Selama satu minggu Putri mengalami koma, selama itu juga Ben sering bolak-balik ke Rumah sakit tersebut, bahkan terkadang ia menginap untuk menemani Putri, menggantikan kedua orang tua gadis itu ketika ia merasa kelelahan setelah seharian menjaganya.
"Gimana keadaan gadis itu Ben, papa belum bisa pulang karena masih banyak tugas diluar kota." ujar sang mama saat sore ini kembali menemani Ben di Rumah sakit.
"Yaudah ma nggak Apa-apa, lagi pula ini nggak ada urusan nya sama papa, biar Ben tangani sendiri aja."
"Terus gimana kerjaan kamu di Bandung, beres?!"
"Udah ditangani Rocky ma." balas Ben, yang kemudian duduk dikursi tunggu, sembari memijit dahinya yang terasa berdenyut.
"Pasien yang bernama Putri sudah sadar, dan sudah kami pindahkan ke ruang rawat inap!" ujar suster yang kini tengah menghampirinya, membuat Ben beranjak seketika.
"S-sudah sadar dok?" tanyanya, yang kemudian saling pandang dengan sang mama, kini ada sedikit kelegaan dalam hati Ben, karena setelah satu minggu koma akhirnya gadis itu pun kembali sadar.
Kemudian Suster tersebut mengajak keduanya untuk melihat keadaan Putri.
"Silahkan!" ujar sang suster ramah, sembari membuka ruangan dimana Putri berada, kemudian kembali dengan pekerjaan nya.
Untuk beberapa detik mata keduanya saling bertemu, menatap satu sama lain, hingga beberapa saat kemudian Ben pun kembali tersadar.
"B-bagaimana kabarmu, kau sudah lebih baik?!"
Putri tak menjawab, namun gerakan mengangguk kecil yang dilakukan Putri membuat Ben yakin, bahwa hal itu adalah sebuah jawaban, gadis itu merasakan Baik-baik saja, walau pada kenyataannya tidak sepenuhnya benar.
"Apa ada sesuatu yang kau inginkan?"
"Siapa?"
Ben menggerenyit, "Oh iya perkenalkan saya Ben, maafkan saya karena saya sudah membuat kamu jadi seperti ini." ujarnya dengan raut wajah yang dipenuhi rasa bersalah.
Ben memperhatikan gadis itu yang terlihat sangat tenang dan Baik-baik saja, apa mungkin dia belum mengetahui tentang kelumpuhannya batin Ben.
"Hallo sayang, perkenalkan saya Maura, mamanya Ben!" ujar Maura dengan tangan yang terulur mengusap Lembut kepala Putri yang dikelilingi perban.
"S-saya Putri tante." balasnya lirih, dan sesekali pandangannya mengarah pada Ben, yang juga tengah menatapnya.
"Umur Putri berapa tahun nak, Ben bilang saat Ben menabrak Putri, Putri keluar dari sebuah pabrik saat jam istirahat."
"18 tahun tante, saya memang sudah 6 bulanan bekerja disana!"
"Berarti nggak kuliah dong, sayang?"
"Nggak tante."
"Lho kenapa, sayang banget." ucapnya, namun putri hanya menjawab dengan senyum manisnya.
"Nak?!" Maura menggenggam sebelah tangan Putri, rasanya ia sangat tidak tega untuk menyampaikan hal buruk itu pada gadis kecil yang berada dihadapannya kini.
"Kenapa tante?" tanyanya, saat Maura hanya diam memandangi nya dengan tatapan sedih.
"Maafkan tante sayang, maafkan anak tante, karena dia Putri jadi seperti ini." lanjutnya, dengan air mata yang sudah menganak sungai.
"Soal kaki Putri?"
"Hah?" tangis Maura pun sontak terhenti, kemudian beralih menatapnya bingung.
"Soal kaki saya yang lumpuh ini, saya yakin suatu hari pasti ada keajaiban kok tante." balasnya yang terlihat tenang dan santai, sangat berbeda dengan dirinya yang kini dipenuhi rasa bersalah, serta begitu sedih melihat kondisi gadis dihadapannya saat ini.
"Kamu udah tahu nak, tahu dari mana?"
"Dari suster yang merawat saya tante, karena saya sempat bertanya perihal kedua kaki saya yang memang tidak bisa digerakkan sama sekali."
"Lalu bagaimana perasaanmu saat ini nak?"
"Saya bersyukur karena ternyata saya masih bisa diberikan kesempatan untuk hidup."
Kembali cairan bening membasahi pipi Maura, dan repleks memeluk Putri dengan linangan air mata.
"Tante janji sayang, tante dan Ben akan berusaha agar kamu bisa sembuh seperti sebelumnya ya!"
"Terimakasih banyak tante."
"Kamu sangat cantik, cantik sekali nak, dan tante yakin bukan hanya wajahmu yang cantik, tetapi hatimu juga!" lanjut Maura setelah memandang lekat wajah Putri yang menurutnya memang sangat cantik.
Kemudian Maura menatap Ben, memberi isyarat agar laki-laki itu mendekat kearahnya.
"Tolong kamu jaga Putri, jangan kemana-mana mama ada urusan sebentar diluar."
"Sayang, baik-baik ya disini, tante ada keperluan sebentar, kalau perlu apa-apa minta tolong Ben aja ya!" ujarnya yang langsung bergegas keluar dari ruang rawat tersebut.
*************
"Gimana keadaan gadis itu Ma?" ujar Rama, sembari mengendurkan dasi yang melingkar kuat di lehernya.
"Itu dia pa, makanya mama pengen ngobrol berdua sama papa, ada hal penting yang ingin mama bicarakan, dan ini soal Ben dan gadis itu."
"Papa juga bisa banget sih ngerjain mama, katanya nggak jadi pulang, eh tahu-tahu udah di rumah aja." lanjut Maura dengan raut wajah masam.
"Yaudah, sebelum mama memulai bicara tolong ambilin papa minum dulu gih haus ma, papa baru nyampe dari luar kota lho ini, kalau mama lupa!"
"Ck, iya papa."
5 menit kemudian, Maura kembali dengan membawa segelas besar air teh tubruk favorit suaminya.
"Udah siap kan dengerin cerita mama?"
"Belum lah, orang papa belum minum tehnya."
"Yaudah gih cepetan diminum dulu."
"Ck, mama nggak lihat teh nya masih panas begini?" tunjuknya, pada segelas tehnya yang masih mengepulkan uap panas.
"Ah si papa kelamaan!" balas Maura gemas, pasalnya ia ingin segera mengutarakan beberapa hal yang memenuhi isi kepala dan hatinya.
"Eh papa kapan pulang?" ujar Seseorang yang kemudian melemparkan tubuhnya diatas sofa, dengan wajah tanpa dosanya.
"Kebiasaan kalau dateng tuh main duduk aja, salam dulu kek, salim kek!" gerutu Maura pada Darrel putra bungsunya itu.
"Eh iya lupa ma." ujarnya membuat Maura mendengus.
"Ngomong-ngomong kak Ben nggak balik lagi ke Bandung ma?" tanya Darrel, yang mengetahui kakaknya itu sudah hampir seminggu berada di Jakarta.
"Masalah kak Ben disini belum selesai Darr,"
"Emang cewek yang di tabrak kak Ben itu segimana parahnya sih ma, perasaan lama banget di rumah sakitnya." lanjut Darrel menebak-nebak apa yang didengarnya sekilas, mengenai kakaknya yang telah menabrak seseorang.
"Menurut kamu seseorang yang tertabrak sampai lumpuh itu parah nggak?"
"Ya parahlah, eh parah, berarti parah banget ya ma?"
"Iya Darr, makanya kak Ben sekarang lagi kebingungan, tapi ada bagusnya juga, ini rekor nggak sih dia berada di Jakarta lebih dari seminggu."
"Iya juga sih!" balas Darrel sekenanya.
Sementara di Rumah sakit, didalam sebuah ruang rawat, Ben tampak kebingungan harus berkata apa, pasalnya ia bukanlah tipe laki-laki yang suka berteman dengan perempuan, kecuali mamanya, terlebih ia memiliki masa lalu kelam dengan mantan kekasihnya, dan sejak saat itu Ben tidak mau lagi dekat dengan sembarang perempuan.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
epifania rendo
suka keren ceretanya
2023-06-07
0
Qaisaa Nazarudin
oh Ben udah kerja ya,kupikir anak skolahan..
2023-01-15
0
Meylin
sukaa herannn deh ma novel c cewek umur 18 tahn tapi yg baca harus u 21+🤔😱
2022-01-27
2