untuk mengusir gadis itu tapi mau bagaimana lagi. Dia harus tegas. Gus Fashan memperhatikan raut wajah Nida yang langsung berubah menjadi sedih.
"Umi juga punya anak perawan, umi juga punya anak laki-laki satu-satunya yaitu Gus Fashan. Kamu sama Gus Fashan itu saudara sepupu, halal untuk menikah..."
"Umi mau aku nikah sama aa Fashan?" ucap Nida merasa senang, dia memotong ucapan uni Nailah dan Gus Fashan menoyor kepalanya kesal.
"Mimpi lu neng, kejauhan" ketus Gus Fashan dan Nida cemberut. Umi Nailah memukul bahu Gus Fashan agar diam.
"Bukan Nida, dengerin umi dulu neng. Kamu sama Fashan bukan mahram, takutnya jadi fitnah. Kita hidup bertetangga, umi juga disini karena ikut Abi Farhan. Harus bisa menjaga nama baik pesantren dan nama baik Abi Farhan. Bagaimana kata orang-orang ada seorang gadis lajang tinggal di rumah pak Kyai yang memiliki anak laki-laki dewasa. Umi sama Abi benar-benar gak mau ada fitnah antara kamu dan Fashan" tutur umi Nailah seraya meraih tangan Nida, Nida diam dan Gus Fashan tidak perduli.
Gus Fashan bangkit dari duduknya." Apa yang dibilang umi itu bener, kalau timbul fitnah terus gimana? Pulang lah, sampai kapan kamu menghindari masalah?" ujar Gus Fashan sinis dan berlalu pergi meninggalkan keduanya.
Nida menangis dan melepaskan genggaman tangan umi Nailah." Aku gak mau pulang umi"
"Emang rese lu kalau dibilangin orang tua" sahut Gus Fashan sambil menaiki tangga.
"Fashan!" Tegur umi Nailah dan Gus Fashan pergi.
"Nida boleh tidur satu malam lagi disini, tapi besok pulang ya. Faiza yang antar kamu pulang atau Fara. Umi mohon pengertian dari kamu ya" suara umi Nailah serak, Nida berhenti menangis dan mengangguk walaupun dia berat meninggalkan rumah tersebut.
*****
Keesokan paginya, Gus Fashan berangkat ke sekolah bersama Fara. Naik motor, semua mata tertuju pada keduanya. Pria tampan yang selalu memakai kemeja hitam atau putih itu menjadi guru favorit akhir-akhir ini, sementara Fara malu dan terus menunduk. Gus Fashan bingung dan memperhatikan Fara.
"Kenapa sih lu?" Gus Fashan bertanya dengan nada pelan.
"Malu" rengek Fara.
"Malu kenapa? Udah syukur gue ajak lu nebeng ya Fara" Gus Fashan kesal. Fara terus menggeleng kepala dan Gus Fashan ingin menjewer nya kalau bukan di sekolah.
"Semua orang udah tahu kalau aa itu aa aku"
"Masalahnya dimana? Harusnya kamu bangga punya kakak ganteng, dan guru di sekolah yang sama"
"Enggak, Fara malu punya aa guru yang galak" ucap Fara dan berlari kecil meninggalkan Gus Fashan. Gus Fashan menggeleng kepala dan melepaskan helmnya, semua adiknya benar-benar membuatnya kesal. Gus Fashan melangkah dari parkiran menuju kantor guru, dia putar balik saat melihat Bu Nurma.
"Eh pak Fashan" panggil Bu Nurma dan Gus Fashan terpaksa berhenti. Gus Fashan akhirnya berbalik dan tersenyum paksa.
"Iya Bu?"
"Saya bawa sarapan loh buat pak Fashan, ayo pak sarapan sama-sama" ajak Bu Nurma, raut wajah Gus Fashan sudah terlihat tidak suka dan tidak nyaman.
"Emm maaf, saya ada urusan. Ibu sarapan saja sendiri. Terima kasih, permisi" ujar Gus Fashan dan dia buru-buru pergi meninggalkan Bu Nurma, Bu Nurma kesal karena Gus Fashan terus menghindar. Padahal, apa jeleknya dia. Dia cantik, seksi tapi dia tak pernah bisa mendekati Gus Fashan.
"Selamat pagi pak" sapa para murid.
"Pagi" jawab Gus Fashan singkat.
Gus Fashan pergi ke perpustakaan, itu tempat ternyaman dan tempat paling tenang. Gus Fashan menjadi guru sudah 5 bulan, dia masih harus beradaptasi dengan kebisingan di sekolah. Seorang guru matematika, wali kelas 12 B dan terkenal tegas dan galak, guru yang paling dibenci murid laki-laki tapi menjadi guru Favorit murid perempuan. Gus Fashan hanya mengajar SMA, Nida dan Fara adalah muridnya juga. Fara merasa tidak bebas setelah Gus Fashan menjadi guru. Dia merasa diawasi.
...*...
...*...
...*...
...*...
...Bab satu sudah launching, masih penasaran untuk bab selanjutnya?...
..._Siti Fahira Nurul Majdi...
...-Muhammad Fashan Ali Zainul Majdi...
...-Siti Faiza Nuril Majdi...
...-Siti Faradila Khumairah Majdi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Lia Shechibie'slove
namanya panjang banget, susah klw ujian UN nulis nmanya makan waktu🤦🤦
2022-12-22
0
wuland
mampir thor
2022-10-13
0
Sofie Ilyas Ilyas
Seru kayanya ceritanya,, ka mella season 1 cerita in d app ap y
2022-02-17
0