Setelah meminta izin untuk mengurus semua urusannya di Bandung selama seminggu, akhirnya Ben kembali kerumah orang tuanya yang berada di Jakarta.
"Udah balik aja lu kak, emang udah kelar urusannya?" Darrel yang sedang duduk di sofa ruang tengah pun menyapanya.
"Lumayan lah, mama kemana?" Ben duduk disamping adiknya sembari melonggarkan dasi yang sejak tadi terasa mencekik lehernya.
"Ke rumah temennya, kagak ada niatan buat nanyain kabar binii gitu?" goda Darrel sembari memainkan sebelah alisnya.
Ben tak menjawab, menatap sang adik sekilas, lalu melangkah malas menuju kamarnya.
Saat membuka pintu kamarnya, hal pertama yang ia lihat adalah Putri, gadis kecil yang berstatus istrinya 2 minggu yang lalu, yang kini tengah membaca sebuah novel di tangannya.
Ben melewati Putri begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun, sementara Putri yang menyadari suaminya pulang pun langsung menyapanya.
"Kak Ben udah pulang?" tanyanya, dengan suara sedikit gemetar, karena canggung sekaligus merasakan takut, terlebih raut wajah Ben saat ini terlihat datar tanpa ekpresi.
"Hmmm!" hanya itu yang keluar dari mulut Ben, mengambil handuk lalu memasuki kamar Mandi.
Setelah selesai mandi Ben pun keluar, dan tidak lagi mendapati Putri berada disana, tak mau ambil pusing Ben mengambil lalu mengenakan celana jeans panjang berwarna light blue dengan atasan kemeja panjang yang ia gulung hingga siku, merapikan rambut, kemudian menyambar dompet dan kunci mobilnya, lalu bergegas menuruni tangga.
"Mau kemana lagi lu kak?" tanya Darrel yang kini tengah duduk berdampingan dengan putri yang sedang mengupas buah mangga.
"Suntuk, nyari udara seger!" balasnya, seraya menoleh sekilas kearah Putri yang sedang menundukkan wajahnya.
"Ck, padahal dirumah udah ada yang seger lo kak!" lanjut Darrel dengan nada menggoda.
Tak menjawab, Ben pun bergegas keluar, meninggalkan keduanya.
"Kak Ben orangnya emang gitu, cuek!" bisik Darrel.
"Kalau dia ngomong yang bikin nggak enak, nggak usah ditanggepin, anggap aja sejenis radio rusak!"
"Tahu kan radio rusak itu kaya apa,udah bisa dipastikan suaranya nggak jelas kan?" lanjut Darrel yang disertai kakehan.
Sedangkan Putri hanya tersenyum canggung, bingung harus menanggapi ucapan laki-laki yang berstatus adik iparnya itu seperti apa.
"Diantara kita bertiga kak Ben itu emang paling kaku Put, jadi jangan kaget ya!"
"Sebenarnya sih dulu itu kak Ben nggak kaya gini, kamu penasaran nggak, mau denger ceritanya?"
"Kak Ben itu dulu sempet mau tunangan sama cewek namanya Sandra, cantik sih, dewasa juga! tapi dari awal hubungan mereka itu nggak dapet restu dari mama papa, karena mama secara nggak sengaja sering lihat Sandra main sama beberapa cowok yang berbeda."
Sementara Putri diam menyimak apa yang di ceritakan Darrel padanya, setidaknya ia merasa sedikit lebih rilex jika berbicara dengan Darrel, karena laki-laki itu selalu berbicara menggunakan bahasa santai, dan humoris tentunya bagi Putri.
"Tapi kak Ben nggak percaya Put, dan dia memilih mempertahankan pacarnya itu, dan pada akhirnya dia melihat dengan mata kepala sendiri, kelakuan pacar tercintanya itu seperti apa." lanjut Darrel dengan mata yang tak berhenti menatapnya.
"Put?" Tiba-tiba nada suara Darrel terdengar sangat Lembut dari sebelumnya, membuat Putri sontak menatapnya, dan untuk sepersekian detik keduanya pun saling bersitatap.
"Kalau kak Ben nyakitin kamu bilang ke aku ya, aku siap jadi orang pertama yang bakal belain kamu." ujarnya tulus, membuat Putri mengulum senyum.
"Ini kak Ben udah nyakitin aku lho!" menunjuk kedua kakinya yang menggantung diatas sofa.
Darrel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "iya juga sih, tapi maksud aku tepatnya nyakitin yang disini Put," meletakkan telapak Putri di dadanya.
"Kamu bisa aja!" balas Putri seraya tertawa sumbang.
"Kamu cantik kalau ketawa?" ucapnya, membuat Putri kembali menatapnya.
"Sayang udah ada yang punya!" lirihnya.
*****************
"Anjirr lama banget lu, ngapain dulu sih?" protes Algar saat melihat Ben yang baru saja tiba di depan pintu ruangan Club PPIV.
"Gue kejebak macet, sia lan!"
"Wih asik nih akhirnya yang ditunggu-tunggu dateng juga, gila! makin cakep aja lu Ben," Ujar Raka yang kini merangkul pundak Ben, lalu membawanya duduk diatas sofa, untuk bergabung bersama mereka.
Siang ini mereka sudah membuat Janji untuk bertemu di salah satu Club langganannya.
"Udah jadi bos besar nih si Ben sekarang, keren keren!" Arsen yang duduk di sampingnya meninju pelan bahu Ben.
"Gimana posisi si Sandra Ben, udah ada yang gantiin, berapa cewek nih, 1 2 3 atau 10?" timpal Algar yang kemudian tertawa dan diikuti yang lainnya, sedangkan Ben hanya mendengus, menatap kesal kearah sahabatnya.
"Kita bertiga kangen banget sama lu Ben, kangen kaya dulu lagi, kalau nggak salah udah satu tahun nggak sih kita nggak ngumpul bareng kaya gini?" ujar Raka, seraya memberikan satu gelas minuman kearah Ben, yang kemudian di terimanya dengan senang hati, lalu meneguknya dalam satu kali tegukan.
"Jadi gimana, cewek lo yang sekarang, cakepan yang ini apa yang ono Ben,?" Arsen kembali merangkul pundak Ben, memaksanya untuk bercerita.
"Ck gue lagi nggak berminat deket sama cewek lagi!" balas Ben, seraya menepis tangan Arsen yang terus merangkul nya erat.
"Wohooo... lo berdua denger kagak, seorang Ben memutuskan untuk tidak mendekati cewek lagi!" teriak Arsen, yang kembali tergelak keras.
Sementara Ben menghembuskan nafas kasar, ternyata menemui sahabatnya kali ini adalah pilihan yang salah, dan membuat moodnya malah semakin memburuk.
"Sial!"
"Mau kemana lo?" Arsen menahan tangan Ben yang hendak beranjak.
"Pusing, butuh minum!" balasnya seraya melangkah keluar, mengambil beberapa botol minuman ditangannya.
"Wagela, si bos mau pesta nih!" kembali Arsen berucap.
"Tu bocah lagi badmood kali ya!" timpal Arka, saat melihat Ben tak berhenti meminum minuman yang dibawanya.
"Nggak biasanya kan dia minum banyak begitu,?" timpal Algar saat memperhatikan cara minum Ben yang terlihat seperti seseorang yang sangat kehausan.
******************
Didalam kamarnya, Putri tak bisa memejamkan matanya, meski kini jam di dinding sudah menunjukkan pukul 22:03 malam, berulang kali ia melirik kearah pintu kamarnya yang tak kunjung terbuka, beberapa hari lalu Ben memang sudah terbiasa meninggakannya, lebih tepatnya jarang pulang.
Namun perasaan Putri kali ini terasa berbeda, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Ben saat ini.
Pelan ia meraih kursi roda yang memang selalu disimpannya disamping tempat tidur, dengan segenap kekuatan yang ia miliki akhirnya Putri berhasil menduduki kursi rodanya.
Baru saja ia hendak keluar, Tiba-tiba pintu kamarnya sudah terlebih dulu terbuka, menampilkan sosok sang suami yang melangkah dengan sempoyongan.
"Kak Ben?" Putri berusaha meraih tangan Ben yang hendak melewatinya.
"Kak_"
"Lepas, cewek sia lan!" menepis kasar tangan Putri hingga membuat kursi rodanya hampir terguling.
"Kak, kak Ben mabuk?"
"Diam!" bentaknya, kemudian berjalan menuju tempat tidur, dan merebahkan dirinya disana, sesekali memijit dahinya yang terasa berdenyut.
Hweekkkkk....
Ben memuntahkan seluruh isi perutnya ke tubuh Putri yang kini tengah berada di sampingnya, yang hendak menyelimuti tubuhnya.
Putri hanya bisa menangis, sembari memutar pelan ban kursi rodanya memasuki kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya yang kotor akibat terkena muntahan dari mulut Ben.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Zeezaa
othornya orang sunda nih keknya
2024-02-26
0
epifania rendo
sabar putri
2023-06-07
0
afseen
iuuuh pasti bau bingit🙊🙊🙊🙊
2022-12-17
0