Bab 3

Party room ARO Hotel.

Suasana sangat ramai.

Mereka sedang berkaraoke bergantian sambil menunggu CEO Rashaad Company datang.

Tidak lama kemudian Dio datang. menghampiri Asya dan mengajaknya pindah ke tempat yang sedikit menjauh dari kebisingan.

"Dio ada apa?"

"apa ada masalah dengan persiapan proyek kita?"

tanya Asya sedikit khawatir kalau ada masalah yang menyangkut proyek kerjasama ini, melihat dari raut wajah Dio yang gugup.

"oh nggak kok Sya. Semua terkendali.. nggak ada masalah sama sekali tentang persiapan proyek. Kamu tenang aja" jelas Dio.

"ngg.. yang mau aku omongin itu soal hal lain"

"sebenarnya aku udah mau bilang ke kamu lama Sya. Tapi baru sekarang aku punya keberanian dan kebetulan ada kesempatan yang pas" ucap Dio dengan sedikit gelisah.

"soal apa?" Asya mengerutkan dahinya bingung.

Dio mengambil sebuah kotak dari sakunya. kemudian membukanya di depan Asya.

Sebuah kalung emas putih berliontin bintang mini yang manis ada di dalam kotak itu.

"ini untuk kamu Asya. Sejak lama aku suka sama kamu. Aku cinta sama kamu. Dan aku pengen kita pacaran Sya" pengakuan Dio pada Asya.

Salah satu tangan Dio meraih tangan Asya dan menggenggamnya.

Asya kaget tidak percaya kalau Dio akan menyatakan cintanya.

Dio memang cakep. Banyak yang bilang kalau Dio mirip boyband korea. Kulitnya putih bersih dan fashionable.

Dio sangat baik memang, tapi Asya hanya menganggapnya murni sebagai teman dan rekan kerja saja.

Asya perlahan melepaskan tangannya dari genggaman Dio.

"Dio.. jujur aku kaget banget kamu bilang ini. Kamu teman yang baik Dio"

"Tapi maaf aku nggak bisa balas cinta kamu. Aku sekarang hanya ingin fokus dengan pekerjaan." tolak Asya pelan.

Asya tidak mau Dio sakit hati dengan ucapan Asya.

Menutup kembali kotak liontin di tangan Dio dan sedikit mendorong kearah Dio. Berniat menolak pemberian pria itu.

"maaf ya Dio.. aku harap setelah ini kita nggak jadi canggung, oke?!"

Asya meminta maaf pada Dio karena dia tidak mau pernyataan Dio membuat tidak nyaman saat bekerja.

Dio kecewa, patah hati. Asya langsung menolaknya tanpa ada jeda untuk memikirkannya.

Bukan ini jawaban yang Dio harapkan. Dio menundukkan kepalanya dalam.

Dari kejauhan Bima memperhatikan Asya dan Dio. Bima tidak bisa dengar percakapan mereka.

Tapi melihat dari raut wajah Asya dan Dio, Bima yakin ada sesuatu yang terjadi antara dua orang itu. Bima tetap diam memperhatikan.

Sedangkan yang lain masih heboh berkaraoke.

Dio mengangkat wajahnya.

Terlihat jelas Dio menahan tangis dan marah melihat matanya yang memerah.

"oke untuk saat ini gapapa. Aku coba untuk mengerti. Mungkin kamu kaget karena aku tiba-tiba banget"

"ini baru penolakan pertama Sya. Aku harap pernyataan cintaku selanjutnya kamu mau menerimaku." ucap Dio dengan raut wajah memaksa tersenyum.

"aku ambilkan minum kesana dulu"

Dio berdiri dan berjalan kearah meja minuman. Diikuti helaan nafas panjang Asya di tempatnya.

Dio marah, kesal dan tidak terima dengan penolakan Asya. Dia ingin Asya bersamanya bagaimana pun caranya.

Dio mengambil sesuatu di sakunya dan memasukan ke salah satu gelas minuman disana.

'minuman ini akan membuat kamu tunduk bahkan memohon padaku Asya' batin Dio dengan seringaian jahat.

**

Asya yang tidak nyaman kemudian berjalan keluar dari party room.

Asya pergi mencari udara segar dan memilih duduk didekat kolam renang. Rasanya dia tidak ingin melanjutkan ikut acara di dalam.

"hhahhh.. kenapa tiba-tiba ada kejadian seperti ini?" keluh Asya, duduk dengan meluruskan kakinya. sedikit meregangkan tubuhnya.

**

Athar dan Duta tiba di party room ARO Hotel.

Bima menyambut kedatangan mereka. Kemudian memperkenalkan Athar kepada seluruh teamnya.

Bima mempersilahkan Athar memberikan sambutan untuk seluruh team JCompany dan Rashaad Company yang sudah berkumpul di acara itu.

Athar memberi beberapa kata sambutan untuk seluruh team operasional.

"selamat datang di Bota dan terimakasih untuk seluruh team operasional JCompany yang sudah jauh jauh datang untuk bekerja sama dengan perusahaan kami"

"Saya harap kerjasama kita berjalan lancar dan membuahkan hasil yang terbaik." sambut Athar.

"baiklah saya persilahkan kembali menikmati acara malam ini."

Penutupan dari Athar diikuti tepuk tangan dari semua anggota team yang hadir.

"aduh Tikaa tadi itu apa? kenapa bersinar banget 🤩 apa dia Dewa? aaaakkk cakep banget."

Dinar heboh setelah speechles memandangi Athar selama pidato dan baru bereaksi setelah Athar selesai dan turun ke tempat duduk yang sudah disediakan.

"iya Din, astaga jadi kayak gitu ya penampilan CEO yang merangkap jadi Putra Mahkota? Baru ini liat orang ganteng dan auranya segede itu"

"Mana badannya lebih berotot dan lebih berwibawa banget. Pak Bima pasti kalah pamor kalau ada Pak Athar di kantor kita hihihi."

Tika juga terkagum-kagum dengan pesona Athar.

"eh eh. yang sama Pak Athar terus itu siapa ya? kalau di perhatiin cakep juga gilak."

Dinar menunjuk kearah Duta yang duduk di samping Athar.

"ya cakep sih. Tapi kaku banget mukanya kayak kanebo kering. Nggak ada senyum-senyumnya dari masuk kesini. Serem banget kalau punya laki modelan gitu."

tawa Tika mengomentari raut wajah Duta yang garang.

-

"ambilkan minum." titah Athar.

"baik Tuan Muda." jawab Duta dan bergegas ke meja minuman.

**

Dio sudah memasukan sesuatu ke dalam sebuah gelas minuman dan akan membawa minuman itu.

Tapi saat Dio menoleh kearah Asya duduk tadi, Asya sudah tidak ada disana.

Dio kaget dan seketika itu juga bergegas pergi mencari Asya.

Saking paniknya karena Asya tiba-tiba pergi, Dio sampai lupa membawa minuman yang sudah dicampur obat tadi.

Tidak lama kemudian Duta datang dan mengambil dua gelas minuman dan kembali pada Athar.

"ini minumannya Tuan Muda."

Duta memberikan salah satu minuman yang dia ambil kepada Athar.

"hm" jawab Athar dengan deheman kemudian menegak sedikit demi sedikit minuman yang ada di tangannya hingga separuh gelas dan meletakkan lagi di meja depannya.

**

"Asya"

panggil seseorang dari belakang Asya.

Spontan Asya menoleh dan melihat Bima berjalan kearahnya dan duduk disampingnya.

"Pak Bima" ucap Asya.

"apa ada masalah?" tanya Bima langsung to the point.

"ngg.. tidak ada Pak" jawab Asya dengan tersenyum canggung.

"tapi kenapa wajahmu terlihat tidak nyaman selama di acara tadi?"

Bima masih penasaran dengan apa yang terjadi dengan wanita itu.

"oh itu.. hanya kelelahan karena jetlag saja Pak. Sebenarnya saya sangat malas ikut party tadi"

Asya berkata jujur soal lelah. Tapi Asya tidak menceritakan kejadian tentang pernyataan cinta Dio tadi. Asya tidak ingin suasana kerja menjadi canggung.

"ya sudah sebaiknya kamu kembali ke kamarmu dan istirahat. Akan saya sampaikan ke yang lain kalau kamu kembali ke kamar"

"Semoga besok sudah tidak lelah lagi dan bisa ikut trip mengelilingi Kota A." saran Bima kasihan melihat Asya kelelahan.

"baik Pak. Kalau begitu saya kembali ke kamar saya dulu" Asya mengiyakan.

"apa perlu saya antar ?" tawar Bima.

"ahh tidak perlu Pak saya baik-baik saja. Saya bisa kembali sendiri hehe" Asya menolak halus.

"saya permisi Pak"

"ya. Selamat beristirahat Asya" ucap Bima, memandangi Asya sampai masuk hotel.

Kemudian Bima kembali ke party room. Menemui Dinar dan Tika.

**

Athar memang tidak berniat lama tinggal di acara malam itu. Dia sedikit lelah dengan pekerjaan hari ini yang padat.

"Duta. Aku kembali saja ke kamar"

"Kamu tetap disini gantikan aku menemani mereka. Besok pagi siapkan semua dokumen dokumenku" titah Athar.

"baik Tuan Muda. Kamar Tuan sudah di siapkan. Selamat beristirahat"

Duta berdiri dan menundukan kepalanya sebentar pada Athar.

"hm" jawab Athar berlalu meninggalkan party menuju kamar hotel yang di khususkan hanya untuk Athar pribadi.

**

"Dinar, Tika"

panggil Bima pada teman-teman Asya.

"eh iya Pak Bima. Ada apa?"

tanya Tika yang kaget tiba-tiba di panggil atasannya saat sedang bergosip ria.

"Asya kembali ke kamarnya. Dia bilang kelelahan dan ingin istirahat" beritahu Bima pada Tika dan Dinar.

"ooh iya Pak, tadi Asya memang sudah bilang kalau lelah sih" timpal Dinar.

"terimakasih sudah mengabari kami Pak" ucap Tika dengan sedikit membungkukan badannya.

"oke saya tinggal menemui rekan kerja yang lain" pamit Bima.

"baik Pak" jawab Dinar Tika bersamaan.

**

Athar berjalan santai menuju lift.

Dia akan menuju lantai paling atas ARO hotel yaitu lantai yang seluruhnya hanya ada kamar pribadi Athar saja.

Saat Athar masuk lift, bersamaan itu Asya juga masuk lift yang sama.

Hanya ada mereka berdua di dalam lift itu.

Asya menekan tombol ke lantai 26 menuju lantai kamar hotelnya. Dan Athar menekan tombol ke lantai 30.

Saat lift mulai bergerak naik.

Tiba-tiba Athar merasakan tercekat pada lehernya dan merasa panas yang mulai menjalar di seluruh tubuhnya.

"agghh" Athar sedikit merasa sangat tidak nyaman pada tubuhnya.

Asya menoleh dan kaget melihat orang disampingnya tiba-tiba seperti kesakitan.

"e-ee.. ada apa Tuan ?"

tanya Asya khawatir pada orang itu.

Seketika tubuh Athar hampir merosot dan dengan refleks cepat Asya menyangga tubuh Athar agar tidak ambruk.

"T-tuan.. apa perlu saya bawa ke rumah sakit ?"

Asya panik melihat pria itu kesakitan.

"tidak.. tidak usah. Tolong antarkan saya kembali ke kamar saya saja"

Jawab Athar dengan menahan rasa tidak nyaman dan merasa tubuhnya semakin panas.

"rrgghhh" Athar menggeram lagi.

Posisi Asya yang menahan Athar dengan memeluk tubuhnya, tiba-tiba membuat sesuatu di bawah sana terbangun.

Athar berusaha menahan hasratnya yang terpancing.

Walaupun sangat susah karena menghirup aroma wanita itu membuat hasratnya semakin memuncak. Athar masih bisa mengendalikannya.

Athar berusaha mengendorkan dasinya, melepasnya dan membuangnya ke lantai.

Melepas kancing bajunya paling atas supaya bisa sedikit bernafas lega.

Sesampainya di lantai paling atas.

Asya memapah pria itu sampai ke depan pintu kamar.

"Tuan kita sudah sampai. Dimana kartu untuk membuka pintunya ?" tanya Asya pada pria itu.

Kemudian Athar mengangkat tangannya dan meletakkan telapak tangannya pada print kode pintu. Seketika pintu terbuka.

Dengan segera Asya memapah Athar masuk ke dalam kamarnya dan meletakkan Athar di ranjang. Mengangkat kedua kakinya dan melepaskan sepatu pria itu.

Asya hendak meninggalkan Athar dan akan memanggil pihak hotel untuk membantu pria itu.

"air.. airr.."

gumam Athar yang di dengar Asya.

Karena tidak tega Asya mengambilkan air minum untuk Athar dan menolongnya meminumkan air.

Setelah dirasa selesai. Asya hendak bergegas pergi.

Berada di ruangan bersama pria asing membuatnya tidak nyaman.

"saya permisi pergi Tuan" pamit Asya mulai melangkah.

Baru selangkah meninggalkan pria itu. Tiba-tiba tangannya di tarik dan seketika itu tubuhnya di hempaskan ke ranjang besar itu.

"aaggkk" teriak Asya kaget.

Asya berusaha bangun lagi. Tapi tidak bisa karena pria itu menindihnya.

Memegang erat kedua tangan Asya.

"tuan lepaskan. tolong lepaskan saya"

Pria itu menc**m Asya dengan kasar.

Asya berontak berusaha menolak. Tapi pria itu tetap berusaha menc**mnya dan menggigit mulut Asya agar terbuka.

Asya menangis sejadi-jadinya. Ini adalah first k*ssnya dan Asya tidak kenal dengan pria itu.

Setelah lama bermain di bibir, Athar mulai turun menc**m leher dan telinga Asya.

"Tuan saya mohon jangan lakukan ini. Tolong lepaskan saya"

Asya berontak dan memohon.

Tapi tidak ada jawaban apapun. Athar tetap menikmati c****annya.

Athar tidak bisa menahan hasrat dan panas yang terus menjalar di tubuhnya.

Hasratnya sangat ingin tersalurkan dan wanita itu membuatnya tidak bisa berfikir lagi.

"TOLOOONG!! TOLONGGG!!"

Teriak Asya berusaha meminta pertolongan.

"diamlah. Ruangan ini kedap suara" ucap Athar santai.

Tangan Athar sudah mulai bergerilya.

"Aaaggkkkk jangan! aku mohon jangan!!"

teriak Asya saat pria itu mer*bk bajunya dan membuangnya ke segala arah. Menampilkan dada yang terbungkus dengan br* hitam polos.

Masih dengan posisi mengapit Asya agar tidak lepas. Athar membuka kemejanya.

Saat itu tangan Asya yang bebas berusaha memukul-mukul badan kekar dan berotot pria itu.

Tapi tidak lama Athar kembali memegang kedua tangan Asya dan kembali menc**** Asya.

Athar memegang kedua tangan Asya ke atas dengan satu tangan kirinya.

Tangan kanannya berusaha membuka kaitan b** Asya, menarik dan melemparnya hingga tak ada sehelai kain pun menutupi bagian atas tubuh wanita itu.

Athar bergejolak memandang dada Asya yang terlihat padat dan kenyal itu.

Tanpa basa-basi Athar mel***pnya dan memainkan lidahnya di ujung salah satunya.

"nghh.."

Asya yang menangis tiba-tiba merasakan gelejar aneh saat pria itu menysp dadanya. Dan tanpa sadar mengeluarkan suara yang menjijikan menurut Asya.

Asya berusaha menahan agar suara-suara itu tidak keluar. Tapi tetap ada sedikit yang lolos keluar karena dorongan rasa aneh yang menjalar di tubuhnya.

Mendengar lenguhan Asya. Athar semakin tak bisa menahan hasratnya yang memuncak.

Dengan gerakan cepat Athar menarik rok yang dipakai Asya dan melepas penutup bagian terpenting Asya dengan kasar. Membuangnya ke segala arah.

Athar mulai membuka resleting celananya.

Asya yang melihat kesempatan saat Athar membuka celana segera mendorong kuat Athar yang lengah hingga terguling di ranjang.

Sedetik kemudian Asya berusaha berdiri dan hendak lari, tapi dengan gesit pula Athar menggapai dan menjatuhkannya lagi ke ranjang.

Mengangkat kedua kaki Asya dan segera melakukan penyatuannya.

"aaaRrrgghh.. nggak jangan.. Aaarggkk"

teriak Asya kesakitan saat milik Athar berusaha menerobos masuk milik Asya dengan paksa. Asya mencengkram kuat sprei menahan sakit dan perih seperti terkena pisau.

Ini adalah pertama kali untuknya. Asya menangis sejadi-jadinya.

"sial.. ternyata kau masih perawan?"

ucap Athar merasa kesusahan menembus gawang itu.

Efek obat benar-benar membuat hasrat Athar tak terbendung. Dia gelap mata karena hasrat yang membuncah kuat.

Athar melanjutkan aksinya hingga akhirnya bisa menjebol gawang sampai keluar noda merah dari milik Asya.

Seketika itu otak Asya blank. Dia tidak bisa berpikir lagi.

Dia sudah tidak perwn lagi. Asya sudah hancur luar dalam.

Asya sudah tidak melawan lagi. Dia hanya pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Athar. Pertahanannya sudah sia-sia.

Mereka menyatu sempurna. Athar terus mendorong tubuhnya hingga pelepasan pertamanya terjadi.

"aaahhhh..." dsh Athar bersamaan dengan pelepasannya.

Terasa sakit dan lelah. Asya kira itu sudah berakhir. Tapi dugaannya salah.

Belum berakhir..

Athar melanjutkan aksinya berulang-ulang kali. Hingga Asya tak sadarkan diri karena kelelahan.

Setelah puas dan sudah melepas semua hasratnya. Athar melepas penyatuan mereka dan mencium kening Asya.

"terimakasih"

ucap Athar pada Asya yang sudah terlelap.

Athar menggulingkan badannya kesamping Asya, menyelimuti tubuh polos mereka berdua dan ikut tidur disamping Asya karena lelah.

-

Pukul 3 dini hari

Asya terbangun.

Dia merasakan tubuhnya remuk semua. Kemudian menoleh kesampingnya dan kaget melihat seorang pria yang sedang terlelap.

Seketika itu juga Asya ingat kejadian semalam dan hendak bangun dari tempat tidur.

"ahk"

teriakannya tertahan karena merasakan sakit yang luar biasa di bawah sana.

Asya segera menoleh pada pria itu, takut kalau suaranya membuat pria itu bangun. Beruntung pria itu masih terlelap.

Asya tetap berusaha berdiri, berjalan terseok-seok memunguti tas dan mengambil kemeja pria itu karena semua bajunya sobek dan tidak bisa dipakai.

Asya sekuat tenaga bergegas memakai baju itu dan pergi meninggalkan Athar yang masih terlelap sebelum pria itu terbangun dan menyandranya lagi. Pikir Asya.

-

Asya kembali ke kamar hotel miliknya di lantai 26.

Dia yakin pria itu tidak akan tau siapa dan dimana Asya. Kemarin Asya dan pria itu bertemu tidak sengaja di lift hotel.

Asya bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Melepas kemeja milik pria itu dan melihat pantulan dirinya di depan kaca.

Asya melihat banyak tanda kecu*** yang ditinggalkan pria itu. Bahkan sudut bibirnya juga terluka karena gigitan pria itu.

Asya menangis sejadi-jadinya di bawah guyuran air shower.

Menggosok kuat tubuhnya yang sudah disentuh oleh pria itu. Berharap tanda yang di tinggalkan akan hilang bila di gosok berulang kali.

Kemudian masuk kedalam bathup yang sudah diisi air hangat , sabun, dan juga memasukkan bangak wewangian aroma terapi agar aroma tubuh pria jahat itu hilang dari tubuhnya.

Berendam dan berusaha menengankan pikirannya, meskipun masih terus menangisi kesialannya.

Asya hanya sebatang kara dan sekarang dia tidak bisa menjaga kehormatannya.

"ibu.. hikss.. aku gagal bu. Aku gagal menjaga kehormatanku Hiksss.."

"bagaimana aku bisa menjalin hubungan dengan pria lain kalau aku sudah nggak suci lagi.. hiks.. bu aku harus gimana?"

Asya meratapi dirinya sendiri. meluapkan emosi dengan terus menangis.

**

Di kamar Athar ARO Hotel.

tingtong..

Bel kamar Athar berbunyi.

Duta berulang kali menekan bel itu tapi tidak ada respon. Duta menelepon Tuan Mudanya.

kkringkring..

Sekarang berganti suara ponsel Athar yang berbunyi.

Athar mulai terusik. Dan mulai mengerjapkan mata kemudian menggapai ponselnya di nakas samping tempat tidur dan menjawab panggilan itu tanpa melihat nama penelepon.

"hmm" Athar yang masih mengantuk menjawab dengan deheman.

"Tuan Muda apa anda belum siap? sekarang sudah pukul 9"

ucap Duta membuat Athar terbelalak dan kaget. Athar segera duduk dan melihat sekelilingnya.

Seketika itu juga Athar mengingat apa yang sudah terjadi semalam.

"S**LAAAAN"

umpat Athar dengan keras hingga membuat Duta kaget dan refleks membuka pintu kamar dan bergegas masuk ke ruangan Tuan Mudanya itu.

Hanya Duta dan pelayan khusus yang bisa masuk ke dalam ruangan pribadi milik Pangeran Athar.

Duta masuk dan terbelalak kaget untuk kedua kalinya saat melihat di kamar Tuan Mudanya sangat berantakan.

Bahkan ada baju, b** dan cd wanita yang berserakan disana.

"T-tuan Muda ada apa ini?"

tanya nya pada Athar yang masih duduk dengan memegang kepalanya.

"cepat cari wanita yang tidur denganku semalam"

perintah Athar yang membuat Duta tercengang.

Bukan karena apa, tapi Pangeran Athar tidak pernah sekalipun memintanya untuk mencarikan wanita penghibur atau memasukan wanita ke dalam ruangan pribadinya kecuali Nona Amirah.

"apa yang terjadi Tuan Muda? bagaimana mungkin bisa ada wanita yang masuk ke kamar anda??" Duta penasaran.

"kau beri aku minum apa kemarin malam??"

bukan menjawab Athar malah balik bertanya pada tangan kanannya itu.

Duta tertegun, dia berusaha mencerna apa yang dimaksud Tuan Mudanya.

"kenapa tidak kau cek dulu minumannya sebelum kau berikan padaku Bodoh? aku rasa ada obat gila di dalam minumanku"

Athar geram pada kelalaian Duta hingga semua ini terjadi padanya.

"APA??" kaget. Duta tak percaya dengan kesalahannya.

"karena kelalaianmu aku memaksa seorang wanita yang sudah menolongku. DASAR S**L!!"

Athar geram dan menjambak rambutnya frustasi.

Duta mulai paham apa yang sudah terjadi. Dia mengepalkan tangannya menahan marah.

Berani sekali ada orang yang mencari gara-gara di acara milik Rashaad Group. Duta bertekad tidak akan melepaskan orang itu.

"segera cari wanita itu!!"

perintah Athar sebelum Duta melangkah pergi.

"baik Tuan Muda. Akan saya cari wanita itu dan berjanji akan menemukan siapa pembuat onar di acara Rashaad Group" tunduk Duta dan berlalu pergi.

Athar menghela nafasnya kasar.

( **bersambung )

jangan lupa Like dan Votenya ya readerku 💕**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!