Bab 4~
.
Ternyata begitu masuk kelas, Melani melihat kelas yang sama dengan tatanan bangku yang sama empat belas tahun silam.
Dosen ekonomi yang masih sama juga, mulai mengajar pelajaran hari itu, bahkan pertanyaan serta cara jawab setiap pertanyaan juga sama.
Hufff...
"Ternyata tidak ada misi. Baguslah. Aku bisa menikmati masa ini" gumam Melani, menyimpan buku sebelum pulang.
"Hai, Mel. Kamu keliling kemana saja holiday kemarin?" tanya cewek asal Indo,tiba-tiba datang tanpa di undang.
"Hai too,Shel.Hanya di rumah with my family" berdiri, keluar kelas bareng.
Kenapa Shella cewek cantik, sexy tiba-tiba menjadi dekat. Seingat Melani, Shella itu benci sama dia yang punya tampang kuper, dan lebih anehnya Shella mengira Melani itu masuk universitas mahal dengan modal bea siswa.
"Maklumin Shel. Bisa pulang saja, sudah syukur. Mau holiday paling-paling pun hanya ke empang. Ha ha ha" cibir cewek satu lagi, anggota gang Shella.
Nah ini namanya Amanda, penjilat sekaligus teman kalau ada maksudnya saja. Meski punya wajah cantik, tapi otaknya lebih kosong dari pada otak Shella.
Gang Shella itu terkenal dengan gang Have Fun. Suka-suka mereka mengatur semua siswa yang berasal dari kalangan bawah.
Padahal, orang tuanya itu hanya orang kaya urutan ke 25 di Indonesia. Jauh beda dengan orang tua Melani yang masih ada di urutan ke 10 seindonesia.
Melani tidak sesombong angkuh Shella. Bahkan identitas asli di rahasiakan demi keamanan ,yang tidak bawa bodyguard.
Gang Shella memang suka mencibir yang susah dan selalu mendekat apabila ada anak konglomerat dari kota, atau negara manapun.
Mereka berharap gang Shella semakin kuat dengan terkumpul seluruh anak konglomerat di dunia.
"Ini gang perusuh. Lihat saja, kalian pasti tidak lulus lagi semester ini" Melani bermonolog, meninggalkan gang Shella yang menertawakan dirinya.
Untuk apa ke kampus pakai pakaian bagus merek terkenal, tapi otak jongkok. Mending simple, otak berisi ilmu guna masa depan.
Melani pun keluar dari gerbang universitas, ia ingat untuk tidak jalan gunakan jalur bus way. Terakhir memorinya, ia kecopetan saat hendak naik bus. Jadi alternatif baru, ia menunggu taksi lewat saja.
Beberapa bencana lama mungkin saja dapat di ubah Melani, tapi siapa tau yang ada di tempat lain.
Taksi pun berhenti, Melani masuk dan mengatakan alamat tujuan.
Saat menuju lampu merah, taksi yang di naiki Melani mengalami ban kempis.Dalam cuaca terik mengharuskan Melani menunggu lama dalam taksi.
"I'm so sorry" supir minta maaf atas kejadian tidak terduga.
"No problem, Sir" Melani melambaikan tangan.
Taksi melaju kembali setelah menukar ban serep.
Cittt.....
Taksi kembali rem mendadak, karena hampir saja menabrak ibu-ibu pejalan kaki.
Tidak ada luka fatal, cuma terkejut tampak pada wajah ibu tua.
"what's wrong, Sir?" tanya Melani menurunkan kaca jendela. Lihat keadaan ibu tua yang kaku pucat.
Supir pun mengatakan bahwa ibu itu habis di ikuti orang tak dikenal, dan minta pertolongan untuk dibawa pulang.
Dengan seizin Melani, supir membawa ibu tua masuk taksinya, dan mengantar pulang meski beda jalur.
.
Setiba di pagar rumah mewah ,ibu tua membayar ongkos taksi tiga kali lipat. Ia tidak menyangka bahwa masih ada rasa perikemanusiaan dalam negara maju asing itu.
"Terimakasih telah memberi saya tumpangan. Jika perlu bantuan, kamu bisa mencari saya" ucap ibu tua, menyalami Melani.
"Tidak apa, Nyonya . Kita sesama perantau harus saling menolong"
"Baiklah. Ingat, jika perlu bantuan jangan sungkan cari kemari" ibu tua memberikan kartu pengenal pada Melani.
Taksi kembali melaju menuju tujuan Melani. Tidak ada keanehan serta kejanggalan khusus yang terjadi pada Melani hari itu. Sebagai pengganti sial tempo dulu, dia hanya telat pulang satu jam.
Sehabis meletakkan tas dan buku, Melani mengeluarkan kemasan makanan buatan homemade Mama, lalu masukkan dalam microwave. Menunggu masak makanan, Melani menyapu rumah itu seperti biasa.
Hidup dalam kesederhanaan, mandiri sudah terbiasa ia lakukan saat berpergian sendiri hingga usia 35 tahunnya nanti.
Sangkin mandiri, ia tidak pernah hidup penuh ketergantungan .Walau sang papa sering memanjakan, tapi tidak dengan ibu suri yang mengajari tentang dasar sebagai seorang wanita yang dewasa hingga harus mengurus seluruh keperluan dalam sebuah rumah tangga.
"Selesai.... Waktunya eating yummy" seraya Melani, meletakkan sapu pada tempat, lalu cuci tangan, mengeluarkan makan siang dari microwave.
Nyumm... Nyumm.... Slrupp.....
Melani menjilat sisa saus nempel di bibir. Bakal butuh waktu berbulan lagi, ia baru bisa merasakan masakan homemade gratis buatan ibu suri.
Biar orang kaya ,bisa naik pesawat kapan pun, seorang Nyonya Wijaya tidak pernah menjenguk putrinya itu. Ia benar-benar melatih putrinya agar tumbuh dewasa jadi wanita tangguh.
Beda dengan Tuan Wijaya, yang kadang mesti rapat relasi di luar negeri.Dia kadang mampir menjenguk princes kecil yang sedang belajar kepak sayap kehidupan.
"Jika tidak salah, minggu depan gang Shella buat acara. Demi acara itu, aku di undang hanya untuk jadi pelayan dalam acara" Melani mikir untuk mengubah situasi yang dulu.
"Aha!!.I get it... " Melani dengan pikiran dewasa punya cara tersendiri untuk mengubah cerita masa lalu.
Sambil menyelam, Melani juga menangkap ikan. Kapan pula punya kesempatan emas untuk membalas kejadian empat belas tahun silam, yang telah menjatuhkan harga dirinya di hadapan publik.
Hehehee....
Melani tertawa terkekeh, mimikir rencana jahil yang tidak pernah ia lakukan hingga usia 35 tahun. Tapi kali ini, dia benar-benar ingin sedikit memberi pelajaran penting bagi gang Shella from seorang Melani Wijaya.
Melani sejenak lupa dirinya wanita karir anggun penuh kharisma. Ia masuk kamar, memilih sebuah pakaian lama pemberian sang kakak, saat datang menjenguk.
Sebuah gaun pesta simple berwarna putih gading sebatas lutut,di padukan dengan sepatu high heels kristal.
"Untung saja aku ingat gaun dari kakak" senyum nakal Melani,berputar kiri kanan mengenakan gaun pesta.
Dengan menggunakan pikiran masa depan lebih dewasa, Melani sudah pasti lebih pintar berdandan, dan bisa menunjukkan sikap anggun seorang CEO.
Lalu ia melepaskan pakaian itu, dan menggantung rapi dalam lemari pakaian bersama pakaian lain.
Malam menjemput keheningan bulan dan bintang. Melani sudah siap memasuki mimpi dalam hitungan domba melompati pagar pendek.
One sheep... two sheep... three sheep... four sheep... five sheep.... six sheep.... seven sheep... eight sheep... nine sheep... ten sheep.... eleven sheep... twelve----
Suara hitungan hilang bersama Melani yang sudah tidur, dan mungkin sedang mengetuk pintu dewa mimpi.
Biarlah pikiran Melani beristirahat, agar bisa mencharge ulang powernya besok hadapi perubahan baru yang bawa nasib bagi masa depannya.
.
...****************...
.
Terimakasih atas dukungan semuanya 🙏.
Salam sehat sejahtera untuk semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments