Bab 5-
.
Melani oh Melani... Jangan terlalu jauh dirimu mengubah takdir. Bisa-bisa kamu tercengang atas perbuatanmu sendiri.
Ingat ada hukum sebab akibat dan karma yang selalu jadi bayangan abadi!.
.
Seperti biasanya, Melani siap ngampus sehabis sarapan. Tetap dengan memori masa lalu dari ingatan masa depan, Melani kadang merubah jalur yang memang tidak ia kehendaki. Meski ia dapat ubah, tetap tidak bisa lepas dari yang seharusnya. Dia hanya bisa mengubah tiga puluh persen saja,dan sisanya tujuh puluh persen harus sesuai dengan takdir baru yang sudah di tulis.
Ibarat penulis hanya menggores karya imajinasi di atas kertas, dan takdir yang menentukan apa karya penulis atau pun seniman itu dapat booming atau tidak, itu semua tergantung rezeki dari sang Pencipta.
Dari pagi hingga keluar dari kampus, Melani masih merasakan kenangannya yang netral, hingga ia pergi kesebuah toko buku.
Kali ini, misi baru Melani tanpa di duga terjadi spontanitas.
"Grandma, saya ingin beli buku itu" tunjuk bocah kecil ke rak buku paling atas.
"Baik.Grandma minta petugas ambilkan" ibu tua menoleh kiri kanan, berharap ada yang dapat membantu mengambil buku.
Di lihatnya gadis muda yang kemarin ia temui sedang berdiri membaca isi daftar pustaka.
"Kamu, cewek semalam kan?" ibu tua menepuk pundak Melani.
Melani menoleh, ia juga samar-samar lupa wajah tua itu, namun ingat suara tersebut "Iya. Nyonya juga sedang cari buku, ya?" tanya Melani, meletakkan buku pada rak.
"Bukan saya, tapi untuk cucu saya"
"Oh" datar Melani dengan senyum tipis
"Bisa bantu saya lagi gak?"
"Bisa. Apa itu?"
"Tolong ambilkan buku di rak itu" ibu tua menunjuk buku yang hendak di beli bocah kecil.
"Okey" Melani berjalan di belakang ngikuti ibu tua jalan.
"Aunty" sapa bocah kecil, bocah yang punya memori ingatan lumyan bagus seumurannya.
"Hai" balas Melani datar, anggap biasa jika bertemu dengan orang lain.
"Buku mana yang tadi Josh?" ibu tua bertanya.
"Yang itu Grandma" tunjuk bocah menengadah ke atas.
Tanpa diperintah, Melani menunjuk deretan buku, lalu mengambil sesuai keinginan bocah kecil.
"Thank you, Aunty" ucap bocah kecil, memeluk buku ensiklopedia.
"You're welcome" balas Melani yang nahan hasrat mencubit pipi tampan bocah kecil.
Tentu tidak bisa asal main cubit pipi anak orang lain. Apalagi ada mata yang sedang ngawasin.
Bisa-bisa nama baik keluarga rusak, hanya karena mencubit gemas pipi anak orang.
"Sejak kapan aku punya rasa tertarik pada anak kecil?.Aku kan dari dulu tidak ada ketertarikan pada bocah, mau seimut apapun itu" perasaan Melani bercampur aduk antara nyata dan ketidak percayaan diri.
"Aunty" bocah kecil menarik jari Melan.
"Emmm?" Melani jongkok mensejajarkan tinggi seperti bocah.
Cup.. Cupp...
Melani dapat dua kecupan di pipi kiri kanannya dari bocah tampan. Anak kecil mah bebas nyosor, tidak ada hukum pidana atau tuntutan dari korban.
Hati Melani terbang melayang sampai langit ke tujuh. Mengapa begitu senang dikecup seorang anak. Wajahnya merona merah malu bahagia. "Apa aku sudah mulai suka anak kecil?" batin Melani, sambil natap wajah tampan bocah itu.
"Aunty tidak kenal aku lagi ya?" tanya bocah kecil, memiringkan kepala ikuti kepala Melani yang miring.
Melani menggeleng, karena ia merasa baru pertama kali mereka bertemu .Ya di toko buku yang sama dan sekarang sedang bertatap.
"Kita ketemu di pesawat" bocah kecil mengingatkan pertama kali cara mereka bertemu.
"Oh, aunty remember" Melisa tersenyum malu dengan daya ingat yang parah.
"Ternyata sudah kenal?" ibu tua menatap Melani.
Melani ngangguk, mengaruk tengkuk tidak gatal. Kok bisa seorang Melani Wijaya bisa lupa sama kejadian baru?.
Bisa dong. Kan beberapa garis takdir sudah bergeser .Semakin Melani juga ikut merubah kejadian masa lampau di luar skenario kehidupan sesuka hati, maka garis tersebut semakin cepat bergeser.
Awal pertemuan Melani kali ini dengan bocah kecil, semakin mendekati dirinya dengan misinya.
.
Beberapa hari kemudian....
Seperti ingatan memori masa lalunya,Melani mendapat undangan gang Shella. Ia menerima undangan, tapi bukan untuk sebagai pelayan, melainkan tamu undangan.
"Hemphh... Sudah susah sombong belagu pula" cerca Amanda, memanasi hati Shella.
"Kita lihat saja. Jika dia buat malu, kita balas dua kali lipat" Shella terpancing omongan ular berkepala dua.
"Setuju. Kita jadikan jonggos seumur hidup" Amanda melipat tangan, dengan wajah angkuh.
.
Undangan bertepatan hari sabtu malam minggu tiba juga. Melani mengenakan gaun putih gading bersanding sepatu kaca kristal.
"Kita lihat siapa akan kalian permalukan" Melani mengambil dompet genggam senada pakaian.
Taksi membawa Melani hingga depan pintu rumah terbuka.
Semua mata tertuju terpesona lihat siapa tamu undangan yang begitu cantik anggun.
"Shel, kamu undang cewek itu" Amanda menunjuk arah Melani.
"Tidak" Shella meletakkan gelas minuman.
Tamu undangan lain berusaha untuk sapa cewek cantik anggun melebihi Shella yang sebagai tuan rumah.
Tidak ada seorang yang mengenal wajah anggun Melani Wijaya setelah merias wajah sedemikian rupa.
"Hallo guys" sapa Melani pada semua teman sekelas.
Ada perasaan senang bisa membalas rasa malu empat belas tahun silam. Kali ini ia juga ingin membalas rasa malu teman senasib yang jadi pelayan dalam acara.
Melani mengambil segelas sirup dari nampan teman yang menjadi pelayan acara tersebut.
"Let's see the party,friend" ucap Melani pada teman yang jadi pelayan.
Setelah meminta teman melayani tamu lain, Melani mendekati gang Shella. Dengan senyum manis devil, Melani ikut mendengar setiap gosip, saat ada celah untuk membalas,Melani dengan sengaja menumpahkan sirup tepat pada gaun Shella.
"Ooppsss, sorry!!" Melani pura-pura tidak sengaja melakukan.
Wajah Shella memerah, semerah lipstik yang berpoles di bibir mencurutnya.
"You!!!" Shella mendorong kasar tubuh Melani hingga mundur sempoyongan beberapa langkah ke belakang.
"Hei, what happend ?" seorang pria berbalik, menahan punggung Melani.
Gang Shella seketika berubah menjadi kalem, mencerminkan gadis dari keluarga terhormat pada pria itu.
"Sorry, Mister Lee. She.... " ucapan Amanda terhenti, saat pria itu menunjuk jari untuk tutup mulut.
Pria itu menatap lekat pada wajah anggun Melani. "Sepertinya saya kenal dia. Tapi dimana?" monolog batin pria itu, ingat dimana mereka pernah bertemu.
Anggota gang Shella tidak ada yang berani sembarangan berkutik terhadap tamu istimewa itu.
Tangan mereka saling mengepal erat, menahan rasa ingin menjambak rambut gadis yang berani tebar pesona pada pria tampan incaran Shella.
"Thank you Mister Ronald Lee" ucap Melani, secepatnya berdiri pada posisi tegak rapi.
"Do we know each other?" paman tampan mengulurkan tangan perkenalan.
(Apa kita sudah saling mengenal?)
Melani tentu kenal, karena tiga tahun dari hari itu, perusahaan mereka akan bekerja sama menjadi sebuah perusahaan raksasa, menguasai mancan negara.
Ingatan Ronald tentang wajah familiar Melani juga sudah tampil.
"Kamu cewek yang pingsan di pesawat, kan?" Ronald menunjuk Melani.
Mata gang Shella saling berpandang, mengapa mereka bisa ketemu.
.
Terimakasih telah mampir dan dukung karya aku.
Maaf, bila banyak kata kaku dan penulisan yang masih berantakan. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Mom FA
salam dari in memories🙏
2022-04-12
1
Elisabeth Ratna Susanti
boomlike sampai sini dulu ya 😍
2022-03-17
2