Tapi sepertinya keinginanku itu harus aku undur sekarang. Karena tiba-tiba aku melihat wanita yang tadi menarikku sedarg berlari dengan cepat kearahku. Sial.
Aku membalikkan badan kemudian berlari dengan kaki yang sedikit pincang. Aku sebenarnya tidak tahu kenapa aku pincang, dan umurku sebenarnya berapa. Aku masih bingung, itu pasti. Kenyataan ini sebenarnya masih membuatku tidak percaya. Segala yang kulihat ini, membuatku takut akan kehilangannya.
Aku sedari dulu memimpikan hidup bagaikan princess di sebuah cerita dongeng kerajaan. Dan kini itu terjadi, jadi aku takut mimpi ini akan hilang ketika aku terbangun.
“Ailena, kesini kau!”
“Putri Ailena!”
Aku menggeleng. Ku dengar banyak suara yang memanggil namaku dengan nada galak. Aku takut bodoh! Dasar tidak peka!
Bruk!
Karena tidak memperhatikan jalan aku menabrak seseorang dan berakhir jatuh secara tidak elite. Yah, aku jatuh dengan posisi menelungkup. Terlebih lagi sepertinya aku terjatuh dihadapan bangsawan. Sial, sial, sial.
“Bangun.”
Aku mendongak, ketika mendengar suara serak-serak basah yang membuat imanku melemah. Tangannya terulur membantuku berdiri, aku dengan senang hati menerimanya. Namun, kejadian memalukan membuatku seharusnya memilih meninggalkan orang ini saja.
“KYA! ARCHADUKE ROBERT!”
“HUWA! KENAPA ARCHADUKE ROBERT MENGGENDONG PEREMPUAN KUMAL SEPERTI ITU HUWA?!”
Seketika telingaku berdengung nyeri, mendengar teriakan para kaum hawa yang tidak Terima ada pria tampan yang menggendong ku mesra. Yah, sepertinya rasa malu ku sudah terhempas ke samudera Hindia ketika mendengar seorang ARCHADUKE memelukku. Haha, rejeki mah tidak bisa di tolak.
“Lain kali, Berhati-hatilah jika berjalan, Lady. Atau kaki anda akan terkilir. Saya tidak mau, Kecantikan seperti mawar ini cacat.”
Aku terdiam membisu dengan pipi yang merah merona. Sial, suaranya sexy sekali.
“Iya, maafkan saya,”
“Roberto De Sbastianlenio. Panggil saya Robert.”
Aku menganguk semangat. “Aku Ailena ....”
Plak!
“Dasar anak nakal! Turun dari gendongan ARCHADUKE! Kau mau dijadikan selir ke 10 olehnya hah?!”
Wanita yang tadi mengejarku, mendorong Robert kencang. Tangannya menarik tanganku kuat, hingga aku terjatuh dari gendongan Robert. Wow, kuat juga tenaganya.
“Dasar pria hidung belang! Pergi jangan ganggu Nona!”
Wow, berani sekali kau..
Seketika aku merasa sangat bersalah pada wanita di depanku ini. Aku sedari tadi berlari menghindarinya sedangkan ia mencemaskanku. Hiks, maafkan aku wahai wanita berhati ...
“Karena nona sumber emasku!”
IBLIS. Siala*! Kau! Aku sudah memujimu tadi di dalam hati! Tapi kau ternyata memanfaatkanku sebagai ladang harta Hah?! Siala*! Dasar manusia serakah! Ku kutuk kau!
Lelaki yang di belakang wanita ini hanya terdiam dengan posisi menunduk. Sepertinya ia masih sayang dengan nyawanya. Tapi sepertinya disini, akulah yang akan kehilangan nyawa.
Yah karena, wanita ini mencekik leherku kencang!
“Sudah bangun?”
Aku mengedipkan mataku berkali-kali. Berusaha menyesuaikan cahaya perak yang perlahan masuk ke indra penglihatanku.
Aku menganguk walaupun agak lemas.
“Syukurlah. Dasar anak perempuan mengerikan! Untung kau adikku, kalau bukan sudah ku biarkan dijalanan kau!”
Aku diam, menatap pria berambut abu-abu yang saat ini tengah berdiri angkuh di depanku. Matanya berwarna merah darah, dengan bibir sexy yang membuatku entah kenapa ingin mual. Terlebih lagi, siapa yang ingin menjadi adik berambut abu-abu ini? Aku? Ohh ogah!
“Siapa yang adikmu heh, rambut putih?” aku bertanya sarkas. Kesal sekali dengan pria ini. Sudah seperti Kakek-kakek sombong lagi. Awas saja kalau aku sudah tidak lemas. Akan aku lempar semua kesombongannya itu ke sungai. Agar hilang terbawa arus.
Kulihat pria itu melotot, mata merahnya membuatku sedikit merinding. Huh, seram sekali.
Kemudian sebuah pukulan mendarat manis di kepalaku.
“Aku kakakmu wahai Adik, NAKAL!”
“AKU TIDAK SUDI MEMILIKI KAKAK SOMBONG SEPERTIMU, RAMBUT PUTIH!”
“Siala*! Dasar jelek!”
Aku tersentak. Menatapnya garang. Cari masalah kau hah?!
“Bodoamat, dasar uban!”
Aku mengalihkan pandanganku darinya. Entah kenapa setiap melihat mata dan rambutnya, rasa ingin mencakar dan memakannya hidup-hidup keluar dari hatiku. Aku takut, akan benar-benar memakannya. Jika itu terjadi sungguhan, bisa gawat.
“Bo-bodoamat? Itu apa?”
“Apa itu makanan yang enak?!”
Seketika aku merasa orang pintar disini. Pertanyaan pria di depanku ini membuatku memiliki ide yang cemerlang. Lihat saja, akan ku buat kau menahan nafas sembari menunduk malu, Uban!
“Yah, bodoamat itu makanan yang enak. Kau pasti tidak pernah memakannya, ‘kan?”
Aku menaikkan alisku menggoda. Dengan tatapan sombong, aku mengusap wajahku yang terasa selembut porselen hati-hati. Takut pecah soalnya.
“Aku belum pernah.”
Aku menoleh menatapnya yang menunduk lesu. Tiba-tiba rasa iba muncul dihatiku. Hei, niatku tadi hanya ingin membuatnya malu karena tidak tahu bodoamat itu artinya apa. Bukan seperti ini, woi?!
Ck, sudahlah. Inimah namanya senjata makan tuan. Nasib, nasib.
“Hooh, sudahlah. Nanti aku buatku. Namamu siapa?”
“Fallden De Carsius.”
Ok, sepertinya aku mengingat sebuah informasi tidak mengenakan saat ini. Seingatku Fallden De Carsius dalam novel yang kubaca adalah tokoh yang akan membunuh adiknya sendiri, yaitu Ailena De Carsius.
Fallden sebenarnya bukan tokoh utama, ataupun antagonis. Melainkan tokoh yang entah apa namanya. Yah, karena posisinya adalah selir dari tokoh utama wanita. Bayangkan saja, tokoh wanitanya memiliki selir? Hadeh. Capek deh.
Fallden dibutakan oleh cinta yang baru pertama kali ia rasakan. Namun soalnya cintanya itu berlabuh di tempat dan di waktu yang salah. Ia salah, mencintai tokoh utama wanita. Salah besar.
Huh, kasihan sekali nasibmu, Uban. Cintamu ternyata cinta segitiga. Miris. Terlebih lagi setelah menjadi Selir, kau di buang dari kediaman De Carsius. Namamu sebagai pewaris Duke dihapus. Dan, sejarah kepahlawananmu juga dihapus.
Padahal peran mu dalam novel sangat dibutuhkan. Kau adalah seorang singa kaisar yang secara tidak langsung berarti orang yang sangat dipercayai dan disayangi oleh Kaisar. Namun, setelah mengenal cinta. Namamu seolah-olah tidak ada. Rekam kehidupanmu juga dihapus, dan cinta yang kau damba juga berhianat.
“Hoh, ternyata namamu Fallden yah.” Aku berucap dengan nada yang terbilang tidak suka. Sedari tadi pikiranku sudah berkecamuk, antara ingin menangis melihat masa depan Fallden atau tertawa menatapnya.
“Hei, kau meremehkanku ya?”
Yah, aku wajar sih. Kalau dia merasa di remehkan. Karena selama ini, ia hanya dipuji ketika melakukan hal yang membanggakan dan di bentak ketika melakukan kesalahan. Tidak pernah ada pujian yang tulus menyalur ke hatinya, hingga ia menganggap apa yang aku katakan adalah meremehkannya.
“Sebenarnya iya. Tapi entah kenapa melihatmu yang kasihan seperti ini aku merasa Iba,” sejujurnya perasaan aneh ini membuat hati baik ku meronta-ronta ingin keluar.
“Aku tidak suka di kasihani.”
Aku menatapnya tulus. Kasihan sekali nasibmu, Nak. Padahal selama ini kau hanya mengharapkan pujian dan kasih sayang yang tulus. Namun, sayangnya keinginanmu itu sangatlah munafik. Karena di dunia ini tidak ada yang benar-benar tulus. Disini kita bermain dengan sistem kekuatan. Ketulusan sama sekali tidak berguna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments