Fallden cemburu

Aku menatap Robert yang saat ini berdiri di sebelahku terpukau. Aku tidak tau kali ternyata rambut abu-abu cukup terkenal di Kekaisaran ini. Sampai kebanyakan para pemimpin atau masyarakatnya yang memiliki rambut abu-abu. Untung saja warna matanya berbeda. Coba kalau sama, bisa dikira kembar.

“Lady?” aku menganguk, menatap Robert bingung.

“Ada apa?” Tanyaku penasaran.

Aku membalikan badan. Menatap Robert yang saat ini sedang menghela nafas. Kenapa nih cowok? Gak lagi kesurupan kan?

Tiba-tiba Robert menarik tanganku ke dalam genggamannya. Kemudian berlutut. Menyodorkan sepasang cincin permata ke hadapanku.

Alisku berkerut. “Maksudnya?” oi, tolonglah. Aku orangnya gak pekaan loh.

Robert menghela nafas, kemudian mengecup jari-jariku sedikit lama.

Eh gak jijik apa? Tadi aku bab loh, terus tanganku lupa di cuci. Engga bau apa?

“Eeh.” Aku langsung menarik tanganku menjauh dari bibirnya. Bisa bahaya kalau nanti dia cium bau yang engga enak dari tanganku. Kan malu-maluin.

Kening Robert mengerut. Sepertinya ia kurang suka dengan tindakan spontanku. Tapi, bodoamat lah. Gak peduli aku. Aku lebih mentingin image di hadapan cowok ganteng ketimbang nganu. Iya, si nganu.

“Maaf, jika tindakan saya, tidak sopan, Lady.”

Lah tuh, anda tau.

“Iya tidak papa.” Oke mari tersenyum Ailena. Kita mainkan peran gadis cantik dan lemah lembut disini. Walaupun sepertinya tindakan Robert membuatku merasa seperti ingin memotong telinganya.

“ARCHADUKE ROBERTO DE SBASTIANLENIO!”

Aku sontak menoleh. Sial.

Disana, di tengah-tengah bunga yang bergoyang. Aku melihat Fallden sedang membawa pedang di samping kiri tangannya. Tatapannya dingin, sedingin kutub utara. Dan, entah kenapa aku merasa auranya sangat menakutkan.

Auranya seperti, aura orang sedang ; Iri, Cemburu, dan dendam. Yak, aku takut melihatnya.

Tanpa aku sadari, Robert sudah berdiri di sampingku. Bahkan memeluk pinggangku posesif. Pandanganku masih terus tertuju pada Fallden yang saat ini entah kenapa terlihat sangat elegan di mataku.

Hei, ini mataku kenapa ya?

“AILENA!” seketika aku merinding ketakutan. Kepalaku sontak menunduk, dengan mata yang berulang kali berkedip polos. Yak, mari kita berakting dulu.

“APA YANG KAU LAKUKAN PADA GADISKU, BODOH?!”

Gadisku? Heh, siapa? Aku?

Aku mendongak, menatap Fallden yang terus saja menatap Robert tajam. Tapi entah kenapa jika menatapku, pandangannya melembut. Aku terkesima, bisa gitu ya? Dia punya sihir kah? Huh, kalo iya aku mau belajar dong. Mana tau, dengan sihir aku bisa menaklukkan hati para kaisar, dan bisa mendirikan negaraku sendiri. Hehe.

“AILENA, Kemari.” Panggil Fallden.

Aku menganguk meski ragu. Entah kenapa sekarang, aku malah merasa seperti sedang ketahuan selingkuh di belakang pacarku. Padahal aku ini jomblo dari lahir loh.

Langkahku entah kenapa terasa sangat pelan, dan tidak berpindah-pindah. Hei? Ini kenapa? Aku semakin mempercepat langkahkuu, tapi hasilnya sama saja. Aku tetap disini, tidak berpindah sedikitpun.

“ROBERTO!”

Aku menatap Fallden terkejut. Disana Fallden mengangkat pedang kebanggaannya. Suaranya pantang, seperti mengajak Robert berperang. Aku menggeleng was-was. Takut jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakan kepada Fallden.

Karena, kalian ketahuilah. Fallden akan menjadi singa kaisar diumur 20.dan saat ini umurnya baru beranjak 19 tahun. Jadi itu masih tersisa satu tahun lagi. Dan di tahun ini, Roberto lah sang singa kaisar, yang sangat di segani banyak orang. Aku takut, Fallden terluka.

Karena jika ia terluka, itu akan menggangu pandangan kaisar masa depan yang sangat menyukai kesempurnaan dan kecantikan. Maka dari itulah ia memilih Fallden sebagai singa miliknya.

Karena selain tampan, jika di rias Fallden juga akan sangat cantik. Aku pernah membacanya di novel, di bab 159 ketika Fallden rela di rias hanya demi menyenangkan hati sang tokoh utama wanita. Saat itu, banyak para wanita yang mundur dan bahkan pindah haluan karena melihat wajah cantiknya.

Tokoh utama wanita bahkan sampai tidak bisa berpaling. Matanya terpaku pada kecantikan Fallden. Hadeh, aku jadi merasa ilfil jika memikirkan bab ini.

“Jangan pergi, gadis nakal!”

Tiba-tiba aku merasa ada sebuah tangan yang memeluk pinggangku erat. Aku mendongak, menatap Fallden yang tiba-tiba ada di depanku. Hei, sejak kapan dia ada disini?

Pandangannya terasa menyedihkan, dengan bibir yang melengkung ke bawah. Seketika rasa bersalah menyebar di hatiku. Aku menunduk, kemudian membalas pelukannya erat. Desiran ini, entah kenapa terasa amat nyaman di hatiku. Aku merasa dilindungi sekaligus merasa sangat dibutuhkan. Aku menyukai perasaan ini.

“Gadis nakal! Aku sangat menyayangimu.”

Fallden berbisik di telingaku. Lalu meniupnya sebentar. Aku terkekeh dalam pelukannya, karena merasa geli, akibat ulahnya.

Chup.

Aku tersenyum lebar. Mendekap erat tubuh Fallden. Mendengarkan derak jantungnya yang terasa sangat merdu di telingaku. Hembusan nafasnya terasa seperti menggelitik, tapi membuatku candu. Hei, aku tidak terkena sihirnya kan?

Brak!

Tiba-tiba tanganku di tarik ke belakang. Aku sontak melepaskan pelukan Fallden, kemudian memeluk orang yang menarik tanganku. Dia Robert.

Robert memeluk pinggangku posesif, seolah-olah aku adalah miliknya. Kuku di jarinya bahkan terasa tertancap di pinggangku. Rasanya berbeda sekali dengan pelukan Fallden yang hangat. Pelukan Robert, terasa seperti pelukan seorang yang terobsesi kepada sesuatu, bukan karena menyayangi sesuatu.

“Jangan lihat ke belakang!”

Aku menatapnya bingung. Kenapa tidak boleh? Di belakang sana ada Fallden, Kakakku. Aku tidak mungkin mengabaikannya.

“Kenapa?” tanyaku.

Robert menghela nafas kemudian mendekatkan wajahnya ke arahku.

“Karena di belakang ada roh. Kamu cukup lihat ke depan saja. Lihat saya, bukannya saya seperti malaikat?”

Yah, ekhem benar juga sih. Bibir tipis yang memuja, dan kota-kota yang menggoda. Ehh ....

“Jangan berpikiran negatif di siang hari.”

“Kalau malam hari, boleh dong?”

Sial, keceplosan.

Aku menunduk, berusaha menyembunyikan wajahku dari pandangannya.

“Boleh saja. Asalkan kamu kuat, berolahraga dengan saya.”

Olahraga?

Malam?

Hoah, Mama!

Seketika pikiranku blank.

Di belakang sana Fallden sudah siap-siap, menghunus kan pedangnya ke arah Robert jika saja, aku tidak menghalanginya.

Aku melepaskan pelukan Robert dengan paksa. Kemudian masuk ke pelukan hangat Fallden. Rasanya aman, dan teramat nyaman.

Aku memeluknya erat, sambil melangkah ke belakang. Fallden diam tidak membalas, tapi mengikuti langkahku, untuk mundur dan menjauh.

Setelah dirasa jauh. Barulah aku melepaskan pelukanku.

“Kau senang di peluk lelaki mesum sepertinya?” tanya Fallden.

Aku menggeleng, entah kenapa pertanyaan Fallden sangat mengintimidasi, dan seolah-olah menyalahkan ku. Padahal aku tidak salah. Hei, siapa yang akan menolak di peluk oleh cogan? Terlebih lagi orang kaya loh. Ya, mana nolak aku.

“Huh, lain kali jangan memeluknya. Dia itu lelaki mesum aku tidak ingin, kau menjadi selir ke sekiannya.” Aku menganguk walaupun agak ragu.

Ku lihat Fallden tersenyum puas menatapku. Tangannya mengusap pipiku lembut, kemudian mengecupnya dua kali.

Seketika senyumku lebar. Fallden mengacak rambutku, kemudian menggendongku, membawaku ke Faviliunnya. Faviliun Naga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!