Raka segera menghabiskan kopinya. Pria itu sudah satu jam lebih berbicara dengan adiknya. Faira diusia yang masih muda harus merasakan begitu banyak penderitaan. Adiknya ini bisa meminta apapun yang dia mau kepada keluarganya tapi sayang dia tidak mendapatkan cinta dari suaminya. Sesuatu yang tidak bisa dibeli oleh harta.
"Cara berfikirmu kini sudah dewasa, kakak tidak menyangka kau yang dulunya manja sekarang berfikir matang. Waktu memang merubahmu, Ra," puji Raka.
"Aku harus melakukan apa yang baik untukku dan untuk semua, jika aku terus berharap padanya itu tidak baik juga bagi tubuh dan jiwaku. Aku akan menyerahkannya pada wanita yang tepat. Ku fikir mengembalikannya pada cintanya adalah hal terakhir yang akan kulakukan untuknya sebelum pergi meninggalkannya." Faira menyesap minumannya.
"Aku kira kau melakukan ini karena bujukan Ditya atau tertekan oleh keadaan, nyatanya pemikiranku salah. Lakukanlah apa yang kau fikir benar, Ra. Kakak akan selalu mendukungmu. Kau selalu bisa mengandalkan aku," ucap Raka mengusap kepala Faira lembut.
"Terimakasih, kak." Faira tersenyum.
"Aku pergi dulu, hari ini masih ada pertemuan dengan klien dari Amerika,'' pamit Raka mencium kening Faira dan berlalu pergi. Faira melihat kartu nama ditangannya yang diberikan oleh Raka.
"Aninditya bersiaplah menemui cintamu," gumam wanita itu.
Harusnya hatinya terasa sakit tapi dia malah merasa lega. Mungkin dengan ini rasa bersalahnya pada Ditya akan sedikit berkurang.
***
Faira berdiri di hadapan sahabat lamanya Cintya. Dengan hati yang berdebar dan sedikit gugup dia mendekatinya.
"Kenapa kau kemari...?" Pertanyaan pembuka yang buruk bagi Faira begitu wanita ini melihatnya, lagian dia juga tak berharap mendapatkan sambutan yang baik dari sahabatnya.
"Aku hanya rindu dengan kebersamaan kita," jawab Faira dengan senyum yang tulus. Pandangan mata Faira menyapu setiap sudut toko bunga milik Cintya.
"Kau yang telah menghancurkannya, Ra ? Jika kau lupa, aku ingatkan lagi! Betapa rendahnya kelakuanmu pada saat itu!" geram Cintya dengan gigi disatukan. Dia berjalan menghindari Faira.
Namun Faira tidak patah arang, dia tetap ingin membujuk Cintya.
"Aku mengakuinya untuk itu aku datang kemari? Untuk meminta maaf dan memperbaiki segalanya," ungkap Faira merendah. Dia berusaha untuk tetap tenang dan meyakinkan.
"Kau wanita munafik ?Kau kesini hanya untuk mengejek dan menertawakan kesedihanku..! Ho... ho... kau salah aku baik baik saja," kata Cintya sebal.
"Jika kau sudah move on dan baik baik saja kau tidak akan bersikap seperti ini, ini menunjukkan jika kau masih merasakan sakitnya Cintya.'' Cintya menatapnya tajam. Garis-garis wajahnya terlihat lebih jelas.
Faira berusaha mengalihkan pembicaraan, melihat sebuah bangku plastik berjalan ke arah bangku itu. "Aku lelah bolehkah aku duduk disini dan berbicara dari hati ke hati."
Cintya mengangkat bahunya dan berlalu pergi mengurus tokonya lagi. Dia berusaha untuk menghindari Faira.
Faira memang merasa lelah dengan pertengkaran ini, perjalanan dari Jakarta ke Bandung juga menghabiskan energinya.
"Apa lagi yang ingin kau bicarakan Ra?Bukankah semua sudah selesai! Kau kini bisa hidup berbahagia dan bersenang senang dengan suamimu," desah Cintya setelah selesai melayani pembelinya. Terlihat sekali perasaan tertekan dan kesedihan dari raut wajahnya.
"Aku tahu kamu terluka, Mas Ditya terluka dan aku juga terluka," tanggap Faira. Dia tersenyum kecut.
Hati Cintya mulai luluh pandangannya kini tak setajam tadi mulai mau mendengarkan perkataan Faira.
"Ditya tidak bisa melupakanmu, dia terlalu mencintaimu sehingga untuk melihatku pun dia tidak sudi. Kau tahu rasanya ada tapi dianggap tak ada, sakit Tia. Aku kesini mencoba memperbaiki segalanya," tutur Faira.
Nafasnya terasa berat, dia memalingkan wajahnya menyembunyikan air mata yang sedikit keluar dan buru-buru segera menghapusnya agar tidak terlihat lemah.
"Selama setahun ini aku mencoba berbagai cara untuk mendekati Mas Ditya, mencoba mengisi hatinya dan mempertahankan hubungan rumah tangga ini. Akan tetapi pria itu terlalu mencintaimu dan aku tidak bisa marah atas keadaan itu, itu mungkin balasan yang aku peroleh karena mendapatkannya dengan cara yang salah," ucap Faira dengan suara serak dan nada yaang bergetar.
Cintya menatap mata Faira seolah mencari kebenaran dari ucapannya. Dia membuka mulut tidak percaya pada apa yang didengarnya.
"Ra, aku tidak tahu jika hidupmu sesedih itu, aku fikir kau akan bahagia di atas penderitaanku," kata Cintya dengan nada yang rendah.
"Mas Ditya bertahan denganku hanya karena bisnisnya. Perusahaannya akan hancur bila ayahku menarik semua saham yang telah dia tanam ke perusahaan Mas Ditya. Aku sendiri adalah bentuk perjanjian itu, jika aku dan dia bercerai maka semua bantuan dan investasi akan ditarik oleh ayah. Aku tidak mau jika Ditya bersedih atau hancur karena perusahaannya yang bangkrut. Kita tahu bagaimana Mas Ditya selama ini berusaha mati-matian mempertahankan usaha yang didirikannya itu, " terang Faira.
"Ra, aku tidak tahu jika masalahnya serumit itu. Yang aku tahu kau merebut dia dariku dengan cara yang tidak pantas,'' tanggap Cintya.
"Terserah apa yang kau fikirkan aku kemari untuk memperbaiki segalanya yang telah rusak. Persahabatan yang kita rajut dan cinta kalian berdua.'' Faira meraih tangan Cintya.
"Tya, dengarkan aku baik baik, aku ingin kau kembali pada Mas Ditya setelah itu aku akan pergi jauh. Aku ingin kalian berdua bahagia hanya itu?" bujuk Faira.
"Lalu bagaimana denganmu? Dia itu suamimu dan bukankah kau mencintainya, Ra. Mengapa kau ingin melakukan ini?" tanya Cintya.
"Aku sangat mencintainya maka aku tidak bisa melihatnya terus bersedih, aku hanya ingin dia menemukan kebahagiaan yang tidak dia dapatkan dengan diriku. Aku juga rindu pada sahabatku, aku ingin memperbaiki semuanya," ucapan Faira terdengar tulus. Buliran bening yang mengalir di pipi Faira juga terlihat jujur.
Cintya mendesah pelan. Mengenang kejadian yang telah lampau antara mereka bertiga. Rasa sakit itu masih terasa di dada Cintya. Pengkhianatan Faira.
"Tya.. maukah kau jadi istri Mas Ditya?" tanya Faira dengan raut wajah memelas. Mata dan hidungnya memerah. Dan anakan sungai dari pelupuk matanya tidak berhenti mengalir.
"Tak ada wanita yang rela menyerahkan suaminya pada wanita lain Ra... atau kau memang sudah gila?" Cintya menggelengkan kepalanya dan mengangkat salah satu sudut bibirnya.
"Aku akan gila jika kau menolaknya. Rasa bersalah ini selalu membuatku tertekan. Setidaknya jika kau mau menerimanya maka hatiku akan sedikit lega," ungkap Faira.
"Aku tidak mau menjadi perusak kebahagiaan rumah tangga seseorang,'' tolak Cintya sambil berjalan menjauh dari Faira mengambil sebuah gelas air mineral dan kembali lagi meletakkan gelas itu ke hadapan Faira.
"Minumlah agar akal sehatmu kembali lagi. Aku tidak mau disangka membuat kau gila sepulang dari sini," ucap Cintya kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
udah kasihin ge tuh s Aditya k s Cintiya.. gemes aku.. rumah tangga macam apa itu
2022-09-17
1
❤•༆🆈🆄🅻🅸🆈🅰˚₊· ͟͟͞͞➳❥
dari awal ceritanya udah nyesek
2022-02-28
0
Uthie
Dilihat sosok Cintya seperti nya baik 😕
2022-02-13
0