Di lantai 20 Gedung Rashaad Company.
Pintu lift terbuka. Asya, Duta dan 2 orang
pengawalnya yang berada di dalam lift itu.
Duta melangkah keluar lebih dulu. Kemudian
berbalik menunggu Asya keluar juga dari lift.
Tapi Asya belum mengikuti langkahnya. Dia
sangat ragu dan takut, semakin dekat dengan tempat pria jahat itu (Athar)
jantungnya semakin berdetak tak karuan.
Rasanya Asya ingin pingsan saja supaya tidak
usah bertemu dengan pria jahat yang sudah membuatnya trauma.
Ingin lari juga tidak bisa, 2 bodyguard
berbadan besar mereka sangat setia menunggu Asya di belakangnya.
“ayo Nyonya Asya” perintah Duta yang
membuyarkan pikiran Asya.
Reflex Asya keluar dari lift dan mengikuti
langkah Duta dan tetap diikuti 2 bodyguard di belakangnya.
Sesampainya di depan ruangan kerja Athar.
Toktoktok~
“Tuan Muda, Nona Asya sudah tiba” lapor Duta
dari luar pintu.
“biarkan masuk” jawab Athar dari dalam
ruangan yang masih tertutup itu.
Deg.
Mendengar suara pria itu tubuh Asya mendadak
kaku. Jantungnya seperti berhenti berdetak.
‘ya Tuhan tolong aku. Bantu aku
untuk bisa menghadapi pria itu’ batin Asya menggigit bibir bawahnya cemas, tak bergerak sedikitpun di depan pintu.
“silahkan masuk Nona” Duta mempersilahkan
Asya lagi.
Ya sejak tadi Duta memang sudah
mempersilahkan. Tapi Asya tidak mendengarkan karena focus dengan pikirannya sendiri.
“ha??” Asya terbelalak kaget menatap Duta.
“tidak apa-apa Nona. Anda bisa masuk
sekarang” jelas Duta kembali dengan sedikit menenangkan Asya. Dia tau wanita
itu ketakutan walaupun sejak tadi berusaha bersikap kuat.
“huffftt. Baiklah, aku masuk” Asya melangkah
dengan di bukakan pintu oleh Duta.
Hanya Duta yang mengikuti Asya masuk ke
dalam ruang Athar.
Saat di dalam ruangan Athar. Asya hanya
melihat ada seseorang yang duduk di kursi yang menghadap jendela membelakangi Asya.
Asya masih berdiri jauh dari meja kerja
Athar. Berdiri tepat di tengah-tengah ruangan Athar.
Beberapa saat kemudian Athar memutar
kursinya menghadap Asya. Masih diam dan menatap Asya.
Deg.
Tubuh Athar mendadak tegang saat
menatap wajah Asya. Wanita yang sudah dia paksa. Wanita yang sudah dia ambil keperawanannya.
Dan sekilas Athar teringat kembali dengan kenangan-kenangan malam itu.
Masih hening tidak ada yang bersuara
meskipun sudah beberapa menit mereka bertatapan.
‘ada apa dengan Tuan Muda? Kenapa mereka
berdua malah diam saja?’ batin Duta heran dengan situasi canggung yang aneh.
“ada perlu apa anda mencari saya Tuan?” Asya
yang merasa lama menunggu Athar berbicara akhirnya memberanikan diri bertanya lebih dulu.
Asya ingin segera menyelesaikan ini dan
pergi dari ruangan itu. Dia merasa sangat sesak berada satu ruangan dengan pria yang sudah berbuat jahat padanya. Tapi dia berusaha tegar dan sok kuat.
Athar tersadar dari lamunannya.
“ehm.. saya rasa anda pasti sudah tau
alasan kenapa saya ingin menemui anda secara pribadi” Athar mengawali pembicaraannya.
“maafkan saya atas tindakan saya malam itu.
Saya sedang di pengaruhi obat dan tidak bisa mengendalikan diri saya..” ucap Athar.
“apa permintaan maaf anda bisa mengembalikan
kondisi saya?” sela Asya sebelum Athar menyelesaikan perkataannya.
Airmata Asya jatuh tanpa di minta. Dia menatap
tajam pada wajah Athar. Dia sama sekali lupa dengan statusnya dan status pria
itu yang adalah Pangeran dan bos dalam proyek kerjanya.
Yang ada di pikiran Asya pria di hadapannya
ini adalah orang jahat yang sudah menghancurkan masa depannya.
Athar tertegun dengan pertanyaan Asya. Dia
bingung harus menjawab apa.
“saya tahu permintaan maaf saya tidak akan bisa mengembalikan keadaan. Hal itu juga tidak pernah saya bayangkan akan terjadi. Itu murni diluar kendali” jelas Athar tulus tapi tidak meninggalkan kesan wibawa dari caranya berbicara.
Athar berjalan mendekati Asya.
“anda mau apa??” reflex Asya kaget saat
Athar mendekat ke arahnya. Asya takut.
“berhenti. Jangan mendekat!!” perintah Asya
pada Athar yang sudah berada beberapa langkah di hadapannya.
Athar menghentikan langkahnya. Memasukkan
tangan di saku celananya.
Asya mundur sedikit dengan perlahan memberi
jarak lagi. Tapi tak bisa jauh karena dengan sigap Duta berdiri tepat di belakang Asya.
Duta tidak ingin Asya tiba-tiba kabur.
“maaf Asya.. aku sudah membuat keputusan. Dan aku harap tidak ada penolakan! Ini
untuk kebaikan kita di hadapan Tuhan dan kebaikan kita untuk sekitar kita. Aku
ingin kita melakukan perjanjian kontrak” jelas Athar.
“a-apa maksud anda Tuan?” Tanya Asya bingung
dengan pernyataan Athar.
Athar menatap focus pada bola mata Asya.
“Asya Putri Rania. Malam ini kita menikah!” perintah Athar.
DEERR.
Asya sangat kaget dengan perkataan Athar yang tiba-tiba itu. Tubuhnya menegang, matanya terbelalak marah menatap Athar. Dengan kuat Asya mengepal tangannya menahan emosi.
“apa kau sudah gila??!!” jawab Asya dengan nada emosi tertahan. Asya melupakan bahasa formal untuk Pangeran Athar.
Dia terlalu marah.
Athar terbelalak kaget, pertama kalinya ada orang biasa yang berani padanya.
“AHAHAHAHAHA. Ya. Kau memang gila. Kau sudah dengan paksa mengambil keperawananku dan sekarang dengan se enaknya ingin kita menikah?!” Asya menyeringai tidak suka pada Athar.
“apa kau juga ingin mengambil paksa masa depanku??” Tanya Asya.
“AKU TIDAK MAU MENIKAH” ucap Asya tegas.
Athar sedikit bingung dengan wanita di hadapannya ini. Setaunya banyak
wanita yang ingin bahkan rela menyerahkan dirinya untuk Athar.
Beruntung dia tidak pernah tergoda dengan wanita-wanita itu. Sejak kecil Athar di ajarkan tentang agama dan tanggung jawab sebagai seorang laki-laki. Juga bertanggung jawab dengan statusnya sebagai Putra Mahkota dan
calon Raja berikutnya.
Sejujurnya Athar juga tidak ingin menikah dengan wanita yang bahkan tidak dia kenal. Dia mencintai Amirah, tunangannya saat ini. Putri bangsawan dari kota B di Negara Bota.
Tapi saat ini dia tak punya pilihan. Dia sudah melakukan dosa besar. Dan dia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan di hadapan Tuhannya.
“maaf, tapi aku tidak meminta pendapat. Aku yang memutuskan dan kau harus
mau. Kita sudah menjadi satu, dan yang aku yakini itu memang sudah jalan dari
Tuhan. Aku tidak ingin menambah dosa dengan tidak bertanggung jawab padamu”
ucap tegas Athar.
“tidak tidak.. Maaf tapi aku tidak bisa. Aku tidak butuh tanggung jawabmu Tuan.. oh bukan bukan tapi PANGERAN ATHAR. tolong biarkan aku pergi.. Anggap tidak pernah terjadi apapun pada kita” jawab Asya dengan penekanan kemudian
berbalik dan berniat segera pergi dari ruangan itu.
Kepala Asya sudah sangat sakit dengan segala tekanan batin yang dia terima beberapa hari ini.
Tapi dengan sigap Duta yang berdiri di belakang Asya segera menghalangi jalannya.
“maaf Nona Asya, anda tidak bisa pergi dari sini” Duta menahan tubuh kecil Asya dengan mudah.
Asya meronta memukul-mukul Duta agar melepaskan Asya.
“lepaskan aku! Jangan sentuh aku!” pinta Asya.
“maaf Nona” jawab Duta santai dengan tetap menahan Asya.
“apa kau juga sama baj*ngannya dengan Tuanmu?!” teriak Asya pada Duta.
Kata-kata Asya mengagetkan Athar. Rahangnya mengeras dan emosinya mulai naik mendengar ucapan kasar Asya.
Dia berjalan cepat menuju Asya dan menarik tubuh Asya dengan paksa. Kemudian
mendekap tubuh dan mencium Asya secara spontan.
Asya terbelalak kaget. Beberapa detik kemudian dia berusaha mendorong tubuh Athar dan memukul dada pria itu. Tangan Athar menahan leher Asya membuatnya tidak bisa menghindar dari ciuman pria itu.
Duta pun yang berada di situ tidak kalah kaget. Tapi dia langsung mundur dan menundukkan kepalanya. Menunggu sang Tuan Muda menyelesaikan adegannya.
Athar tetap ******* bibir Asya lebih dalam. Asya yang tidak merespon membuat
Athar menggigit bibir Asya agar dia membuka mulutnya.
Lama Athar mel*mat bibir Asya hingga hampir habis nafas mereka.
Athar melepas pagutannya dan mereka sama sama mengambil sebanyak-banyaknya udara setelah kekurangan oksigen.
Athar masih tetap menahan leher Asya. Menatap matanya tajam.
“aku bukan baj*ngan. Karena itu aku akan menikahimu hari ini juga. Jadi jaga
perkataanmu!!” Athar menekankan pada Asya.
Airmata Asya keluar saking takutnya melihat Athar yang bersikap seperti saat malam itu. Kemudian Athar menghempaskan Asya di sofa ruangannya dan berjalan kembali menuju meja kerjanya.
“segera siapkan keperluannya. Bawa dia ke villa!” perintah Athar pada Duta.
“pernikahan akan di langsungkan disana jadi kuserahkan semua persiapannya padamu Duta. Dan jangan biarkan wanita ini lolos!!” penekanan
Athar tanpa menatap lawan bicaranya.
“baik akan saya laksanakan Tuan Muda. Saya permisi” jawab Duta menundukkan kepalanya sebentar.
“mari Nona Asya ikuti saya” ajak Duta pada Asya dan hendak membantunya berdiri.
“aku bisa sendiri!” jawab Asya kasar setelah menepis tangan Duta.
Asya berdiri. Melirik marah pada Athar kemudian berjalan keluar dari ruangan itu bersama Duta dan 4 bodyguard yang sudah bersiap di depan ruangan Athar.
Skip
Di perjalanan menuju Villa Athar.
Di dalam mobil alpard hitam, Duta mengantar Asya ditemani 2 bodyguard dan 1 sopir. 2 bodyguard lainnya berada di mobil yang berbeda mengikuti di belakang mobil alpard.
“Sekertaris Duta..” panggil Asya.
“iya Nona?” jawab Duta yang duduk di samping Asya.
“apa menurutmu ini adalah jalan terbaik?” Tanya Asya dengan tetap melihat keluar jendela mobil.
“maaf Nona tapi keputusan Tuan Muda Athar adalah yang terbaik” jawab Duta.
“hahaha, tentu saja. Salahku menanyakan hal ini pada orang kepercayaannya” tawa kesal Asya.
“saya rasa pernikahan kontrak anda dengan Tuan Muda adalah jalan terbaik untuk saat ini Nona. Tuan Muda tidak akan tenang jika tidak bertanggung jawab kepada anda. Tapi..” Duta menggantung kalimatnya.
“tapi apa??” reflex Asya menoleh menatap Duta.
“tapi saya pribadi juga tidak tahu apa yang akan terjadi jika pernikahan kalian ini di ketahui oleh Paduka Raja dan juga Nona Amirah” ucap Duta jujur mengatakan hal itu.
“Nona Amirah?” Asya mengerutkan dahinya.
“Nona Amirah adalah tunangan Pangeran Athar saat ini” jawab Duta.
DERR.
“APA?? Lalu kenapa dia tetap ingin menikah denganku? Apa dia tidak tahu kalau tunangannya akan sangat sedih dan kecewa??!”
“oh my God dan aku adalah perebut pria nya. Astagaa.. aku mohon tolong hentikan pernikahan ini Sekertaris Duta.. aku mohon.. Ini semua salah. Aku tidak harus terjebak dengan hubungan rumit keluarga kerajaan”
“kalau aku bisa pergi dari sini. Tentu tidak akan terjadi hal-hal buruk di keluarga mereka. Iya kan?!!” Asya menjelaskan dan juga merayu Duta agar menolongnya keluar dari masalah ini.
Duta terdiam.
“maaf Nona Asya saya tidak bisa menghianati Tuan Muda Athar. Dan saya akan selalu mendukung keputusannya dalam situasi apapun.”
Duta tau akan terjadi masalah besar ke depannya di dalam Istana jika keluarga Pangeran mengetahui tentang pernikahan ini, terutama Nona Amirah dan keluarga bangsawan Tarigan. Mereka pasti tidak akan tinggal diam.
‘aku tidak bisa apa-apa kecuali akan selalu membantu Tuan Muda Athar baik-baik saja. Dan sekarang aku juga harus menjaga Nona Asya untuk Tuan Muda apapun yang terjadi’ batin Duta sambil menatap pemandangan di luar jendela
mobil.
Asya diam tak merespon lagi perkataan Duta. Karena dia tahu kalau apapun yang dia katakan pada Sekertaris Duta hanya akan sia-sia.
Sekertaris Duta hanya akan mendengarkan Tuan Mudanya.
Sepanjang perjalanan setelahnya hanya hening di mobil itu.
Bersambung..
Terimakasih sudah membaca karyaku
Jangan lupa like dan komen yaa..
Apresiasi kalian adalah semangatku membuat karya yang lebih baik lagi ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Masyitah Ellysa
next yaa author
2021-12-11
1